Seperti yang ada di film-film, biasanya orang yang disebut pahlawan adalah orang-orang yang memiliki kekuatan super, berhasil melindungi kota, dan menumpas kejahatan. Kita tahu bahwa orang-orang terdahulu yang berhasil mengusir penjajah dan membuat negara ini merdeka juga disebut pahlawan. Tetapi, di zaman modern ini di mana tidak ada lagi penjajah di negeri ini, apakah pahlawan masih diperlukan? Jawabannya: perlu. Negara kita masih “dijajah”.
Mungkin negara kita saat ini memang tidak dijajah secara “fisik”, melainkan dijajah secara budaya. Penjajahan ini dilakukan secara halus. Bahkan, tanpa kita sadari kita telah dijajah sejak dari kecil.
Hal paling sederhana yang bisa diamati sebagai bukti penjajahan budaya ini adalah komik. Melalui komik, secara tidak langsung kita mengenal budaya asing. Misalnya, melalui komik Jepang, kita tahu tentang pohon Sakura, teh hijau, sampai kebiasaan duduk bersimpuh dengan cara melipat kaki ke belakang. Itu semua berasal dari Jepang, budaya Jepang. Kita bisa mengetahui bahwa suatu cerita memiliki setting di Jepang, dari elemen-elemen budaya yang sudah kita kenal tersebut, tanpa perlu diberikan informasi secara gamblang.
Sebenarnya, penjajahan budaya ini sudah diketahui oleh masyarakat kita sendiri, kok. Tapi, kita tidak berbuat apa-apa dengan alasan “Ya, adanya itu, mau gimana? Adanya komik Jepang, adanya superhero Barat, mau gimana lagi?”.
Faktanya, komik dan superhero Indonesia itu ada, tetapi tidak terlalu terekspos. Dan di sinilah para komikus harus rela bekerja dan menyebarkan komiknya secara gratis via online. Mereka tidak bisa terus-menerus menunggu dan berharap pada penerbit agar kemudian komiknya terdengar oleh masyarakat luas. Karena kalau seperti itu terus akan menjadi lingkaran setannya penerbit; pembaca menyalahkan penerbit, penerbit menyalahkan pembuat konten / komikus, dan pembuat konten / komikus menyalahkan pembaca yang tidak menghargai karya lokal.
Walaupun adanya internet dan media sosial telah membantu para komikus, perjalanan mereka masih panjang untuk melawan penjajahan budaya. Komikus-komikus inilah yang menurut saya disebut sebagai pahlawan, pahlawan tinta.
Header image credit: comicbookgraphicdesign.com
Comments 1