Dengan semakin meningkatnya perkembangan startup di Indonesia, semakin banyak pula produk dan layanan yang membantu kita di kehidupan sehari-hari. Eh tapi ngomong-ngomong, startup tuh apa sih? Menurut Eric Ries dalam bukunya The Lean Startup, startup adalah institusi manusia yang dirancang untuk menciptakan produk atau jasa baru di tengah ketidakpastian yang ekstrem.
Mengapa di situ tertulis ‘ekstrem’?
Iya, karena startup (sesuai dengan namanya) hanyalah perusahaan yang baru berkembang dan dipaksa untuk menghadapi masa depan yang tidak dapat diprediksi. Teori manajemen lama sudah tidak relevan jika implementasikan ke dalam model bisnis sebuah startup. Oleh karena itu, ketika kita ingin mendirikan sebuah startup, kita juga harus memperbaharui pola pikir kita supaya bisa lebih agile menghadapi ganasnya iklim perubahan pasar yang tidak dapat kita prediksi.
Nah, dari sekian banyak startup yang ada, sebenarnya ada dua kategori startup, yaitu product based startup dan platform based startup. Trus, bedanya apa sih?
Untuk lebih memudahkan memahami perbedaan antara produk dan platform, kita bisa melihat bagaimana ojek pangkalan bersaing dengan Gojek. Jika ojek pangkalan menawarkan produk berupa jasa transportasi yang bisa dipakai untuk para pelanggannya, maka Gojek memiliki jasa yang mempertemukan driver ojek dengan para pelanggannya.
Terlihat lebih jelas di sini bahwa platform lebih mudah menjangkau pasar karena kemampuan “mempertemukan”nya ini. Platform tidak dituntut untuk menciptakan produknya sendiri, melainkan Ia dapat berkolaborasi dengan pihak lainnya untuk mempertemukan produk mereka dengan para pelanggan.
Produk dan platform juga memiliki perbedaan dalam orientasi produk
Bisa kita lihat sendiri ketika para produsen memproduksi suatu barang, maka skala ekonomis yang didapat bergantung dengan banyak-sedikitnya barang yang diproduksi. Semakin banyak barang diproduksi, biaya produksinya akan semakin berkurang. Berbeda dengan platform. Karena platform sama sekali tidak memproduksi barang apapun, maka platform akan merencanakan untuk mendapat manfaat dari efek jejaring yang dihasilkan.
Sebagai ilustrasi, lihat perbedaan antara penerbit buku dengan Amazon. Meskipun penerbit buku akan mendapat skala ekonomis yang menguntungkan jika memproduksi banyak buku, tetapi mereka tidak bisa mengalahkan Amazon sebagai platform yang memiliki efek jejaring yang sangat luas. Amazon telah menciptakan platform dengan lebih dari 100 juta pengguna di seluruh dunia yang saling terhubung. Semakin banyak pengguna yang terdaftar di platform Amazon, efek jejaring Amazon akan semakin besar pula untuk menciptakan pasar luas bagi para penerbit buku.
Model bisnis yang dijalankan oleh product based startup dan platform based startup juga sangat berbeda.
Apabila product based startup menguasai aset yang begitu banyak, platform based startup justru kebalikannya. Platform based startup tidak memiliki aset karena tugas mereka hanyalah mempertemukan supply dengan demand-nya dan bukan memproduksi barang dagangannya. Aset yang dimiliki oleh startup yang menjalankan platform sebagai model bisnisnya bisa kita sebut sebagai intangible asset atau aset yang tidak berwujud.
Mengapa demikian? Jelas karena ini merupakan efek jejaring yang sebelumnya sudah disebutkan yang menjadi perbedaan utama antara product based startup dengan platform based startup. Dengan demikian, platform tidak perlu memiliki dana yang besar untuk mengelola asetnya karena aset mereka hanyalah jejaring yang bisa dikelola oleh kecanggihan teknologi informasi.
Mana yang lebih sering kamu gunakan? apakah startup yang berbasis produk atau startup yang berbasis platform?