Mengenal ODGJ Lebih Jauh Bersama Kita Manusia – Sama seperti kita, Orang dengan Gangguan Jiwa atau ODGJ adalah manusia juga. Namun, kondisinya mungkin sedikit berbeda.
Menurut Info Datin Kemenkes RI, 2019, ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan. Adapun gangguan ini dapat menimbulkan hambatan dalam menjalankan fungsi sebagai manusia. Contoh gangguan mentalnya meliputi depresi, bipolar, anxiety (kecemasan), stres pascatrauma (PTSD), gangguan obsesif kompulsif (OCD), skizofrenia, dlsb.
Gimana kondisi ODGJ di Indonesia?
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Kemenkes RI (2018), terdapat peningkatan jumlah ODGJ di Indonesia, yaitu per 1.000 rumah tangga, minimal ada 7 ODGJ di dalamnya. Sampe sekarang, setidaknya ada sekitar 450 ribu kasus ODGJ berat di Indonesia.
Apakah semuanya ditangani dengan perawatan yang tepat? Faktanya, cuma 38,14% kasus ODGJ yang menerima pengobatan secara medis (Info Datin Kemenkes RI, 2019). Kok bisa? Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kemenkes RI, Dr. Celestinus Eigya Munthe, punya pandangan terkait data di slide sebelumnya.
Menurutnya, isu ODGJ di Indonesia masih terkendala stigma dan diskriminasi dari masyarakat. Selain itu, terbatasnya sarana prasarana juga menjadi salah satu kendala penanganan ODGJ. Sampai hari ini, jumlah psikiater di Indonesia untuk pelayanan kesehatan jiwa kita hanya berjumlah 1.053 orang. Artinya, 1 psikiater harus melayani sekitar 250 ribu penduduk. Tentunya, ini sama sekali bukan jumlah ideal.
Mengenal ODGJ bersama Kita Manusia
Beberapa waktu lalu, tim Menjadi Manusia pun melakukan live–in selama 3 hari di Panti Rehabilitasi Fajar Al-Berseri yang berlokasi di Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat. Selain berinteraksi dengan pengurus panti dan ODGJ, mereka juga mengadakan sesi Berbagi Perspektif on the spot, serta menggali kisah dan perjalanan hidup mereka.
Di Panti Rehabilitasi Fajar Al-Berseri, 70% ODGJ bukan pasien terlantar, melainkan memang sengaja dikirim oleh keluarga mereka. Apakah mereka bisa diajak berinteraksi? Bisa! Selama kita sopan, mereka bisa diajak ngobrol, walaupun ada juga yang ngelantur. Selain itu, ada hal menarik lainnya, nih. ODGJ di panti tersebut punya rutinitas masing-masing untuk bekerja, misalnya bersih-bersih panti, tukang bangunan, pemimpin senam pagi, dlsb.
Sayangnya di sisi lain,
Ada pula ODGJ yang terpaksa harus dipasung karena berisiko membahayakan ODGJ lain ketika malam hari. Tapi, kalo siang hari, mereka tetap beraktivitas di luar kayak biasa. Selain itu, pekerja di panti dan ruangan di sana pun masih belum memadai untuk memberikan penanganan yang optimal. Temuan lainnya, jumlah ODGJ di sana sampai sekarang terus bertambah. Setiap hari, Dinas Sosial dan polisi Satpol PP bisa mengirimkan ODGJ baru ke panti ini. Banyak juga ODGJ yang dinyatakan udah sembuh dan keluar, tapi, akhirnya balik lagi karena dikucilkan dari masyarakat.
Baca juga di sini: Kampanye Kita Manusia, Gerakan Sosial untuk ODGJ
Mengenal ODGJ lebih jauh berarti kita juga berempati dengan kondisi mereka
Idealnya, kita bisa lebih aware sama kondisi sekitar, termasuk tentang isu ODGJ. Perlu diingat, mereka juga manusia yang harus diperhatiin kesejahteraannya. Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Mulai peduli dan berempati! Selain itu, kita juga bisa #BeraniLebihBaik dengan cara ikutan donasi di Kampanye Kita Manusia di sini.
Apakah kamu siap untuk #BeraniLebihBaik melalui Kampanye Kita Manusia?