The biggest thing we all knew was that cofounders tend to do better than single founders – Ron Conway
Bertemu dengan cofounder memang gampang-gampang susah. Dalam startup, cofounder faktor penting karena saat kamu memiliki ide bisnis yang bagus, tapi belum tahu bagaimana caranya membangun sebuah produk. Atau, saat kamu mempunyai kemampuan teknologi yang matang, tapi ada kelemahan dalam kemampuan berbisnis, di situlah kamu membutuhkan cofounder.
Sering terjadi hal yang menurut saya kesalahan pada setiap pendiri startup, misalnya,
“Gue pengen membuat startup, seperti TechCrunch (blog teknologi).”
“Lo pernah dengar Dailysocial atau Teknojurnal?”
“Ga tahu.”
“Berapa orang founder di tim lo?”
“Tiga!”
“Dari tiga orang ini ada yang punya pengalaman tentang pemrograman?”
“Tidak.”
“Kalau pengalaman membuat blog atau apapun itu?”
“Tidak ada. Kami bertiga semuanya gemar menulis dan semuanya bukan programmer.”
What the F…
Baca juga: Modal Bikin Startup: Cari Co-Founder yang Tepat
Setahu saya, startup biasanya memiliki founder yang tidak lebih dari tiga founder utama pada awal pendiriannya, seperti Facebook, Google, Techcrunch dll. Tapi tidak menutup kemungkinan bisa lebih, atau bisa saja kurang dari tiga. Mungkin dua founder bisa dikategorikan cukup, cobalah hindari ‘three-body problem’. Tapi satu founder juga tidak menutup kemungkinan untuk berjalan, misalnya saja Mark Zuckerberg sang pemilik Facebook.
Untuk empat atau lima founder biasanya gagal. Jika ada perusahaan dengan 4-5 founder dan bisa berjalan, hal itu dimungkinkan oleh dua orang founder mendominasi. Startup dengan lima founder secara kasar mereka akan membagi saham masing-masing 20% di masa berjalannya startup, karena jumlah founder yang banyak, akan muncul uneg-uneg, seperti “banyakan saham kamu daripada saya” atau “kenapa kok rasanya kerja gw lebih berat dari pada elu?”. Akan sulit menjaga banyak orang untuk tetap pada level hard work yang setara.
Baca juga: 3 Tips dari Marshall Utoyo tentang Memilih Co-founder
Lalu, bagaimana mencari cofounder?
Menurut Yohan Totting, cara mendapatkan cofounder itu sama seperti kita mencari pacar. “Kalau kalian ingin memiliki pacar pemain basket, maka kalian harus main di lapangan basket. Begitu juga dengan mencari cofounder, dengan datang ke acara-acara konferensi atau networking teknologi” ujar Yohan saat menjadi pembicara di acara Meetup GDG Jakarta di Conclave pada Selasa (19/04/2016).
Lebih baik jika kamu memiliki cofounder yang pernah bekerja sama dengan kamu sebelumnya. Tentu kamu tidak akan ‘menikahi’ seseorang yang baru kamu temui kemarin. Kamu harus melalui masa-masa ‘kencan’ bersamanya untuk mengenal dirinya.
Idealnya cofounder adalah seseorang yang memperkuat kelebihan kamu dan menutupi kekurangan mu.
You need people with complementary skill sets, so you get more done.
Pahamilah juga tipe startup apa yang kamu buat, jika membangun startup tipe teknologi misalnya e-commerce, maka cofounder yang kuat di programming dan design akan sangat penting.
Inget ya, Networking. Networking. Networking. Datang ke acara yang memungkinkan untuk bertemu dengan partner bisnis. Datang ke acara meetup GDG Jakarta, meetup GBG Jakarta, Popcon Asia dan banyak lagi. Cofounder ga akan bisa ditemukan hanya di kamarmu.
Baca juga: 4 Co-founder yang Bisa Dijadikan Role Model Membangun Startup
Image header credit: dok.ziliun