Gue kemarin lagi pusing ketika project yang dihadapi terdapat kendala. Salah seorang temen gue yang nyadar sama kondisi ini kemudian nyeletuk, “Jangan dibikin pusing, Sof. Nih, gue ambilin kertas ama pena, ya!”. Kemudian gue bingung, ini kertas sama pena buat apaan ya? Gue kira, gue disuruh nulis semuanya yang mengganjal pikiran di kertas tersebut. Gue disuruh curhat. Eh tapi ternyata bukan seperti itu. Kata temen tadi, gue disuruh memetakan dan menganalisis apa saja masalah yang sedang dihadapi. Memetakan pikiran. Membuat mind map.
Dua kata itu udah sering banget gue denger. Tapi sejujurnya, gue belum pernah bikin mind map. Lebih tepatnya, ga tau caranya gimana. Mungkin banyak di antara kalian yang mengalami kejadian kaya gue. Udah sering denger, paham itu apa, tapi ga tau cara bikinnya gimana. Okay, ternyata gue engga sendirian.
Sebelum beranjak lebih jauh mengenai mind map, disini gue mau memperjelas bahwa, mind map bukan merupakan jawaban dari segala permasalahan. Mind map adalah salah satu cara untuk menguraikan dan mengidentifikasi masalah. Dari uraian ini, nantinya akan tersusun strategi untuk memecahkan masalah tersebut. Mind map adalah salah satu alat yang bisa membantu memecahkan masalah.
Baca juga: Menyelesaikan Masalah Gak Selalu Butuh Teknologi Canggih
Menurut Toni Buzan, sang penemu mind map, cara kerjanya didasarkan pada cara berpikir radial dari otak manusia. Selain berpikir linear, otak manusia juga berpikir secara radial yang erat kaitannya dengan persepsi. Masalah yang berkaitan dengan persepsi, tidak bisa diatasi hanya dengan pilihan “ya” atau “tidak”. Masalah persepsi menuntut adanya pernyataan terbuka. Ini sesuai dengan mind map yang bentuknya seperti batang pohon, lengkap dengan batang dan rantingnya. Mind map sendiri banyak digunakan di berbagai genre aktivitas, antara lain untuk perencanaan bisnis, menyusun naskah pidato, membuat strategi, melakukan riset, bahkan masalah akademik.
Gue ngerasain gimana serunya bikin mind map. Otak kita bener-bener dibebaskan untuk berimajinasi dan “menumpahkan” segala isi pikiran di dalam kertas. Walaupun gue payah dalam urusan gambar-menggambar, tapi gue merasa jadi pelukis yang memetakan masalah di kanvas gue sendiri. Dengan membuat big picture atau ide pokok permasalahan di tengah kertas, kemudian gue membuat cabang-cabang pohon yang berisi jabaran dari pokok permasalahan tadi. Cabang-cabang utama ini menyebar dari tengah dan dihubungkan dengan garis lengkung. Kata para peneliti, garis lengkung ini bisa merangsang kreativitas dari otak kanan kita, lho! Tambahkan beberapa cabang-cabang pendukung yang menyebar keluar. Selalu gunakan kata kunci dan gambar di mind map yang lo buat, ya! Warna-warna dan simbol-simbol yang berbeda dapat juga digunakan agar mind map yang dibuat semakin mempermudah kita untuk menganalisis permasalahan dan menemukan solusi. Size dan font yang ada di mind map dapat digunakan untuk menekankan mana yang prioritas, dan mana yang bukan. Kalo gue sendiri, lebih suka membuat urutan atau hierarkhi dari cabang-cabang utama tadi. Terutama kalo gue lagi butuh insight untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan prosedur.
Baca juga: Lupakan Passionmu!
Setelah mind map yang gue bikin selesai, gue bener-bener ngerasain bedanya. Otak jadi lebih gampang mencerna dan berpikir lebih jernih buat menentukan strategi dan mencari solusi. Dan ternyata gue menyadari bahwa gue salah. Ga ada cara khusus untuk bikin mind map! Justru pikiran yang rileks, selembar kertas, dan pena aja buat membantu menemukan solusi dari permasalahan kita. Jadi, sudah siapin kertas dan pena buat bikin mind map?
Image header credit: picjumbo.com