Ziliun
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
Ziliun
No Result
View All Result

Pekerja Kreatif, Jangan Kerja Sendiri Dong!

PutribyPutri
17/06/2015
in Opinion
0
Pekerja Kreatif, Jangan Kerja Sendiri Dong!
Share on FacebookShare on Twitter

“If we adopt the same collaborative mindset and practices that got to the moon and back, and that built the International Space Station, we can alleviate poverty—and do much more.”
― Astronaut Ron Garan

Buat yang belum tahu, industri kreatif itu punya berbagai subsektor. Ada periklanan, arsitektur, penerbitan dan percetakan, TV dan radio, pasar barang seni, musik, kerajinan, fashion, kuliner, riset dan pengembangan, aplikasi dan software, desain, permainan interaktif (game), seni pertunjukan, serta video, film, dan fotografi.

Capek juga ngetiknya. Banyak lho ternyata, ada lima belas. Dan subsektor-subsektor ini saling terhubung.

Baca juga: Salah Kaprah Ekonomi Kreatif Indonesia

Anto Motulz, seorang creative director yang udah punya segudang pengalaman di berbagai bidang kreatif, pernah menulis suatu blog post berjudul Rahasia Ekonomi Kreatif yaitu Berani Berkolaborasi. Di tulisannya, Motulz bilang kalau di Indonesia, masih banyak pekerja kreatif yang belum berani berkolaborasi, dalam arti mengerjakan satu proyek–yang seharusnya adalah proyek kolaboratif–sendiri. Ini kata Motulz:

RelatedPosts

Sekali-kali Kita Keluar dari Zona Mimpi

Libra Cryptocurrency: Is it a Good Crypto (or Not)?

“…saya masih sering menjumpai seorang animator yang untuk membuat karakter tokoh, konsep visual, art directing, bahkan sampai penulisan cerita pun.. harus dia yang mengerjakan. Alasannya? Karena dia yang merasa paling paham konsep di balik animasi yang akan dibuatnya.”

Image credit: blog.mindjet.com

Menurut Motulz, ngerjain semua sendiri gak salah kalau proyek tersebut sifatnya hanya eksperimen. Tapi, kalau Indonesia benar-benar mau besar dari industri kreatif, pekerja-pekerja kreatifnya mau gak mau harus berkolaborasi.

Kita balik lagi ke lima belas subsektor industri kreatif di atas. Alasan gue menjabarkan daftarnya, adalah supaya kita bisa punya gambaran gimana subsektor-subsektor ini terhubung.

Baca juga: Industri Ilustrasi Dalam Negeri, Riwayatmu Kini

Kalau di tulisan Motulz, kolaborasi yang dimaksud adalah dalam skala proyek. Ya, misalnya, untuk bikin suatu video animasi, dibutuhkan gak cuma animator, tapi juga character designer, music director, art director, dan lain-lain,

Nah, dalam skala besar, coba kita pikirin. Seorang musisi, yang berkarya di industri musik, pasti akan manggung lewat konser-konser. Konser-konser ini masuknya udah bukan di industri musik lagi, tapi di industri seni pertunjukan. Seorang musisi pastinya ngebikin video klip, dan ini udah jatahnya subsektor video, film, dan fotografi. Pas video klip atau lagunya ditayangin di TV dan radio, ya itu udah masuk ke subsektor TV dan radio.

Ada dua hal yang penting sih dari sini. Yang pertama, seperti kata Motulz, pekerja kreatif harus berani berkolaborasi. Kalau mau serius, udah gak zaman lagi sok-sokan mau kerja sendiri. Kalau semuanya pada “tahu diri” tentang strength-nya alias spesialisasinya masing-masing, maka output suatu proyek kolaboratif akan jadi jauh lebih berkualitas.

Kedua, dengan kita sadar kalau antar subsektor itu terhubung sangat erat, maka tiap subsektor harus mendukung satu sama lain untuk bergerak maju. Istilahnya, kalau banyak komikus, tapi gak ada penerbit, mau gimana?

Untuk bangun suatu ekosistem, dibutuhkan sinergi dari semua jenis pekerja kreatif dan semua subsektor industri kreatif. Jadi, jangan ngerasa kalau spesialisasi atau subsektor tempat lo berkiprah itu gak penting. Dan terakhir, ayo lebih berani berkolaborasi!

Baca juga: Apa yang Beda dari Industri Kreatif Saat Ini

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)

Menyukai ini:

Suka Memuat...
Tags: Articlesekonomi kreatifindustri kreatifkolaborasikreativitaspola pikir
Previous Post

Badr Interactive, Terus Konsisten Menggabungkan Teknologi dan Nilai-Nilai Islami

Next Post

How to Storytell in a Fast Paced World

Next Post
How to Storytell in a Fast Paced World

How to Storytell in a Fast Paced World

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Yang Terbaru

  • Fenomena Media Alternatif: Efektif Tapi Bisa Bawa Dampak Negatif
  • Fenomena Konser Ramah Lingkungan, Gimana Praktiknya?
  • Mengenal Apa itu Chronically Online
  • Apakah Demokrasi Adalah Sistem Pemerintahan Terbaik?
  • Mengenal Filsafat Stoikisme
Ziliun

Media yang menemani perjalanan anak muda untuk menghadapi kehidupan dan memasuki dunia kerja, serta mendorong dan memotivasi anak muda untuk menjadi versi terbaik diri mereka.

  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Kerja Sama

Ruang & Tempo Coworking Space

Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No. 8, Jakarta Selatan 12210

Bikin kontenmu sekarang!

© 2025 Ziliun All rights reserved.

Ziliun

  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space

© 2025 Ziliun All rights reserved.

%d