Kalau misal semua orang seluruh dunia yang sukses di bidangnya dikumpulkan, mulai dari Bill Gates sampai Ade Rai. Terus kamu yang belum sukses sendirian di sana ditugaskan untuk mencari satu persamaan yang ada pada mereka. Kira-kira apa? Fisik jelas beda, latar belakang juga begitu, terus kamu pusing dan akhirnya menyimpulkan kalau mereka cuma kebetulan dikasih keberuntungan lebih sama Tuhan. Duh, kalau main beruntung-beruntungan mah tanya tuh sama pemenang Super Deal 2 Miliar kenapa dia gak jadi orang tersukses di jagat raya.
Tahun 1940, sebuah esai hebat dikeluarkan oleh Albert E.N Gray dengan judul “The Common Denominator of Success”. Ia meneliti banyak orang sukses di jamannya dan mencari apa menyebabkan ia bisa berada dalam kondisi yang banyak orang impikan. Tak henti mengobservasi, akhirnya ia menemukan satu hal. “Orang sukses membentuk kebiasaan yang orang gagal tidak mau lakukan”. Is it simple? Hell No!
Baca juga: Berteman dengan Kebiasaan
Kalau hal itu simple, semua orang pasti bisa se-sukses Steve Jobs atau Jack Ma. Katanya mau dapet beasiswa, tapi lebih nyaman buat marathon serial Korea dibanding belajar 2 jam sehari. Pengen sukses diet, tapi lebih milih makan nasi Padang dibanding olahraga teratur. Karena hal ini tidak sederhana dan sangat sulit, beberapa orang yang konsisten menerapkan denominator ini dapat kita lihat dengan mudah karena mereka berada di puncak, seperti Vidi Aldiano.
Vidi bukan sekedar penyanyi, ia adalah seorang perancang hidup yang hebat. Selesai berkuliah di jurusan bisnis Manchester University dengan predikat cum laude, ia melebarkan bisnisnya dengan mantap. Mulai dari label musik, restoran sampai clothing line tak luput dari targetnya. Sebagai seorang high achiever ia tak berhenti di situ saja, masih banyak mimpi yang ia inginkan, seperti melanjutkan bisnis ayahnya di bidang sound system sampai menjadi dosen selesai S3 kelak.
Baca juga: Entrepreneur: Jangan Cuman Fokus pada Bisnis yang Sukses
“Pertama gue bikin album, gue seneng banget. Itu proyek 3 tahun gue selama SMA dan mengorbankan banyak hal dalam hidup gue. Mulai dari jarang kumpul sama temen sampai diputusin pacar. Akhirnya, gue masukin demo album gue yang udah rampung 11 lagu itu ke enam label, mulai dari yang terkenal ampe yang udah ga ada sekarang. Dan semuanya ditolak”, ucap Vidi diselingi dengan tawa.
“Gue stress, tapi gue keukeuh. Gue mutusin buat label sendiri. Produksi kaset dan cd buat dimasukkin ke radio. Dua bulan kemudian lagu Nuansa Bening cukup meledak. Akhirnya album gue laku sampai 300 ribu buah”, kenangnya.
Kalau dia adalah orang ‘normal kaya kita’, ditolak 6 kali dari karya yang ia buat dengan sepenuh hati pasti bikin dia depresi. Wong kita ditolak gebetan sekali aja rasanya dunia runtuh. Gagal interview dua kali terus males buat ngelamar kerja lagi, akhirnya maksa orang tua cari ‘orang dalem’. Tapi Vidi memutuskan menjalani hidupnya dengan menjaga habit yang orang sukses biasa lakukan. Tahu apa yang penting, tahu seberapa besar pengorbanan yang dibutuhkan, dan keukeuh sama mimpinya.
Masih berani ngomong orang sukses cuma karena kebetulan beruntung? Hidup bukan judi kali yang menang kalahnya cuma ditentuin sama kocokan dadu.
Baca juga: Jangan Mau Jadi Parasit Orang Sukses