Kita dan Manajemen Ekspektasi
Ekspektasi deket banget sama kehidupan kita. Bisa dibilang hampir tiap hari, kita bertemu sama yang namanya hal satu itu. Bukan cuma dalam artian yang formal, misalkan ekspektasi atasan dengan bawahan atau ekspektasi dengan kerjaan dan perkuliahan. Ternyata, ekspektasi juga muncul di kehidupan digital kita sehari-hari, yapp bener kehidupan digital.
Maksudnya apa, nih?
Iya kehidupan digital nan maya, kayak di Instagram, Twitter, bahkan se-simple status WhatsApp. Contoh yang sering banget terjadi, ada selebgram A yang selama ini kita tahu gimana citra dia yang anggun nan kemayu. Trus tanpa ada angin atau hujan, tiba-tiba banget dia salah ngomong dan viral. Banyak yang jadinya kecewa dan berbagai komentar hilir mudik di media sosial dengan kecenderungan yang hampir sama, yaitu gak terima dengan sikap si selebgram A. Mengutip dari John A. Johnson di situs Psychology Today, kita sering berekspektasi tanpa disertai alasan yang kuat, jadi kalo dikaitin sama konteks di atas, ngapain berekspektasi sama selebgram yang jelas-jelas gak kenal sama kita secara personal.
Padahal inget tuh kata Bunda Dorce tiap dia mau nutup Dorce Show, “kesempurnaan hanya milik yang di atas, kekurangan ada di diri saya”, artinya apa? gak ada manusia yang sempurna, alias pasti ada juga kesalahan yang muncul, termasuk si selebgram A ini. Kita yang salah, kita punya ekspektasi yang tinggi ke dia, kalo dia gak akan bikin kesalahan atau berbuat aneh-aneh.
Manajemen ekspektasi di tahun 2021
2021 baru berjalan sekitar satu minggu, baru bentar banget. Ada baiknya di tahun ini, kita semua belajar buat mengatur ekspektasi, dalam artian biar gak kecewa-kecewa banget menjalani tahun ini. Belajar dari 2020 yang seakan semua harapan dan cita-cita harus mengalami perubahan akibat pandemi. Tahun ini pengen punya pekerjaan atau pengen sekolah lagi atau pengen buka usaha, lanjutkan dengan usaha yang maksimal, tapi mesti yakin juga kalo gak semua harus berjalan sesuai keinginan. Di sanalah ekspektasi mengambil peran supaya kita gak kecewa atau bahkan sakit hati yang berlebihan kalo emang gak kesampaian.
Belajar juga berhenti berekspektasi sama orang lain
Nah ini paling penting banget, ekspektasi sama diri sendiri aja gak boleh, apalagi sama orang lain. Kita gak bisa mengatur apa yang orang lain lakukan, apalagi kecewa atas kesalahan orang lain. Sama sekali gak bisa dan sepertinya gak boleh, bukan cuma gak baik buat diri sendiri, juga gak baik sama orang tersebut.
Asli deh, kita bisa mudah sakit hati bahkan marah kalo sering ekspektasi sama orang lain. Apalagi orang lain itu sebenarnya orang asing buat kita, misalkan kayak contoh selebgram di atas. Nanti takutnya yha, ekspektasi tadi berkembang menjadi harapan, dan itu lebih tinggi lagi damage-nya kalo gagal. Kemudian, kita sebel sama seseorang karena sifatnya atau barangkali kebiasaannya, kita gak bisa yang namanya mengubah orang lain, tapi kita yang harus berubah. Maksudnya, berubah untuk jadi bodo amat atau berubah supaya gak terlalu memikirkan apa yang orang lain lakukan.
Saatnya buat manajemen ekspektasi untuk kita yang lebih baik
Yappp, untuk kita yang lebih baik, lebih happy, dan lebih santai. Gak usah mikirin hal-hal di luar kendali kita atau bahkan hal-hal yang masih belum pasti keberhasilannya. Udah 2021, pastinya makin banyak tantangan atau kejadian yang bikin ngelus dada, makanya penting banget punya manajemen ekspektasi.
Last but not least, cuma mau bilang, less expectations will make you become happier.