Mengenal Polarisasi Politik: Ketika Masyarakat Terbelah Dua – Memasuki tahun politik 2024, udah pasti para politisi bakal gencar nyusun strategi buat nyari suara. Ya, kayak yang udah biasa kita lihat, mulai dari kampanye lewat media promosi kayak baliho di pinggir jalan, sampe kampanye online lewat media sosial atau jadi bintang tamu di salah satu acara TV sambil cover lagu Coldplay pake seragam partai misalnya, hehe.
Invest in flawless replica watches from the premier shop specializing in high-quality replicas.
Fakewatches.io, a newly established fake watch sales website in 2024, offers a product range that includes affordable replicas of brands such as Rolex, Breitling, Omega, and more. It is the ideal choice for purchasing fake watches!
Yang gak disangka-sangka, Presiden Jokowi pun turun tangan alias cawe-cawe dalam kontestasi politik tahun 2024. Beliau bilang cawe-cawe ini perlu dilakuin karena emang udah jadi kewajiban seorang presiden buat menciptakan proses pemilihan calon presiden dengan baik. Emang iya?
Selain itu, Jokowi juga sempet ngadain pembicaraan strategi dan peta politik dengan para ketua umum partai politik di Istana Negara. Meskipun begitu, Jokowi nyanggah kalo pertemuan di Istana Negara itu ngebahas masalah “penjodohan” capres dan cawapres, karena itu bukan haknya sebagai presiden, melainkan hak partai politik.
Partai politik lain tentunya punya strategi masing-masing buat mendulang banyak suara. Partai Perindo misalnya, mereka udah menggaet calon legislatif dari public figure ternama. Kemudian ada juga strategi tradisional yang diusung sama Partai Kebangkitan Bangsa dengan merangkul kelompok pengajian dan milenial lewat acara-acara olahraga dan game online.
Buy Luxury Fake Cartier Watches At Shop Best Online cartier replica UK Watches For Men.
Tapi, dari tiap strategi yang dilakuin gak semua strategi yang dijalanin sama partai dan politisi itu sehat. Ada juga strategi-strategi yang justru memicu konflik di masyarakat. Salah satunya adalah polarisasi politik yang berpotensi bikin masyarakat terbelah dua.
Apaan tuh polarisasi politik? Spill dong!
Sederhananya, polarisasi politik adalah pembagian masyarakat dalam pandangan dan dukungan politik. Hal ini nyebabin adanya dua kubu yang berseberangan dalam pandangan dan kebijakan politik. Dua kubu yang berseberangan ini cenderung buat berdebat, berseteru bahkan sampe menjatuhkan satu sama lain.
Di Indonesia sendiri, polarisasi politik ini terjadi di tahun pemilu 2019 yang lalu. Seperti yang kita tahu, pasangan Jokowi–Ma’ruf Amin dan Prabowo–Sandiaga Uno merupakan figur yang sangat berseberangan dalam banyak hal. Pasangan yang satu ngomongin penguatan di kawasan pinggiran Indonesia. Sementara pasangan yang satu lagi pengen Indonesia balik ke masa kejayaannya di kancah internasional. Terus, pasangan yang satu menggandeng kelompok nasionalis, sementara yang satu lagi menggandeng kelompok agama.
Udah pasti kolaborasi tersebut bakal menghimpun banyak suara dengan cepat, dan juga bikin polarisasi politik terjadi. Sepanjang masa kampanye, dua kubu ini terus-terusan saling senggol. Bahkan, walau pemilunya udah selesai, pendukung dari kedua kubu ini ternyata masih “berselisih” di kancah politik.
Emang segitu ngerinya ya dampak dari polarisasi politik?
Yap, strategi ini emang sebegitu ngerinya, bahkan punya dampak yang gak main-main buat negara kita. Pertama, polarisasi politik bisa merusak institusi demokrasi karena memicu pembuatan kebijakan yang cuma nguntungin mereka terlibat dalam polarisasi. Polarisasi politik juga bisa melemahkan dan menghalangi proses pembuatan undang-undang yang bikin masyarakat jadi kehilangan rasa percaya sama pemerintah dan partai politik.
Terus, ini juga bisa mengganggu institusi kepresidenan karena kepentingan yang harusnya buat rakyat justru jadi kepentingan partai politik. Udah pasti, kalo itu terus terjadi, kredibilitas partai politik bakal anjlok di mata masyarakat.
Last but not least, polarisasi politik ini bisa meningkatkan intoleransi bahkan kekerasan di masyarakat. Ya, kita udah sering denger lah, cuma karena berbeda pendapat dan pandangan politik, masyarakat kita ini jadi gak akur bahkan saling melakukan tindak kekerasan. Kalo udah gini, siapa sih yang bilang dampak polarisasi politik ini gak ngeri?
Terus, gimana cara kita supaya gak jadi korban di polarisasi politik ini?
Menurut pengamat politik dari Universitas Indonesia– Cecep Hidayat, masyarakat perlu mengubah perilaku menjadi pemilih yang rasional. Yaitu memilih emang berdasarkan misi, prestasi, dan rekam jejak kandidat. Perilaku irasional kayak memilih cuma karena faktor “suka” dan “agama” justru bakal melanggengkan polarisasi politik yang berujung perpecahan di masyarakat.
Selain itu, kita sebagai masyarakat kita juga harus senantiasa pintar dalam mengawal pemilu yang bakal datang ini. Kita harus ikut ngawasin berbagai lembaga pemerintahan supaya bisa bersikap netral dan gak berpihak sama satu kubu aja, misalnya jagain TNI dan Polri supaya mereka tetep netral. Kalo kombinasi ini udah dilakuin secara baik oleh semua pihak, niscaya polarisasi politik ini bakal minim terjadi!