Sebagai pemula dalam dunia kerja, gak heran kalau kita dituntut untuk memiliki kreativitas dan inovasi dalam menyelesaikan masalah yang kompleks di dalam pekerjaan. Karena kalau ga gitu, kehidupan kerjaan malah jadi “datar” dan gitu-gitu aja terus. Kreativitas dan inovasi gak melulu ditekankan ke hal-hal teknis, tapi tentang pentingnya buat kita untuk berpikir beda atau “out of the box”.
Yap!, berpikir beda dapet ngebantu memperkuat kemampuan kita buat ngehasilin ide-ide baru yang arahnya bisa ke cara berpikir yang baru atau solusi yang lebih baik buat nyelesaiin suatu masalah.
Di tempat kerja, pemikiran yang berbeda belum tentu bisa diterima oleh banyak pihak, hal ini kembali lagi kepada lingkungan pekerjaan yang bisa atau engga nerima karyawan yang pikirannya “out of the box”. Mungkin ada beberapa perusahaan yang masih menyelesaikan masalah berdasarkan keputusan dari atasan, atau ada juga perusahaan yang bareng-bareng berembuk untuk mencari solusi agar masalah dapat terpecahkan dengan baik.
Tapi ga heran juga kalau ada perusahaan yang karyawannya, baik senior maupun “anak baru” berusaha untuk memberikan pemikiran yang berbeda supaya solusinya bisa dibagi menjadi beberapa bagian, dan akhirnya ada 1 solusi yang dipilih bersama. Pikiran yang berbeda bisa ditingkatkan dengan 2 teknik yang biasa digunakan, yaitu brainstorming dan needfind.
Untuk ngedukung pikiran yang “out of box”, kita juga harus punya sisi “mindfulness” dalam ningkatin orisinalitas ide-ide baru. Mindfulness sendiri didefinisikan sebagai sebuah kesadaran penuh yang berasal dari keterbukaan dan rasa ingin tau terhadap banyak hal.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harvard Business Review mengenai eksplorasi hubungan antara mindfulness, pemikiran yang berbeda, dan tentang inovasi, yang dilakukan kepada mahasiswa teknik di Universitas Stanford. Peneliti ngeliat dampak dari meditasi mindfulness selama 15 menit pada proses berpikir ke 92 mahasiswa teknik yang berbeda. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa meditasi mindfulness memang dapat meningkatkan ide-ide mahasiswa secara umum.
Dalam studi kedua, mereka menganalisis hasil survei dari 1.400 mahasiswa teknik dan lulusan baru di Amerika Serikat sana, untuk ngukur sejauh mana peran mindfulness dan kepercayaan diri pada kemampuan seseorang untuk jadi seseorang yang inovatif (Innovation Self-Efficacy). Hasilnya, mereka nemuin bahwa mindfulness dapat ngedorong seseorang untuk dapat berpikir secara inovatif. Menariknya, komponen mindfulness yang disebut sikap sadar, adalah komponen terkuat dari Innovation Self-Efficacy.
Jika memiliki sikap yang terbuka dan keingintahuan yang tinggi bisa dijadiin sebagai kemampuan untuk membuat solusi baru untuk nyelesein masalah, maka gak heran apabila banyak perusahaan kayak Google, Cisco, Facebook, dan lain-lain, sering ngadain pelatihan mindfulness untuk mendorong kreativitas dan inovasi, serta keterampilan mengatur emosi dan kesejahteraan karyawan di tempat kerja mereka.
Dan melalui pelatihan itu, perusahaan dapat mempertimbangkan bagaimana mindfulness dapat ningkatin pemikiran yang berbeda dan gimana sifat open minded dapat menjadi salah satu faktor penting bagi seseorang untuk memiliki pola pikir yang inovatif.
Referensi: HBR.org