“Nomor antrean B 451…,” teriak mesin khas bank bersuara perempuan. Mari, tunggu sejenak sambil membaca artikel ini karena nomor antrean kamu adalah B 481. Ya, masih sekitar 30 nasabah yang bakal dipanggil duluan.
Mungkin, ada beberapa di antara kita yang pernah ngedumel saat mengunjungi sebuah bank. Antrean yang panjang dan membosankan seakan gak peduli dengan seabrek kegiatan yang kita miliki. Apalagi saat kita mengantre untuk menemui customer service di cabang kecil suatu bank, yang hanya menyediakan satu atau dua pegawai customer service untuk melayani antrean yang mengular.
Di zaman yang serba mobile, era berlama-lama mengantre untuk bertemu customer service tentu menjadi hal yang perlu dievaluasi oleh bank. Apalagi, kini masyarakat semakin terbiasa dengan gaya hidup yang semudah menyentuhkan jari ke layar mereka.
Tantangan bank konvensional semakin tidak terelakkan kalau kita melihat fakta yang kerap terjadi di kota-kota besar: kemacetan yang tak terbendung. Datang ke bank menjadi aktivitas yang sangat gak menarik dan dilakukan dengan berat hari oleh sebagian orang, akibat sejumlah permasalahan tersebut. Makanya, sentuhan teknologi dibutuhkan untuk mengatasinya.
Baca juga: The Rise of Fintech: Saat Layanan Keuangan Jadi Lebih Efisien
Terciptalah berbagai layanan elektronik dari bank yang membuat nasabah merasa bahagia. Gak muluk-muluk kok. Financial Technology atau Fintech telah mengantar industri perbankan kepada tatanan yang lebih memudahkan para nasabah dalam melakukan transaksi keuangan.
Bahkan, di beberapa kasus, teknologi telah menggeser peran manusia. Hal ini berkaca dari apa yang terjadi di Eropa ataupun Amerika. Seperti yang dilansir dari Forbes, empat tahun terakhir, Eropa telah menutup 20.000 cabang bank! Sementara itu, ribuan cabang bank juga mengalami nasib yang sama di Amerika.
Hal senada juga dikritisi oleh Direktur BTN, Pak Irman A. Zahiruddin. Melihat dari inisiasi global, sudah mulai terdapat branchless banking, dan semakin bermunculan digital bank. Sementara itu di Indonesia, menurut Pak Irman, jumlah masyarakat yang tersentuh oleh produk-produk perbankan baru sekitar 50 %. “Bagaimana bisa menyentuh mereka, setidaknya untuk membuat account. Melalui teknologi terkini, transaksi perbankan tidak perlu melalui cabang. Bisa menggunakan device yang diciptakan oleh developer,” ungkap Pak Irman di sela-sela acara Indonesian Banking Expo (IBEX) 2015 di Jakarta.
Baca juga: Receh? Jangan Pernah Diremehin!
Dengan begitu, sambung Pak Irman, bank bisa lebih dekat dengan nasabah tanpa memerlukan investasi yang besar khususnya di cabang. “Kini, yang kami didik bukan lagi hanya pegawai perbankan. Kami mendidik konsumen untuk bisa melakukan transaksi perbankan melalui satu sistem yang tidak mempunyai intervensi human di dalamnya,” kata Pak Irman.
Babak baru peradaban bank ini membuat transaksi bisa meminimalisir faktor human error di dalamnya. Dulu ada sistem untuk customer service, credit scoring, hingga customer relationship. Itu semua berangkat dari suatu kebutuhan. Kata Pak Irman sih, masih banyak kebutuhan masyarakat terhadap institusi perbankan yang belum tersentuh teknologi. Misalnya, bagaimana membuat perangkat yang mudah dan murah sehingga semua orang bisa melakukan transaksi tanpa harus datang ke bank.
Pada akhirnya, teknologi dan keuangan perbankan bila dikawinkan akan membawa manfaat besar bagi segenap stakeholder. Tentu, hal ini pun menjadi kesempatan besar bagi para developer. Berangkat dari kebutuhan yang dialami oleh masyarakat, pembuat aplikasi tanah air diajak mendulang “emas”-nya dari industri Fintech ini. Melalui kompetisi Hackathon yang menjadi salah satu mata acara di Indonesia Banking Expo 2015, mereka bisa menyadari betapa besarnya peluang yang ditawarkan dari industri Financial Technology.
Baca juga: Selain Unplug dari Gadget, Ayo Unplug dari Uang!
IBEX Hackathon 2015
Di mata Pak Irman, dunia perbankan sangat haus dengan digitalisasi. Ia menegaskan, bila perlu semua halnya dibuat serba otomatis. Untuk itu, perlu diberikan ruang berkarya bagi para developer tanah air untuk menunjukkan gagasannya. Tak berhenti sebagai gagasan, hal itu diwujudkan dengan hasil nyata.
Banyak talenta muda Indonesia yang memerlukan sarana untuk menunjukkan karyanya. Kompetisi Fintech Hackathon di gelaran IBEX selama 3 hari berturut-turut, 9-11 September 2015 di JCC Senayan, Jakarta menjadi wadahnya. Sekitar 49 tim mendaftar dalam kompetisi ini. Mereka diberikan kesempatan untuk membuat aplikasi yang berguna untuk industri perbankan. Bagi Pak Irman, mereka adalah bibit-bibit pemegang teknologi di masa depan. “Itu yang membuat saya optimis,” tutup Irman.
Nah, sekarang giliran nomor antrean kamu yang dipanggil. Ayo, segera ciptakan peluangmu dengan amati permasalahan yang terjadi di sekitar.
Baca juga: Developer, Ayo Mulai Perbaiki Kota dengan Teknologi!
Header image credit: thepressproject.org
Comments 1