Apa iya kita butuh untuk beli sesuatu agar kita lebih happy?
Kalau patokannya adalah iklan-iklan usaha berbasis teknologi alias startup yang terpampang di MRT, jawabanya adalah iya.
Tapi apa bener begitu?
Ada banyak iklan yang tanpa disadari, memaksakan kita untuk butuh sesuatu. Kita butuh jalan-jalan, butuh beli sepatu terbaru, butuh minum kopi yang lagi diomongin semua orang, pesan lewat layanan ojol favorit, butuh untuk segera gunakan vocer yang hanya berlaku hari ini, butuh untuk bayar semua itu tapi nggak punya uang? Ada pinjol yang bisa jadi solusi untuk semua kebutuhan kamu.
Jadi, bener begitu?
Oke. Ini sih basic banget, tapi kadang kita lupa. Kadang gemerlap iklan itu bikin kita lupa soal teori dasar ini: bedakan antara kebutuhan dengan keinginan.
Pertama, tentunya, penuhi kebutuhan dasar dulu. Kebutuhan yang memungkinkan kita hidup. Mulai dari makanan, pakaian dan tempat tinggal. Termasuk juga kebutuhan untuk kesehatan, baik fisik maupun mental.
Kedua, kebutuhan yang sifatnya memperbaiki dan mendukung diri dan kehidupan kita. Patokannya sederhana sih, tanya saja: apakah dengan membeli / mendapatkan hal tertentu kita akan menjadi lebih baik?
Apakah beli sepatu yang hype beast banget itu akan membuat kita jadi orang yang lebih baik?
Tentunya hal ini adalah area abu-abu yang mudah bikin tergelincir.
Manusia mudah terombang-ambing dalam mengambil keputusan. Ini sebabnya, kalau ada dua orang yang kita sukai, kadang nggak bisa banget kalau disuruh harus milih. Mending terjun payung deh daripada milih antara dua dambaan hati.
Contohnya nih. Kebutuhan dasar untuk makan, agar bisa bertahan hidup. Bagi anak urban di kota-kota besar, kebutuhan ini mudah sekali berkabut dengan keinginan. Notifikasi makan enak berbalut vocer dari layanan ojol kesukaan, misalnya, membuat memilih makan siang saja jadi tidak sederhana.
Nah, kalau sudah kabut, mudah sekali jadi kalut.
Alasan pun muncul di kepala. Misalnya: kan minggu ini gw pusing banget, jadi butuh makanan yang enak biar nggak stress! Makan kan kebutuhan dasar, udah gitu kesehatan mental kan juga penting. Gw orangnya mood banget, daripada gw jadi orang jahat karena stress mending gw … dan seterusnya dan seterusnya.
Apakah berarti tidak boleh memanjakan diri sendiri dan lain sebagainya?
Jawabannya tentu saja boleh.
Tapi, yang harus digarisbawahi dan dicetaktebal adalah: pahami apakah keinginan itu muncul dari kebutuhan diri sendiri atau cuma bujuk rayu iklan perusahaan berbasis teknologi yang membombardir kita setiap hari?
Buat kamu yang sedang merintis usaha digital (atau juga non digital), suatu hari dalam waktu dekat kamu akan menghadapi kegiatan memasarkan layanan atau produk yang kamu jual.
Ingatlah kibul-kibul soal kebutuhan itu. Beneran mau terus memanipulasi emosi dan menguras kantong temen-temen kamu? Atau, kamu emang serius mau bikin dunia jadi lebih baik?