Pernah mikir gak kenapa penyiar radio itu ngomong kayaknya lancar banget tanpa cela? Nah, untuk berbagi pengalaman tentang dunia radio dan public speaking, penyiar dari GenFM, Eleonora Jessica atau biasa dikenal Jeje ngadain acara Malam Minggu Bareng vol.3 “Girls Speak Up”. Walaupun sempat hujan dan cuaca sedikit mendung, acara yang diadain di kedai kopi “Kroma” ini didatengi oleh anak-anak muda dari mana-mana, bahkan ada yang jauh-jauh dateng dari Karawang hingga Bogor. Ziliun berkempatan untuk wawancara langsung ke Jeje di acara ini.
Simak wawancaranya!
Boleh ceritain tentang ”Malam Minggu Bareng” ini?
Acara “Malam Minggu Bareng” ini awalnya tercetus tidak terencana, spontan gitu. Acara ini dibikin karena melihat respon positif teman-teman penikmat radio di media sosial gue. Setiap hari kamis, gue upload obrolan seputar radio dari sudut pandang orang-orang di radio atau penyiar. Di mana para penyiar ini orang-orang yang terjun dan merasakan langsung medannya, jadi menurut gw isi konten nya sangat valid dari mulut-mulut mereka.
Setelah gue rutin ngebahas hal ini. Banyak yang minta, “tolong dong kak, dibikin seminar aja!”, dan akhirnya jadi acara “Malam Minggu Bareng” ini. Malang Minggu bareng udah diadain 3 kali dari tahun 2018, sampai saat ini topiknya masih membahas tentang public speaking dan dunia radio dalam bentuk saling sharing.
Tapi harapan gue, acara ini bisa mengangkat topik-topik lainnya yang lebih luas dari dunia radio, kayak ngebahas hobi bahkan belajar membuat kue bareng, “why not?”. Intinya, sama-sama mengisi malam Minggu dengan kegiatan bermanfaat, daripada lo sendirian di rumah atau meratapi kejombloan, yuk, kita lakukan hal positif bareng-bareng di “Malam Minggu Bareng”.
Emang orang-orang masih antusias dengan radio?
Dari konten yang gue bagikan, ternyata antusias orang-orang terhadap radio masih besar. Contoh lainnya, waktu itu radio gue (Gen FM) buat semacam open recruitment untuk penyiar #GueAnakRadio, dalam waktu 2 minggu udah masuk 4 ribu pendaftar. Jadi gw surprise ternyata di balik portal-portal musik zaman sekarang, ternyata radio masih memiliki tempat tersendiri di hati pendengar.
Podcast kan sekarang lagi nge-trend tuh, Jeje gak tertarik bikin Podcast?
Sebenernya obrolan tentang podcast ini menghantui gue, gue udah sepengen itu untuk bikin podcast, bahkan dari dulu gue masih bekerja di sebuah perusahaan pembuatan website sebelum di radio.
Karena di industri radio itu sekarang udah bisnis banget. Hal ini enggak bisa disalahkan karena tujuannya berbisnis yaitu mencari profit, tetapi di satu sisi mematikan karakter penyiar. Ya karena durasi yang semakin sedikit, terus lagu yang sama di mana-mana lalu diulang-ulang. Jadi untuk menjadi penyiar yang vokal dengan mengeluarkan karakter itu agak susah sekarang di radio swasta. Nah, menurut gue, dengan adanya podcast ini bener-bener menjadi platform yang tepat, lo bisa ngomongin bebas berekspresi, lu mau ngomongin apa aja, sesimpel itu aja.
Podcast kayak gimana yang mau dibikin Jeje?
Gue udah bikin, namanya “Anak Rantau” tapi itu belum diisi apa-apa. Kepikirannya seru juga ya, gue kan anak rantau yang menghadapi segala kerasnya ibu kota Jakarta lalu bahas apa-apa yang dekat dengan keseharian gue.
Di podcast ini, gue juga udah sempat rekaman dan take vocal sama Genuschka (penyiar Prambors), tetapi belum sempat diannounce aja. Rencananya sudah ada dalam waktu dekat, doakan ya semoga lancar, hehe
Menurut Jeje ada gak sih hal-hal dari radio yang harus diterapin di sebuah Podcast?
Jujur, karena gue belum bener-bener masuk ke dunia podcast, jadi gue merasa belum kompeten untuk ngomongin hal ini. Tapi gue akan selalu mencoba memposisikan diri gue yang merupakan pendengar atau penikmat podcast. Sebenernya, gak ada batasan sama sekali ya, lu mau nyampah it’s OK, karena itu platform yang disediakan untuk “express yourself!” selama ga nyinggung siapa-siapa ya. Akan tetapi, menurut gue alangkah lebih baiknya yang kita bikin itu ada manfaatnya buat orang lain, ada obrolan yang dibawa pulang oleh orang lain, yang nantinya juga di-share orang lain. Saling berbagi manfaat aja. Karena, lo tidak bisa mengontrol siapa yang mendengarkan dan dampak apa yang akan terjadi. Jadi sebaiknya, mikirin konten juga.
Sebagai penyiar radio, gak takut ngeliat tren Podcast ini?
Gue malah melihat hal ini positif banget ya. Menurut gue, orang-orang gak akan beralih beralih dari radio, tapi sekarang jadi semacam ada pilihan baru. Kalau lo bosen dengan penyiar-penyiar favorit lo yang cuma kita dengarkan hanya di waktu-waktu tertentu, dengannya ada podcast ini, ada pilihan baru.
Di saat gue butuh hal-hal yang fresh, sesuatu input baru, inspirasi, gue bisa dengerin podcast. Lo enggak harus terpaku seperti nonton TV/YouTube gitu kan, lo bisa dengerin podcast sambil kerja, sambil makan, bahkan ada sambil mandi. Hal ini membuat podcast jadi menarik. Selain itu hal positif lainnya menurut gue, bikin orang atau anak muda menjadi vokal karena bisa menyuarakan pendapatnya.
Tema acara “Malam Minggu Bareng” ini kan “Girl Speak Up!”, pernah gak Jeje disuruh membawa materi yang berbau sexist gitu?
Jujur kalau dari segi konten, karena gue di radio yang lumayan besar, konten itu sangat sangat dijaga. Jadi hal-hal yang menyinggung, berbau SARA, atau merendahkan pihak tertentu itu gak pernah. Tapi, dulu gue pernah mengalami yang namanya di-underestimate sama partner siaran gue sendiri yang di mana itu cowok. Dia itu siaran lebih duluan dari gue di radio alias senior. Itu lumayan struggling menurut gue. Pertama gue harus bisa ngelawan yang namanya tingkatan-tingkatan kakak kelas atau senioritas di tempat kerja, “lu tau itu trickynya kayak apa?” yang kedua masalah kesetaraan, karena gw cewek dia cowok.
Gimana cara Jeje mengatasinya?
Awalnya, yang gue rasain itu stress banget, jatohnya gw “grumpy” karena enggak bisa mengeluarkan perasaan gue, siaran jadi enggak mood, kami terdengar tidak kompak, impact-nya itu sangat-sangat terdengar ke pendengar gue. Seiring berjalannya waktu, gue menemukan 1 cara yang sangat-sangat simpel, yaitu “komunikasi”. Gue cari momen yang pas, lalu gue atur untuk ngobrol sama dia. Sebelum ketemu tuh, gue persiapan dulu, gue catetin poin-poin kekesalan gue. Jadi gue udah tau tuh bakal ngomongin apa ke dia. Akhirnya, gue keluarin hal-hal yang bikin gue gak suka, gak nyaman, yang mengganggu gue.
Ternyata cara ini works. Hal ini juga yang menginspirasi gue buat ngadain “Malam Minggu Bareng” ini dengan tema “Girl Speak Up“. Karena gue merasa, ada beberapa poin yang perempuan butuh lelaki, dan laki-laki butuh masukan dari perempuan. Jadi di sini gak ada lagi yang sama tinggi, semuanya berkesinambungan, semuanya saling melengkapi.
Pesan Jeje untuk para perempuan di luar sana?
Gue pengen perempuan-perempuan di luar sana untuk speak up bukan hanya dengan berbicara, lo bisa speak up dengan karya lo, lo bisa speak up dengan hasil kerja lo, lo bisa speak up dengan tulisan lo, apapun itu, silakan lo kulik sendiri.