Tidak semua orang memiliki ide startup. Jika kamu memilikinya, itu luar biasa. Namun saat ide tersebut datang, banyak yang mengatakan jika gagasan itu hanya mudah diucapkan dan sulit dilakukan. Jika kamu ingin membuktikan bahwa ide kamu benar-benar bisa dieksekusi, cobalah untuk melakukan validasi ide startup yang muncul di benak kamu.
Perusahaan atau startup yang telah sukses menjalankan bisnisnya, biasanya melahirkan produk dengan melakukan beberapa proses. Salah satunya adalah langkah untuk validasi pasar. Proses ini dilakukan dengan riset sekunder dan primer.
Penelitian sekunder
Penelitian sekunder ini dilakukan dengan membaca hasil penelitian orang lain. Ada artikel, jurnal, statistik, dan banyak lagi. Fokuskan kepada analisis kompetitif dan juga riset umum.
Ide startup yang kamu miliki bisa jadi telah dipikirkan orang lain dan bahkan dieksekusi. Untuk itu lakukan riset kompetitif dengan mengetikkan keyword yang berkaitan dengan ide bisnis kamu. Jika terdapat pesaing, hal itu justru pertanda baik. Artinya ide bisnis kamu memang telah divalidasi oleh pasar. Lagi pula tidak semua pesaing itu buruk. Bisa jadi mereka belum berhasil bukan karena idenya melainkan eksekusi yang tidak sesuai.
Setelah selesai melakukan analisis pesaing, saatnya beranjak ke membaca sebanyak yang kamu bisa mengenai topik bisnis kamu. Cari publikasi berita, jurnal, posting blog, makalah penelitian, jurnal, undang-undang, berkas dokumen hukum dan banyak lagi sebagai referensi kamu. Pastikan mencari sumber yang berkualitas dan baik. Pastikan juga penelitian kamu benar-benar merasuk ke dalam ide bisnis startup hingga membuat kamu serasa dalam performa terbaik untuk melakukannya.
Penelitian Primer
Riset atau penelitian Primer ini harus kamu lakukan sendiri. Biasanya berbentuk data yang kamu dapatkan dari survei, wawancara, mendapatkannya dari email hingga melakukan pencarian klik. Mulailah dengan membuat hipotesis terlebih dahulu untuk membuktikan bahwa ide bisnis kamu dapat divalidasi. Selanjutnya buatlah daftar pertanyaan yang sifatnya tidak bias kepada konsumen atau bisnis, apakah bisnis kamu valid atau tidak.
Langkah selanjutnya kamu dapat mencari sampel baik dari konsumen atau bisnis untuk diberikan survei hingga melakukan wawancara. Untuk mencari sampel, kamu dapat memanfaatkan media sosial, email, canvassing, dan banyak lagi. Pastikan saat kamu melakukan survei, tidak memberitahu ide atau produk bisnis hingga selesai. Setelah itu, barulah sampaikan ide bisnis kamu dan terima pertanyaan mereka tentang ide yang kamu miliki tersebut.
Selain dengan melakukan survei, kamu juga dapat melakukan penelitian dengan pelacakan klik online pada iklan. Jika kamu belum memiliki produk, buat produk palsu sebagai iklan. Untuk cara ini, media Facebook sangat ramah. Dari klik tersebut, iklan akan mengarah pada halaman yang diinginkan. Jika sampai pada halaman ini, konsumen bersedia untuk mendaftarkan emailnya, dan memberikan pertanyaan, maka hal tersebut adalah pertanda bagus untuk ide bisnis kamu.
Yang harus dipahami dari proses diatas adalah keduanya dapat dilakukan dengan cepat. Alokasikan hanya satu atau dua minggu saja untuk melakukan riset sekunder dan primer. Salah satu karakter utama startup adalah fail fast fail cheap, sehingga kecepatan sangat bergantung pada jumlah kerugian waktu dan modal yang bisa kamu minimalisir.
Setelah mendapatkan hasil riset, cobalah tanya beberapa hal ke tim dan jawab dengan jujur beberapa pertanyaan ini.
- Adakah titik yang benar-benar membuat pasar menderita dan butuh untuk diselesaikan dengan produk atau jasa yang lebih baik?
- Adakah pesaing yang terlalu kuat untuk dilawan?
- Adakah akses yang dapat diandalkan untuk meraih pengguna?
Sesuai menjawab ketiga pertanyaan ini, kamu bisa memikirkan kembali apakah ide kamu benar-benar layak di eksekusi. Jika kamu merasa yakin, maka kami bisa mulai membangun MVP (Minimum Viable Product) dari ide startup kamu, sebuah prototype yang bisa menjanjikan layanan yang cukup tanpa fitur yang terlalu lengkap.
Setelah itu, kamu bisa membuktikan bahwa memang ide startup kamu buka hanya gagasan, namun bisa dieksekusi dan memiliki pasarnya sendiri.
Referensi: Nick Raushenbush on Medium