Mengatur uang bulanan untuk mahasiswa emang susah-susah gampang. Masalahnya, uang yang bisa jadi tabungan, tuh, berapa banyaknya? Hmm..sebenarnya gak banyak-banyak amat, bahkan kalo sang donatur alias orang tua lagi krisis, udah pasti kena getahnya juga.
Tapi..pada dasarnya, namanya menabung itu bukan cuma sekadar nominal yang kita punya, lho. Uang jajan bulanan dari orang tua bisa, kok, cukup untuk menabung. Jangan pikirkan berapa besarnya dulu. Tau gak apa yang paling penting? Konsistensi dan kebiasaan menabungnya,
Menurut riset yang dilakukan oleh Bank of America Merrill Edge, anak-anak muda lebih memprioritaskan uang mereka untuk digunakan ke kebutuhan gaya hidup dibanding untuk persiapan menabung masa depan. Waduh, ini nih yang jadi “biang keroknya”, ketika kebutuhan sekunder menjadi lebih prioritas ketimbang kebutuhan primer.
Padahal..
Kalo konteksnya masih tentang mahasiswa, kenapa gaya hidup menabung tuh penting banget? Iya penting, karena namanya mahasiswa, ada aja kebutuhannya. Mulai dari yang wajib ada tiap semester, plus yang dadakan kayak tahu bulat. Misalnya, beli peralatan praktikum (eh, pandemi, ya?), beli buku pegangan, hingga patungan temen mau sidang akhir. Buat anak kosan, juga harus punya uang tabungan, mana tau amit-amit sakit mendadak. Eh, orang tua belum ngirimin, waduh gawat juga.
Jadi, intinya nabung itu bukan pas uang banyak aja
Nabung bisa dari uang bulanan, kok. Misalnya, orang tua ngasih Rp500.000 per bulan. Maklum, pandemi, jadi uang jajan otomatis berkurang drastis. Bahkan bisa kurang dari situ, ya sebutlah Rp200.000 per bulannya. Emang keliatannya mah sedikit banget. Trus, nabungnya juga sedikit, dong? Iya, gak apa-apa. Inget, prinsip nabung: dikit-dikit, eh lama-lama jadi bukit. Satu kuncinya, yang penting nabung aja dulu. Mau banyak atau sedikit itu urusan belakangan.
Trus, hal yang paling penting adalah bagaimana belajar mengelola keuangan itu sendiri. Kebiasannya dulu yang harus kita pelajari. Nah, jadi pas udah punya banyak uang, udah kebiasaan cara ngatur uang yang bijak.
Ini adalah cara untuk mengelola keuangan dengan membaginya ke dalam beberapa pos. Begini penjelasannya. Coba kita jabarkan untuk konteks mahasiswa, ya.
Pernah dengar prinsip 40:30:20:10 dalam menabung?
40% – Kebutuhan
Persentase ini idealnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari kamu. Misalnya, buat beli buku, kuota buat belajar daring, biaya praktikum, dlsb. Pokoknya ini buat kebutuhan kuliah banget. Kalo gak beli, duh rasanya bisa terhambat proses kuliah kamu.
30% – Cicilan atau hutang
Buat anak kuliahan, biasanya punya cicilan di paylater atau hutang ke temen. Nah, 30% dari uang jajan kamu mesti dialokasikan buat bayar hutang. Selain itu, artinya kalo kamu mau punya hutang, cuma boleh maksimal 30% dari uang jajan kamu. Kalo lebih dari itu gimana? Sebaiknya jangan, deh.
Baca juga di sini: Tips Menabung yang Efektif Untuk Gen Z!
20% – Asuransi, Investasi, dan Dana Darurat
Kalo udah melek sama investasi, bolehlah 20% uang jajannya buat investasi. Bisa mulai dari produk investasi yang risikonya kecil dan harganya juga gak menguras kantong. Tapiii..misalnya uangnya emang gak cukup beli produk investasi apa pun, jadiin dana darurat aja. Tetap alokasikan 20% uang jajan kamu untuk tiga hal di atas, ya.
10% – Kebaikan
Jangan lupa untuk donasi, ya. Gak apa-apa kalo nominalnya masih kecil, yang penting keikhlasan saat kamu memberinya. Sesederhana kamu ngasih donasi untuk kotak amal, deh. Sederhana, tapi ada manfaatnya, kan?
Semoga perkara mengatur uang bulanan untuk mahasiswa bukan lagi jadi hal yang sulit, ya. Selama ada kemauan untuk mengelola keuangan dengan baik, mudah-mudahan semangat menabungnya juga bisa muncul. Semangat!