Hiruk pikuk kehebatan Artificial Intelligence (AI) semakin meriah setelah Google DeepMind Challenge Match, sebuah AI rancangan Google, berhasil mengalahkan pemain Go kelas dunia. Buat yang belum tau, Go adalah sebuah permainan berpapan penuh strategi tradisional asal Korea Selatan.
Semenjak itu, ketenaran AI melunjak tinggi dan diduga akan menjadi satu elemen kritis dalam sejarah perkembangan revolusi industri selanjutnya. Menurut sebuah laporan dari Narrative Science and the National Business Research Institute, 61% dari perusahaan di dunia kini telah mengaplikasikan AI dalam bisnis mereka. Kemunculan AI telah menumbuhkan harapan baru untuk transformasi dan akselerasi yang kilat, salah satunya dalam bidang periklanan digital.
Dampak AI di Industri Periklanan Digital
Nah, buat para marketers, AI dipandang sebagai titik perubahan periklanan digital untuk masa yang akan datang. Ratusan artikel kini telah memberitakan prediksi yang optimis mengenai kehadiran AI dalam dunia marketing. Diantaranya adalah sebuah konsep masa depan yang menjanjikan AI dapat menggantikan manusia dalam merancang strategi marketing dan bahkan dapat membuat iklan sendiri.
Fakta-Fakta Terkait Penggunaan AI
Hingga saat ini, kehadiran AI dalam bidang digital marketing dapat digunakan untuk manajemen data, prediksi marketing, dan peningkatan customer experiences. Kehadiran AI dapat membantu para marketers mengolah dan mengklasifikasikan database mereka untuk mendapatkan informasi yang lebih relevan tentang konsumen.
Contoh penggunaan AI yang paling sederhana dan praktis dalam periklanan yaitu AI dapat mendeteksi klik dari iklan palsu serta menghapus konten yang tidak sesuai pada iklan (seperti pesan berbau seksual atau kekerasan) berdasarkan pola klik dan konten iklan. Dalam kasus yang lain, AI juga dapat menanggapi feedback dari konsumen dan otomatis melakukan penyesuaian campaign untuk menolong para marketers menghindari kesalahan tampilan iklan yang tidak perlu.
Setelah mendapatkan informasi yang relevan tentang konsumen, AI dapat mengeluarkan prediksi marketing yang akan membantu marketers menghasilkan personalisasi iklan yang dinamis.
Pernahkah kamu mengamati munculnya iklan promo liburan setelah kamu mengunjungi situs travel, misalnya Traveloka atau Agoda?
Rekomendasi iklan tersebut tentu tidak muncul secara acak. Browsing history kamu menuju situs travel telah diolah oleh Google untuk memberi sinyal bahwa kamu merupakan salah satu konsumen yang mungkin tertarik dengan promo liburan. Hal ini kemudian memungkinkan kamu untuk melihat rekomendasi iklan promo liburan dari situs travel lainnya melalui browser kamu. Kemampuan AI untuk melakukan personalisasi secara otomatis membuat produk marketing semakin relevan dengan konsumen. Marketers kini dapat melihat target yang lebih akurat dan tidak perlu lagi pusing menebak-nebak apa yang diminati konsumen.
Peningkatan customer experiences juga merupakan hasil campur tangan AI dalam dunia periklanan digital. Sebagai contoh, kehadiran Chatbot telah membawa pengalaman berbelanja (shopping experience) menuju tahap selanjutnya. Chatbot memungkinkan konsumen merasakan adanya interaksi dengan manusia saat melakukan belanja online. Disamping itu, Chatbot juga dapat diatur untuk menjawab pertanyaan yang sering ditanyakan hingga menawarkan produk secara personal kepada pembeli yang mengunjungi situs web tersebut.
Tidak heran jika Facebook mengumumkan penggunaan Chatbot telah mencapai angka 300,000 pengguna pada pertengahan tahun ini. Banyak e-commerce yang tidak ingin melewatkan kesempatan untuk berinteraksi lebih dekat dengan konsumen melalui dunia online.
Apakah AI Akan Mengantikan Marketer?
Kehadiran AI diyakinkan akan merubah pola permainan dalam industri periklanan. Tidak berhenti sampai di situ, rumor bahwa AI akan menggantikan posisi manusia dalam dunia periklanan juga menjadi topik yang hangat beberapa tahun terakhir ini.
AI awalnya dianggap hanya mampu mengotomatisasi pengerjaan tugas yang berulang dan memakan waktu apabila dikerjakan secara manual, seperti manajemen data dan penargetan audience. Namun perlahan-lahan, AI diyakini dapat menggantikan kecerdasan emosional dan pemikiran strategis manusia pada praktek nyata.
Baru-baru ini, Alibaba meluncurkan sebuah tools copywriting yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau AI. Tools ini dianggap dapat memproduksi 20.000 kata dalam variasi teks pemasaran yang akan disesuaikan dengan produk dan pembeli. Kehadiran AI Copywriter dianggap akan mengancam posisi penulis kreatif. Kesempurnaan AI dalam memprediksi, merancang hingga memproduksi naskah mendatangkan ketakutan bahwa pekerja kreatif industri periklanan akan kehilangan pekerjaannya dalam beberapa tahun kedepan.
Lalu, Pelajaran Apa yang Dapat Kita Ambil?
Sebelum terlena dengan kemampuan AI, kita harus mengingat kembali AI belajar dari input informasi yang dimasukkan oleh manusia. Kesalahan dalam input informasi akan membawa masalah yang cukup fatal.
Salah satu contoh yang dapat kita pelajari adalah kasus Chatbot Tay, sebuah chatbot AI yang dirilis oleh Microsoft melalui Twitter. Awalnya, Tay dirancang untuk melakukan percakapan normal dengan pengguna online dan melatih lebih lanjut kecerdasan komunikasinya melalui interaksi dengan manusia. Namun, beberapa pengguna dengan sengaja men-tweet frasa yang salah secara politik atau mengandung pesan yang mengandung SARA. Tak lama kemudian, Tay mulai memposting tweet berisi pesan yang ofensif dan tidak senonoh.
Belajar dari kesalahan ini, Tay langsung diberhentikan oleh Microsoft hanya dalam waktu 16 jam setelah peluncurannya. Mereka menyadari bahwa Tay tidak dilengkapi dengan pemahaman akan perilaku dan bahasa yang tidak senonoh. Manusia masih memiliki peran yang besar dalam mengontrol dan menggabungkan aplikasi AI ke dalam segala strategi marketing. Tidak ada AI yang dapat berpikir secara manusiawi. Bahkan, dengan algoritma terbaik dalam machine learning sekalipun, tidak akan pernah sesuai dengan intuisi pemikiran manusia.
Visi AI di Masa Depan
Pada masa yang akan datang, otomatisasi sepenuhnya akan mungkin dilakukan oleh AI dan 100% dieksekusi oleh robot. Namun dalam waktu dekat, sebut saja 5-10 tahun mendatang, kehadiran AI belum akan mengambil alih pekerjaan manusia. Kita juga harus yakin bahwa berbagai teknologi pintar yang akan di bangun bersama AI akan membawa hasil yang lebih maksimal jika digabungkan dengan tim kreatif. Oleh karena itu, tidak perlu khawatir apabila kehadiran AI akan mengancam kita yang bekerja di bidang periklanan dan kreatif.
Kemampuan manusia masih dibutuhkan untuk pengawasan dan pengambilan keputusan terhadap kerja AI. Di samping itu, ada baiknya jika kita selalu mengembangkan kemampuan diri kita (misal kemampuan analisa masalah dan berkomunikasi) agar tidak kalah dengan perkembangan teknologi AI.
Referensi: Tagtoo.org
Ditulis oleh: Edison Chen & Sisylia Angkirawan