Andreas Senjaya, CEO Badr Interactive, beberapa waktu lalu berangkat ke San Fransisco untuk mengikuti program inkubasi dan akselerasi 500accelerator yang diselenggarakan oleh 500startups. iGrow, salah satu startup dari Badr Interactive termasuk dalam 52 startup terpilih dari seluruh dunia untuk mengikuti program tersebut selama 4 hingga 5 bulan ke depan.
Perjalanan Andreas Senjaya di San Fransisco tentunya punya banyak ilmu dan pengalaman yang bisa dipelajari. Oleh karena itu, Ziliun akan berbagi tulisan dari Mas Jay selama ia mengikuti program 500accelerator ini. Untuk apa? Berbagi ilmu dan pengalaman, supaya kamu juga bisa ikut belajar apa yang Mas Jay dapatkan di program ini.
Salah satu dari beberapa tugas pekan pertama program 500accelerator yang saya ikuti adalah meningkatkan jumlah transaksi yang terjadi di startup kami. Untuk merealisasikannya, kami memulai strategi email marketing kepada pelanggan saat ini untuk menawarkan peluang kerja sama penanaman terbaru yang akan dibuka iGrow. Susan Su, salah satu mentor di 500 startups adalah pakar email marketing dan content marketing. Susan punya banyak pengalaman di bidang marketing, ia juga punya banyak insight tentang email marketing dan konten marketing. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi ilmu dari beliau tentang email marketing ya.
Banyak dari kita sering mempertanyakan apakah email marketing masih menjadi sarana efektif untuk menciptakan konversi transaksi untuk bisnis kita. Jawabannya bisa bervariasi, tapi jika kita tahu teknik-teknik yang efektif serta optimal dalam mempergunakan email marketing, email marketing bisa menjadi tools yang sangat optimal. Beberapa alasannya:
- Biaya marketing yang diperlukan dan dikeluarkan sangat murah. Tidak seperti channel berbayar seperti Facebook Ads dan Google Ads. Email marketing tidak memerlukan biaya, yang diperlukan adalah waktu untuk eksperimen mencari insight konten seperti apa yang cocok bagi market kita sehingga target Call to Action (CTA) yang diinginkan bisa tercapai.
- Tidak ada misteri algoritma teknikal di sana, kita tidak perlu menebak-nebak bagaimana sebuah email bekerja secara teknikal. Ini bukan seperti algoritma Google atau EdgeRank Facebook yang kita perlu eksplorasi, satu-satunya algoritma yang perlu dipahami adalah algoritma psikologis manusia. Seperti apa konten email yang paling cocok secara psikologis dengan target market kita.
- Trackable, email marketing bisa kita monitor performanya dengan banyak tools yang sudah ada di pasaran. Kita bisa mengetahui mana email yang bisa mencapai target mana yang tidak.
- Wide spread, email bisa sangat luas kita sebarkan bergantung dari seberapa banyak list alamat email yang kita miliki. Saat ini adalah lebih dari 4 miliar akun email di dunia dan 25% dari jumlah tersebut adalah akun email bisnis. Jumlah pengguna Facebook pun kalah dengan jumlah ini.
Potensi email marketing yang sangat besar tersebut juga tentu saja memiliki tantangan. Tantangan terbesar yang kita hadapi ketika melakukan strategi email marketing adalah inbox email yang sangat penuh dengan noise dan tidak semua email dibuka. Rata-rata dalam 1 bulan jika email kita aktif, kita bisa mendapatkan lebih dari 500 email. Dan tentu saja tidak setiap email itu akan dibuka oleh pemiliknya, hal itu menyebabkan probabilitas email marketing yang kita kirimkan dibuka dan dibaca oleh target market kita rata-rata berkisar antara 20% hingga 25%. Jadi strategi untuk membuat email marketing menjadi sebuah hal yang wajib dijalankan jika kita ingin konten di email marketing kita bisa mendongkrak kinerja bisnis startup kita.
Tantangan lain yang dimiliki sebuah startup dalam menjalankan strategi email marketing adalah kita masih belum punya brand. Tidak banyak yang mengenal brand sebuah startup, jadi jangan berharap banyak orang akan mau menghabiskan waktu untuk memikirkan kita biarpun kita mengklaim kita adalah brand dengan produk terbaik. Email marketing yang kita buat tidak bisa melulu mengandalkan label atau brand startup, tapi harus punya teknik copywriting (ilmu sekaligus seni mengolah kata atau menciptakan konten untuk media yang bisa menarik perhatian hingga menghasilkan konversi bisnis) yang bagus juga untuk menarik perhatian mereka.
Dalam menjalankan bisnis, email marketing tidak hanya bisa digunakan untuk mendapatkan pelanggan saja, tapi juga bisa digunakan untuk melakukan campaign, mengaktivasi customer yang sudah lama tidak aktif, meningkatkan retensi atau repetisi transaksi dari customer saat ini, meningkatkan efek referral dari produk kita, dll. Namun dari semua itu yang pasti paling tinggi open rate-nya adalah email transaksional yang berkaitan dengan hal-hal seperti bukti pembelian, konfirmasi akun, reset password, atau informasi detail akun kita. Nah jika startup kita masih belum optimal dalam setiap jenis campaign itu, mari kita coba memulai melakukan strategi email marketing untuk mengaktivasi customer yang sudah lama tidak aktif misalnya, bahkan hal ini bisa dilakukan secara otomatis.
Jika kita ingin memulai menggunakan strategi email marketing untuk startup atau minimal memperbaiki cara kita menjalankannya saat ini, hal pertama yang harus ada dalam benak kita adalah “always be collecting”. Maksudnya adalah kita kumpulkan sebanyak-banyaknya email yang relevan dari beragam cara dan channel. Beberapa contoh cara yang bisa kita pergunakan antara lain mengumpulkan kontak dari kartu nama yang kita dapatkan saat event yang relevan dengan bisnis kita, fitur subscribe, menawarkan konten gratis berkualitas dengan input email, campaign berbayar melalui Facebook atau Google, hingga fitur popup yang meminta email kita juga terkadang efektif dalam mengumpulkan email. Semakin banyak email yang kita miliki (biasanya banyak disebut dengan nama list building) maka akan semakin luas juga aktivitas marketing yang bisa kita lakukan.
Saat ini saya sedang memulai mempelajari dan melakukan strategi email marketing, langkah pertama yang saya lakukan adalah mempersiapkan konten dan mengumpulkan semua alamat email customer saat ini yang telah bertransaksi dengan startup kami. Ini baru langkah paling awal. Masih ada langkah lainnya seperti menciptakan target Call to Action, memakai tools email monitoring, hingga mencoba berbagai macam eksperimen konten. InsyaAllah di lain kesempatan saya akan sharing tentang optimasi konten email kita untuk melakukan strategi ini, paling tidak setelah saya telah berhasil dalam menjalankan strategi ini. Karena saat ini saya juga baru memulainya, mari kita belajar bersama.
Untuk pembaca yang sudah terbiasa bahkan mahir dalam menggunakan strategi ini minta tolong untuk tidak sungkan berbagi pengalaman dan tips-tips dalam hal ini ya!
Semangat belajar!
Artikel ini ditulis oleh Andreas Senjaya, dan sebelumnya dipublikasikan di blog pribadi Andreas Senjaya.
Comments 2