Di depan kantornya Ziliun, sering banget tiba-tiba terdengar suara orang teriak-teriak. Bukan teriak gimana sih, cuma mahasiswa aja pada demonstrasi (walaupun kita gak tahu berapa persen yang beneran mahasiswa, berapa yang cuma bayaran).
Kayaknya sekarang itu bukan lagi zaman Orde Baru deh. Kita udah gak perlu memboikot gedung DPR demi meruntuhkan pemerintahan dan mendapatkan kebebasan berekspresi. Sekarang kondisinya Indonesia itu udah benar-benar bebas. Mau maki-maki presiden di social media juga gak bakal ditembak.
Tapi, justru itu, kalau kita udah bisa bebas melakukan apapun, tanpa takut ditembak atau ngilang tiba-tiba gak ada jejaknya, kenapa masih memilih untuk demo-demo gak jelas?
Baca juga: Dunia Disabilitas, Dunia Kita Juga
Di acara The Backstage (29/09) yang diselenggarakan ziliun.com bekerjasama dengan UGM Expo, Pak Sang Kompiang Wirawan yang merupakan Kasubdit Inkubasi Direktorat Pengembangan Usaha & Inkubasi UGM bilang kalau mahasiswa mestinya jangan menambah “daftar komplain” dengan demo, tapi justru memberikan solusi bagi lingkungan terdekat.
Emangnya gampang memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah? Ya gampang, kalau mindset-nya adalah mulai dari hal kecil dan mulai dari lingkungan terdekat.
Misalnya, seperti yang dilakukan oleh teman-teman UGM yang mengikuti program inkubasi Innovative Academy. Ada startup bernama Pasienia.com, yaitu sebuah support group berbasis media sosial untuk para pasien agar bisa terhubung dengan mereka yang memiliki penyakit yang sama.
Baca juga: Mahasiswa = Agent of Change? Tanya Lagi
Lalu ada Barbekos.com, marketplace yang menghubungkan para anak kos untuk jual-beli barang bekas kosan. Idenya simpel, tapi bermanfaat, karena datangnya dari masalah sehari-hari atau masalah yang kita lihat sendiri.
Yang pada demo itu mahasiswa. Yang berkarya untuk memecahkan masalah dengan teknologi seperti contoh di atas itu juga mahasiswa. Ya cuma emang beda aja, orang yang cuma bisa komplain, dengan orang yang bener-bener mau solve problem.
Berkoar-koar emang lebih gampang, tapi masa sih bisa sampe situ doang? Masih belum move on dari zaman Orde Baru, gitu?
Header image credit: terowonginformasi.blogspot.com