Startup dengan ide biasa dan riset yang minim, sebenarnya bisa mengalahkan startup dengan ide bagus dan riset yang komprehensif, kalau aja startup-nya diluncurkan duluan. It’s all about speed.
Seperti yang udah pernah kita tulis, gak cuma developer yang bisa (dan boleh) bikin startup. Orang dengan berbagai latar belakang, asal mau solve problem dengan teknologi, bisa aja bikin startup.
Contohnya, di Startup Weekend Jakarta kemarin, ada seorang researcher di Bank Indonesia yang ikutan jadi peserta. Namanya Miftachul Choiri, dipanggil Mifta. Perannya Mifta di Bank Indonesia adalah sebagai “dokter” yang melakukan medical check-up. Tapi, pasiennya adalah sistem keuangan. Jadi Mifta memberikan early warning kalo ada yang gak beres di sistem keuangan.
What a cool day job! Tapi ternyata di samping pekerjaan penuh waktunya, Mifta punya ketertarikan di dunia digital, terbukti dengan beberapa kali Mifta mencoba bikin startup, seperti grosirsolo.com, grosirjualan.com, lelangaja.com, yang sayangnya gagal semua.
Baca juga: Q&A: Pepeng dan Klinik Kopi, Memberdayakan Petani Kopi dengan Edukasi
Dari kegagalan ini, akhirnya Miftah sadar kalau bikin startup itu gak bisa sendiri, tapi harus punya tim. Itu juga yang menjadi asalan Miftah ikutan Startup Weekend Jakarta, yaitu untuk mencari teman sevisi untuk membentuk dream team.
“Walau misalnya kita multitalented nih. Bisa programming, bisa analisis, bisa marketing dan lain-lain, tetep aja kita nggak bisa ngebangun startup sendiri,” kata Mifta.
Apalagi, di Startup Weekend Jakarta, peserta “dipaksa” meluncurkan startup hanya dalam waktu kurang dari tiga hari. Dengan banyaknya pengalaman gagal itu, Miftah jadi percaya kalau startup dengan ide biasa dan riset yang minim, sebenarnya bisa mengalahkan startup dengan ide bagus dan riset yang komprehensif, kalau aja startup-nya diluncurkan duluan. It’s all about speed.
Baca juga: Nadya Fadila Saib, Berdayakan Petani Lokal Hasilkan Produk Perawatan Natural
Startup yang dibuat oleh Miftah di Startup Weekend Jakarta adalah TaniHub, sebuah platform yang menghubungkan petani dengan ibu rumah tangga dan bisnis-bisnis yang membutuhkan bahan masakan segar, seperti restoran. Dengan slogan “Petani Sejahtera, Indonesia Swasembada”, TaniHub yang menjadi runner-up di Startup Weekend Jakarta ini ingin membuat transparansi harga di dunia pertanian dan memutus rantai tengkulak alias middlemen yang selama ini terus-terusan merugikan petani.
Semoga TaniHub gak cuma eksis selama 54 jam kemarin aja, tapi juga beneran dieksekusi untuk menyelesaikan masalah, ya!
Baca juga: Kalau Makan Aja Impor, Mau Jadi Apa?
Comments 1