“Bagi saya, memberi tidak harus dengan uang, namun juga bisa dengan pengaruh dari apa yang kita lakukan. Tujuannya agar ketika orang lain melihat kita berkarya, mereka akan termotivasi untuk memiliki ide atau semangat bekerja.” – Andre Pradiktha
Andre Pradiktha baru menyelesaikan studi arsitekturnya di Universitas Udayana sekitar dua tahun yang lalu, namun karyanya sudah mendapatkan pengakuan internasional. Pada 2012, karyanya yang bertajuk Open Plan memenangkan community prize di Rethink Hotels, sebuah kompetisi yang diadakan Tablet Hotels untuk merancang hotel yang menghubungkan traveler dan masyarakat lokal. Ia juga memenangkan award dalam mendesain hotel room of the future, sebuah tantangan yang diberikan Marriott International.
Simak ngobrol Ziliun dengan Andre berikut, untuk tahu pola pikir seperti apa yang dimilikinya.
Apakah sejak dulu Andre memang ingin menekuni bidang arsitektur?
Iya, saya memang sekolah arsitektur dan sangat senang dengan bidang arsitektur. Bagi saya, arsitektur sudah menjadi passion, dan memang keahlian saya lebih ke bidang arsitektur dibanding bidang lainnya. Berawal dari cita-cita, lalu menekuni bidang seni dan kreatif, hingga akhirnya bersekolah dan berprofesi sebagai arsitek–bagi saya ini adalah sebuah proses panjang perjalanan hidup.
Bagaimana keluarga dan masa kecil mempengaruhi mindset dan kreativitas Andre?
Saya memang dicekoki dunia menggambar sejak kecil oleh keluarga, terutama Ibu. Dari kecil, Ibu sudah mengarahkan saya untuk ikut lomba menggambar-mewarnai. Sejak kecil saya memang diberikan bekal untuk selalu berkompetisi (ikut lomba), dan tidak berorientasi pada menang dan hadiah, melainkan bagaimana semangat usaha itu ditanamkan, sehingga nanti akan terbiasa untuk mencoba dan pantang menyerah. Ini menyadarkan saya sekarang, setelah dewasa, bahwa didikan orang tua pada saat masa kecil itu sangat berperan bagi masa depan anak.
Baca juga: Kreavi 28: Part One
Bagaimana struggle-nya saat mulai berkarya di sebagai arsitek?
Struggle-nya adalah bagaimana kita harus tetap kompetitif. Saya pikir arsitektur akan sama dengan bidang kreatif lain–zaman cepat berubah, tren dan standar juga cepat berubah. Makanya, kita harus terus menyesuaikan diri untuk lebih baik. Terkadang, saya sudah puas setelah belajar semua yang ingin saya ketahui, tetapi ternyata dunia menuntut untuk terus mempelajari yang harus saya ketahui, sehingga proses belajar itu seakan tidak akan ada habisnya.
Apa kegagalan terbesar yang pernah dialami? Dan bagaimana mengatasinya saat itu?
Kegagalan terbesar di bidang arsitektur yang saya alami, adalah ketika saya telah berusaha sepenuh hati dan jiwa, namun karya saya ditolak. Klien malah memilih karya yang lain secara subjektif. Sedangkan, saat saya berkarya yang menurut saya biasa saja, klien justru suka. Hal ini agak misterius memang, tapi bagi saya itulah hidup, terkadang hal yang berlebihan–misalnya semangat yang berlebihan–juga tidak baik.
Dampak positif apa yang Andre coba ciptakan di Indonesia melalui karya arsitektur?
Arsitektur bagi saya adalah inspirasi. Saya mencoba berkarya untuk menginspirasi teman-teman dan orang lainnya. Bagi saya, memberi tidak harus dengan uang, namun juga bisa dengan pengaruh dari apa yang kita lakukan. Tujuannya agar ketika orang lain melihat kita berkarya, mereka akan termotivasi untuk memiliki ide atau semangat bekerja. Saya kira itu dampak positif yang berusaha saya ciptakan, yang juga saya tuangkan melalui website saya dengan motto “to inspire people is a step to design the world“.
Apa mindset paling penting yang harus dimiliki untuk berhasil?
Jangan mudah menyerah.
#kreavi28 adalah kolaborasi Kreavi.com dengan Ziliun.com yang berisi 28 Talenta Kreatif Indonesia dengan usia maksimal 28 tahun. Para talenta kreatif ini berkarya di berbagai bidang mulai dari mode, komik, ilustrasi, animasi, event, kuliner, film, hingga game.
Header image credit: fastcompany.com
Comments 1