Fenomena Media Alternatif: Efektif Tapi Bisa Bawa Dampak Negatif – Media sebagai sarana buat dapetin informasi yang tepat dan akurat udah jadi kebutuhan sehari-hari buat masyarakat. Seiring perkembangan teknologi, kita semakin mudah buat dapetin informasi. Peran media konvensional kayak TV, surat kabar dan majalah sekarang udah mulai shifting ke dunia digital dengan adanya internet.
Beralihnya kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi berita beriringan dengan menjamurnya media alternatif. Salah satunya adalah media alternatif pop culture yang ngebahas fenomena-fenomena yang terjadi di seputar skena anak muda. Beberapa yang paling populer di Indonesia adalah Folkative, USS Feed, dan juga Volix yang merupakan media alternatif berbasis Instagram yang ngebahas informasi berita seputar pop culture, entertainment, atau bahas tentang fenomena yang lagi happening.
Uniknya, media-media alternatif ini tuh nyajiin informasi berita yang cukup berbeda dari media arus utama. Alih-alih mengkaji satu topik dengan lengkap dan komprehensif, media alternatif ini mengangkat topik secara snackable dengan cuma masang headline satu kalimat dalam beritanya ditambah sama caption yang singkat.
Kenapa media alternatif ini bisa ramai kayak sekarang?
Media alternatif gak mungkin laku kalo gak ada pasarnya. Yap, kita– sebagai Gen-Z ini merupakan sasaran empuk bagi media alternatif. Karena, menurut survei dari Maverick Indonesia, Gen-Z di Indonesia lebih senang dengan topik-topik pop culture macam berita selebriti, perjalanan, olahraga dan musik.
Kebiasaan gen-Z yang lebih suka mengkonsumsi berita dengan kalimat pendek dan visual yang sederhana menjadikan media alternatif digandrungi muda-mudi belakangan ini. Sejalan sama survei ini, Folkative jadi media alternatif nomor satu yang paling disukai, sedangkan USS Feed ada di posisi ke empat.
Mengutip dari Media Indonesia, CEO Folkative sejak 2018– Kenneth William ngejelasin kalo dia “sengaja” ngebuat portal berita satu pintu yang dikemas secara simple. Hal ini dirancang se-simple mungkin karena dia pengen para pembacanya mudah mengerti dan langsung to-the-point sama berita yang mereka konsumsi. So, mereka jadi bisa stay updated dengan cepat.
Kalo dipikir-pikir, ya emang bagus dong fenomena media alternatif ini?
Hmmm, iya juga sih, media alternatif kayak gini emang efektif buat nyajiin berita yang cepat buat para pembacanya. Terus, engagement dari media alternatif ini cenderung lebih besar karena mereka masih punya cukup “ruang” dan kesempatan buat ngebahas berita lebih lanjut di caption atau kolom komentar. Belum lagi kalo media alternatifnya ngebuat semacam komunitas, kayak USS Feed yang bangun culture community-nya lewat berbagai event-event anak muda macam USS Downtown Market.
Tapi apakah media alternatif ini melulu soal bagus-bagusnya aja? Ya gak juga, karena ada beberapa dampak buruk buat sekitar. Salah satunya buat kelangsungan media konvensional. Kalo ngeliat dari sisi readership, makin banyak orang yang ninggalin media yang nyediain berita sesuai kaidah jurnalistik karena lebih senang sama berita yang singkat dan simple. Tentu, kalo hal ini terjadi terus menerus, media konvensional yang bahkan udah go digital pelan-pelan bakal kalah sama media alternatif yang serba cepat dan singkat ini.
Terus, media alternatif ini juga punya dampak buruk buat kita sebagai pembaca. Berita yang disajiin sama media ini lebih banyak mengutip dari sumber lain yang bikin media alternatif jadi kurang kredibel. Ini ngebuat konten yang mereka produksi bisa aja bersifat misleading atau hoaks. Ditambah, karena banyak dari kita yang ngerasa udah puas sama berita singkat, kita jadi cenderung malas buat ngeksplor lagi berita secara komprehensif dan mendalam. Padahal, apa yang “dicomot” dan di-repost sama media alternatif itu belum tentu 100% bener.
Untuk menemukan konten menarik lainnya seputar isu anak muda, yuk kunjungi profil Instagram Ziliun! dan jangan lupa di-follow juga!