“Building a brand is (like) cooking” — Cocinero Design Kitchen
Setelah melakukan merging dengan beberapa perusahaan lain sekitar 6 tahun lalu, Cocinero Design Kitchen pun lahir. Ada tiga orang “Chef” di belakangnya, ketiganya adalah entrepreneur berlatar belakang desainer grafis. Mereka adalah Chef Nico Pranoto, Chef Ijo Wira, dan Chef David Yamin. Ziliun sempat berbincang dengan Chef Nico, co-founder Cocinero Design Kitchen yang juga menjadi mentor di Startup Weekend Jakarta.
“Every brand needs a good source of inspiration as ingredients, a well balanced formula to process it appropriately as the recipes, and the chef to prepare those substances to be cooked and deliciously served.“ –– Cocinero Design Kitchen
Cocinero sendiri berasal dari Bahasa Spanyol yang berarti Chef, itu kenapa Cocinero didesain menjadi sebuah kitchen. Ada banyak hal yang melatarbelakangi Cocinero Design Kitchen berdiri menjadi sebuah design kitchen, bukan design house atau design studio. Chef Nico bilang, ketika ketiga chef ini bergabung, mereka paham bahwa tujuan yang sebenarnya adalah untuk saling membantu memperkaya branding itu sendiri.
Bagaimana tidak? Seseorang yang memiliki keahlian di bidang brand identity berkolaborasi dengan orang lain yang mempunyai keahlian di bidang brand communication dan juga grafis. Akan menghasilkan sesuatu yang lebih besar jika ada elemen yang lebih lengkap, daripada berjalan sendiri-sendiri.
Menurut Chef Nico, kolaborasi itu sangat penting, no one believes in this world without collaboration. Kolaborasi juga bukan semata-mata dilakukan antar disiplin ilmu, tetapi tidak menutup kemungkinan dari disiplin ilmu yang berbeda. Apalagi di bidang ini, di mana bukan hanya profit yang dikejar, tapi juga scalability dan sustainability dari bisnis itu sendiri.
Baca juga: Kong Andri: Di Indonesia, Toys Designer Minim Apresiasi
Ketika Cocinero Design Kitchen berjalan pada tahun-tahun awal, Cocinero menciptakan business unit lain, salah satunya adalah Verre Compparel. Di saat Verre Compparel berdiri, ketiga Chef Cocinero berpikir bahwa tidak semua dari mereka bisa berperan sebagai desainer. Dari situ, Cocinero mulai lebih rapi dengan adanya pembagian peran seperti siapa yang menjadi CEO dan siapa yang memegang operasional.
Tapi menurut Chef Nico, berkolaborasi saja tidak cukup. Integritas juga dibutuhkan untuk membuat ketiganya terkait dan saling mempengaruhi.
We have core believe that tasteful ideas should deliver healthy & delicious recipes for any brands’ journey. — Cocinero Design Kitchen
Kata Chef Nico, “building the brand is like cooking, we have to know the ingredients and we have to know the taste people want”. Baru setelah mengerti betul bahan dan rasa yang diinginkan, semuanya diolah menjadi ‘hidangan’ (brand) yang tidak hanya punya cita rasa kelezatan istimewa, tetapi juga sehat.
Yang namanya menjadi entrepreneur pasti banyak hambatannya, begitu juga dengan yang dialami Chef Nico di Cocinero Design Kitchen. Tapi bagaimana pun, bukankah akan lebih baik fokus untuk melihat peluang dan tantangan yang ada, daripada fokus pada hambatan yang melintang?
Baca juga: Art Vs Design
Seperti yang dikatakan oleh Chef Nico, menjadi seorang entrepreneur itu bukan hanya harus mengerti bagaimana memulai sebuah bisnis dan manajemennya, tetapi juga harus mengerti bagaimana mengelola semuanya dengan ideal. Karena di Cocinero, Chef Nico percaya bahwa branding itu tumbuh dari sebuah ide yang kemudian menjadi sebuah cerita.
Tantangan memang selalu ada, apalagi Cocinero yang mempunyai tiga chef berlatar belakang desainer grafis. Ego pasti ada, tapi menurut Chef Nico justru di situlah seninya hingga bisa bertahan sampai tahun keenam. Kuncinya bersyukur dan fokus melihat peluang yang ada.
Jika dibandingkan dengan negara tetangga, sebenarnya peluang untuk branding consultant ini terbuka lebar di Indonesia. Terlebih, saat ini ekonomi kreatif semakin berkembang. Tidak sedikit masyarakat yang membangun bisnis, namun tidak semua dari mereka mengerti tentang branding. Contohnya saja, tidak sedikit lho orang yang membangun bisnis hanya karena ikut-ikutan semata.
“Kalau hanya sekadar ikut-ikutan dan meniru sana-sini, justru akan mengacaukan diri sendiri. Ini seperti ketika kamu minum obat tanpa tahu resepnya, atau ketika kamu memasak tapi tidak tahu mana bahan makanan yang sehat dan yang tidak sehat..”
Baca juga: The First Secret of Design is… Noticing
Intinya, jangan hanya memikirkan hasil akhir atau tampilan hidangannya saja, tapi pikirkan how do you make recipe!
Chef Nico bilang, untuk menjadi seorang creative entrepreneur kita harus tau apa esensi dari diri kita sendiri. Misalnya, kita punya esensi sebagai pencerita, ya jangan menjadi direktur. Atau buat kamu yang suka dengan angka-angka, ya jangan menjadi montir di bengkel.
“Follow your passion..” — Nico Pranoto
Image header credit: picjumbo.com