Bagiku, Nyepi itu momen untuk introspeksi diri. Setelah setahun penuh kita berurusan dengan segala lika-liku hal yang ada di sekitar kita (makrokosmos). Pada Nyepi, kita mendapat momen untuk melihat, menggali, dan mencoba mengoreksi diri sendiri (mikrokosmos) untuk menjadi pribadi yang lebih baik untuk ke depannya.
Di hari Nyepi pula, hari terasa lebih spesial karena kita sebagai manusia, seolah memberikan kesempatan kepada bumi untuk istirahat dan bernafas dari segala hiruk pikuk kegiatan manusia.
Saat Nyepi, Umat Hindu Bali melaksanakan yang namanya “Catur Brata Penyepian“ yaitu tidak melakukan 4 pantangan berikut Amati Geni (tidak menyalakan api atau lampu dan listrik), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (Tidak bepergian) dan Amati Lelanguan (Tidak bersenang-senang).
Dengan melaksanakan hal-hal di atas diharapkan kita bisa merefleksikan dan berfokus pada diri, menetralisir segala hal negatif, serta menyucikan pikiran untuk memulai diri dari titik awal kembali.
Kala Nyepi, suasana menjadi hening dan tenang. Tidak ada distraksi dari berbagai macam kesibukan. Di hari raya ini pula, aku bisa bercengkrama seharian penuh dengan keluarga. Satu hal yang ku suka lagi dari Nyepi, langit menjadi cerah tanpa polusi udara maupun cahaya, yang membuat langit terlihat jernih dengan bintang-bintang yang terlihat jelas di angkasa.
Kali ini Nyepi sedikit berbeda bagi kami umat Hindu, kami merayakan di situasi yang “unik” di situasi pandemi. Merebaknya virus Covid-19, mempengaruhi berbagai lapisan masyarakat secara global. Berjatuhannya korban jiwa dan juga ekonomi sehingga memaksa manusia melakukan gerakan sosial. Khususnya di Indonesia muncul gerakan #DiRumahAja untuk mengurangi atau memperlambat penyebaran virus ini.
Di kampung halaman ku sendiri, di Pulau Bali, berbagai ritual di dalam perayaan Nyepi pun mulai dibatasi. Sebisa mungkin untuk menghindari orang berkumpul. Adapun beberapa upacara yang sering dilakukan beramai-ramai menjelang Nyepi, dari Upacara Melasti hingga pengarakan Ogoh-ogoh diatur untuk menghindari kerumunan orang dalam jumlah besar.
Jika dikaitkan dengan Nyepi, gerakan sosial #DiRumahAja ini tidak hanya mirip pada aspek tidak bepergian-nya saja. Namun, ada satu hal lagi yang mirip tanpa kita sadari, yaitu sebagai ajang isolasi diri sekaligus bisa menjadi refleksi. Kita pun harus memiliki kewaspadaan lebih, saat berdekatan dengan orang lain. Karena kita tahu, penyebaran virusnya bisa dari siapa saja dan bisa juga tanpa gejala.
Kali ini, aku mengajak untuk kita semua agar lengkapi diri dengan berbagai macam informasi yang sudah pasti kebenarannya. Lalu, jangan terlalu menjadi beban pikiran, secukupnya saja, agar kita tidak stres sendiri. Tetap jaga asupan gizi, kesehatan, kebersihan dan istirahat secukupnya.
Bagi yang berkarya, berusahalah untuk tetap fokus dengan goals kita. Berikan yang terbaik dan berdampak sebagai kontribusi kita ke masyarakat.
Tetap #DiRumahAja, sesuai kutipan dari akun twitter @HinduGL “ritual paling suci adalah menyelamatkan manusia dan kemanusiaan”
Selamat Hari Raya Nyepi!
Ditulis oleh: Ngurah Yudha, Studio Lead dari Kratoon Channel
Disunting oleh: Azwar Azhar