Tumbu, dalam bahasa Jawa, maksudnya kotak kecil dari anyaman bambu atau daun lontar; biasa dipakai untuk makanan. Nah, “tumbu ketemu tutup” ini ungkapan yang dipakai untuk mengasosiasikan sesuatu yang bertemu dengan pasangannya yang serasi. Ibarat tumbu dengan tutupnya, mereka berdua klop. Satu kepentingan bertemu dengan kepentingan lain yang ternyata cocok. Klik. Jodoh.
Pentingnya co-founder digambarkan Danton Prabawanto seperti ungkapan di atas itu. Sebagai pebisnis, ia harus ketemu dengan orang yang melengkapi dirinya supaya timnya lengkap dan solid.
Danton mengakhiri empat tahun karirnya sebagai karyawan perusahaan telekomunikasi ternama untuk menjadi pengusaha, sesuatu yang sebenarnya emang selama ini udah dia lakukan secara gerilya.
Danton sempat masuk Entrepreneur University, tempat dimana ia bertemu dengan banyak pengusaha. Salah satu petuah mereka yang Danton ingat, “Kalau mau sukses itu usaha itu harus total, 100%. Jadi kalau mau usaha, ya usaha aja.” Perkataan itu membuat dia mantap keluar sebagai karyawan, lalu memulai bisnis dengan fokus.
Tahun 2004, Danton menggandeng kawannya, Farid, sebagai co-founder JagoanHosting. Waktu itu Farid udah mulai bisnis hosting sejak tahun 2000, meski masih dengan servis ke luar negeri. Tahun yang sama ketika Danton mulai berbisnis. Danton melihat Farid sebagai sosok yang potensial. “Dia ngeliat aku jago jualan, aku liat dia unggul di teknis,” kenang Danton. Dengan satu misi membangun hosting terbesar di Indonesia, akhirnya keduanya mendirikan JagoanHosting.
“Modal bikin startup atau bisnis apapun itu, kalau bahasa kerennya ya kolaborasi. Bisa bikin ini-itu atau mikirin ide doang, ya nggak cukup. Kita harus mencari orang yang bisa melengkapi, dengan skill yang berbeda. Saya nggak bisa teknis sama sekali. Farid nggak bisa ngomong. Di situlah kita saling mengisi, tumbu dan tutup.”
Terus gimana caranya bisa ketemu orang yang tepat? Danton bilang, kuncinya jelas sih: cari teman dan memperluas lingkaran. Rajin-rajin jalin relasi dengan berbagai komunitas, jangan temenan sama yang itu-itu doang. Di sana kita bisa bertemu orang yang dapat membawa kita satu level lebih tinggi. “Kalau bisa, untuk co-founder, cari orang yang paling unggul di bidangnya, yang skillnya berbeda dengan kita. Kalau nggak ada, cari yang setingkat di bawahnya,” pesan Danton.
Kesamaan visi juga penting agar partnership berjalan baik. Danton pribadi, punya visi untuk jadi saluran berkat bagi orang lain. “Jadi apapun usahaku, harus mampu untuk membantu, harus bisa untuk menjadi saluran,” tegasnya. Danton juga mengibaratkan visi mulia ini dengan timba dan pipa. “Pipa kan selalu dilalui air. Ibarat kata air adalah rezeki atau berkat, semakin banyak dan besar pipa, semakin banyak pula berkatnya.” Gue pikir, ini orang udah hebat, punya banyak banget asosiasi keren yang nggak mainstream pula.
Mencari partner juga harus ketemu dengan orang yang punya kesamaan visi. Sama aja kayak nikah kali ya, kalo ngga punya cita-cita yang sama ya ngga bakal bertahan.
Jadi harap diinget-inget ya, modal bikin startup itu bukan duit investor, tapi cari partner yang melengkapi diri sendiri, bukan cari yang sesama jenis. (!)
Comments 2