Saat era disrupsi ini, di mana era startup udah jadi tren, semua orang menggadang-gadangkan bahwa apa aja embel-embelnya harus “digital”. Terlebih lagi di Indonesia, kemunculan 4 unicorns seperti, Gojek, Bukalapak, Tokopedia, dan Traveloka membuat kita semua yakin, di masa depan Indonesia semua serba digital. Pertanyaannya adalah: apakah masa depan yang kita idam-idamkan bersama adalah dunia yang serba digital? Apa kalau enggak digital, otomatis enggak keren gitu?
Akhirnya ada juga yang ngerasain hal yang sama dan yang mengungkapkan langsung itu adalah menteri yang emang punya urusan langsung dengan hal-hal berbau digital, yaitu Mas (panggil Mas aja kali ya, karena dia masih muda, hehe) Wishnutama Kusubandio yang ngejabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dalam pidato pembuka di acara Indonesia Innovation Forum yang diadain oleh Gostartup Indonesia, Mas Wishnutama membagikan perspektifnya yang kita bisa simak dalam satu kutipan di bawah ini:
“Saat ini menjadi entrepreneur sudah menjadi tren yang luar biasa dan menjadi pilihan terfavorit bagi anak muda masa kini. Kecenderungan ini antara lain disebabkan oleh pesatnya perkembangan teknologi informasi dan digital.
Ada mitos yang masih dipercaya di dunia, yaitu digital is about technology. Tapi, sebenarnya digital lebih dari sekadar teknologi. Digital is about the people, digital is about better serving people needs. Tapi, siapa yang dimaksud people yang kita maksud? Tentunya adalah bangsa kita sendiri. Pembangunan ekosistem digital harus bermuara kepada kepentingan bangsa, kepentingan nasional, kepentingan nasional, kepentingan Indonesia.”
Setuju banget sama Mas Wishnutama, rasanya percuma serba digital tapi enggak nyelesein masalah yang ada, tapi malah nambah masalah baru. Namanya mitos, terus gimana cara menangkalnya? Liat term digital dari kacamata yang adil, digital cuma alat bantu, digital bukan segalanya, karena pada ujungnya yang akan kita layani itu orang, manusia, sebuah makhluk yang bernyawa dan punya hati.
Nah, gimana menurut lo?