Ketika ditemui oleh tim Ziliun pada PopCon Asia 2015 akhir peran kemarin, Kong Andri malah ga berekspektasi karyanya untuk terjual. Malah ia merasa takut kurang persiapan karena khawatir barangnya sudah sold out lewat Instagram.
“Jadi ke sini cuman pengen tau orang – orangnya kayak gimana. And simply testing the waters. Hahaha,” ujar Kong Andri.
Dimulai dari mengoleksi toys, ia lalu mulai mengikuti perlombaan toys designing. Dan ga nanggung-nanggung, langsung yang bertaraf internasional. Kong Andri yang awalnya memang seorang designer, lalu menjadi toys designer. Proyek perdananya dimulai ketika perusahaan Dead Zebra Inc memberi tugas untuk mendesain toys Android yang juga berkolaborasi dengan Google serta artist-artist lainnya. Google mengirimkan 30 buah medium toys kosong yang untuk didesain.
Baca juga: Never Too Old For Toys
Lalu ia menjelaskan bahwa dalam toys designing ada dua jenis proses.
“Toys designing ini ada dua macam, ada yang dari sketch awal, bener bener from zero. Dari segi desain, medium, bentuk itu kita yang menciptakan konsep original-nya. Satu lagi yaitu customized, jadi medium-nya sudah tersedia, semacam kanvasnya kalau buat pelukis. Nah di sini orientasinya bukan sebagai toys tapi dijual sebagai art,” jelasnya.
Ia sering mengikuti pameran di Amerika, terutama di New York. Kebanyakan pelanggannnya berasal dari luar negeri, terutama Amerika dan Perancis.
Baca juga: Kendy Tandiono, Ciptakan Mainan Sebagai Karya Seni
“Kalau orang Asia biasanya pesen online. Misalkan orang Indonesia yang kerja di Google. Apalagi market-nya di Indonesia masih sangat kecil,” ujarnya.
Ia pun berkeluh tentang minimnya apresiasi yang didapatkan di Indonesia.
“Sering ditanyain, kenapa sih ke luar negeri terus? Karena di sini kurang apresiasi. Pasar toys di Indonesia masih kecil. Orang-orang di sini belum begitu ‘ngeh’ dan belum bisa melihat nilai estetikanya. Orang kaget dengan harganya. Terutama yang saya jual itu art bukan toys, tidak diproduksi massal dan pengerjaannya penuh detail,” imbuhnya.
Mungkin karena di Indonesia belum begitu paham ya, fungsi dan makna estetika dalam art itu apa. Seperti yang dijelaskan di artikel sebelumnya, ternyata seni dan estetika mempunyai makna yang lebih mendalam daripada hanya sekedar menjadi hiasan.
Semoga ke depannya apresiasi terhadap art terutama toys meningkat ya di Indonesia, maju terus toys designer Indonesia!
Baca juga: Bryan Lie, Elevasi Makna Mainan Lewat God Complex
Header image credit: androidguys.com
Comments 2