Salah satu kebiasaan buruk yang sering ditemukan di orang Indonesia:
Kalau sesuatu gak sesuai ekspektasi atau keinginannya, cenderung jadi agresif atau justru diam.
Ini juga yang disetujui oleh Vivi Alatas di sesi Ekonomi acara Indonesian Youth Conference 2015 (28/11) beberapa waktu lalu.
Menurut Vivi, orang Indonesia itu kurang sifat asertif. Kalau dalam bernegosiasi sehari-hari, kecenderungannya cuma dua: violence atau silence. Kalau keinginan tidak terpenuhi, antara protes, marah-marah, atau komplain dengan agresif, atau malah diam saja, ngambek, ngomongin orang di belakang, dan play victim (“memang dia itu jahat, aku ini korban”).
Padahal, untuk jadi profesional, anak muda terutama harus belajar gimana caranya jadi asertif, yaitu stand up to what we believe in dengan cara yang baik dan penuh rasa hormat tanpa perlu marah-marah atau ngambek-ngambekkan.
Assertiveness-lah yang juga, menurut Vivi Alatas, bakal jadi kunci untuk Indonesia menghadapi perdangan bebas di Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Ya, kalau menyampaikan pendapat dan meminta sesuatu aja gak bisa, gimana mau jadi bangsa yang besar? Iya, gak?
Header image credit: impisiproductions.com