Keputusan yang Pengen Bisa Diubah Semasa Kuliah – Masa kuliah bisa dibilang merupakan masa paling penting bagi seseorang untuk mengembangkan diri semaksimal mungkin. Buat kamu yang masih ada di semester awal atau baru mau masuk kuliah, penulis pengen banget share beberapa hal yang semoga bisa jadi pelajaran untuk kamu. Semacam “Things I wish I Knew in My 20s” gitu, deh~
Sekarang, penulis udah dapet pekerjaan pertamanya dan resmi jadi budak korporat selama 10 bulan. Dari pengalaman ini, ada beberapa hal yang penulis sesali, alias banyak banget aduh-coba-aja-pas-kuliah-dulu-gue-begini-moment yang terjadi.
Jadi, langsung aja deh ini dia 4 hal yang penulis harap bisa diperbaiki semasa kuliah dulu. Mari di-cekidot
1. Bertahan di Organisasi yang Counterproductive
Pasti banyak, kan, dari kalian yang sering denger kalau ikutan kepanitiaan atau organisasi di kuliah itu penting? Bener kok, nggak salah.. asalkan kamu benar-benar bisa memilah mana organisasi yang tepat untuk kamu. Dalam artian, organisasi tersebut bisa jadi wadah untuk kamu tumbuh semaksimal mungkin, bukan malah sebaliknya.
Hati-hati, nggak cuma relationship di pacaran lho yang toxic, organisasi kampus juga banyak yang toxic. Pola pikir buruk yang terbentuk dari hasil lingkungan organisasi yang gak sehat, bisa ngaruh juga lho ke performa kamu saat kerja.
Kamu akan kesulitan untuk minta tolong, sekedar klarifikasi informasi atau kasih pendapat, ask a question out of curiosity, dan lain-lain.
Protip dari penulis: kalau organisasi tersebut bikin kamu merasa worthless and feel underappreciated, bikin kamu takut berpendapat bahkan untuk bertanya sesuatu, dan value-nya nggak sesuai sama apa yang kamu percayai, lebih baik tinggalkan. Trust me, waktu dan kerja kerasmu nggak akan menghasilkan output yang bagus kalau dipaksa bertahan di organisasi yang gak bisa bikin kamu tumbuh. You can find the right place to grow!
2. Kurang Mengembangkan Kesiapan Karier
Kamu udah kuliah tapi nggak tahu di masa depan mau jadi apa? Mau kerja di mana? Mau berkarier di industri apa?
Tenang, kamu nggak sendirian. Penulis can relate banget. Tapi kesalahan penulis adalah memilih untuk mengabaikan kebingungan itu. Akhirnya, ketika lulus jadi nggak punya arah dan tujuan.
Nggak punya pengetahuan soal pilihan karier, pengetahuan dan skill apa aja yang dibutuhin, nggak tau cara nyusun CV yang bagus, cara jawab interview kerja yang baik, dan masih banyak lagi.
Protip dari penulis: scratch your own itch. Kalau bingung diri sendiri sebenarnya minatnya apa, bingung mau kerja jadi apa, then try to find the answer instead of ignoring it. Kenali diri lebih dalam dan research sedini mungkin. Ada satu rekomendasi platform konsultasi karier gratis di mana kamu bisa post pertanyaan secara anonim, namanya #TalktoDIAN. Worth a try!
3. Terlalu Fokus Ikut Lomba Dibandingkan Asah Skill
Well.. kejar prestasi dengan aktif ikut lomba adalah hal yang bagus banget sih sebenernya. Tapi kalau bisa seimbang antara prestasi lomba dan pengalaman profesional, jauh lebih oke!
Pertimbangannya adalah karena pada saat rekrutmen, kebanyakan recruiter pasti melihat skill dan pengalaman. Kalau prestasi lomba kamu ternyata kurang relevan sama kebutuhan posisi yang kamu lamar, peluang dilirik sepertinya lebih kecil.
Protip dari penulis: ikuti lomba yang sekaligus bisa mengasah skill suatu bidang profesi yang ingin kamu tekuni. Misalnya, kalau kamu ingin jadi Graphic Designer, coba aktif ikut lomba design yang bisa bikin kredibilitas kamu bertambah.
Ada satu lomba design bergengsi yang diadakan oleh Certiport, yaitu Adobe Certified Professional World Championship. Supaya bisa ikut lomba tingkat dunia, kamu harus ikutan lomba Adobe Certified Professional National Championship terlebih dahulu. Yang ini juga worth a try!
4. Tidak Serius Mengasah Hard Skill
Kalau bisa memutar waktu, penulis akan lebih milih ngabisin uang untuk investasi ngasah hard skill baik lewat workshop, volunteer, bootcamp, atau sertifikasi. Apalagi ternyata sertifikasi itu bisa banget nambah poin plus di CV/resume.
Karena nggak diterbitkan secara sembarangan, legitimasi sertifikasi juga pasti bisa lebih meyakinkan recruiter sebagai bukti atas skill & pengetahuan yang kita punya. Misalnya, kita bisa aja nyantumin punya skill Microsoft Office, tapi kandidat lain yang punya sertifikasi Microsoft Office Specialist pasti lebih standout di mata recruiter, simply karena itu bisa membuktikan skill dia. Riset dari Microsoft dalam Microsoft Certification Program Satisfaction Study mencatat bahwa sebanyak 91% hiring manager mengatakan sertifikasi adalah salah satu kriteria penting saat proses perekrutan.
Baca juga di sini: Realita Setelah Lulus Kuliah, Check!
Protip dari penulis: emang sih kadang harga online course, bootcamp, dan sertifikasi itu mahal. Manfaatnya nggak bisa langsung kita rasain ketika ngeluarin uang, tapi akan terasa di masa depan ketika skill itu beneran kita butuhkan saat cari kerja. Jadi, yuk mulai dari sekarang nabung untuk ikutan online course, bootcamp, atau sertifikasi untuk investasi masa depan.
Sekian tips-tips yang penulis ambil dari penyesalan yang datengnya selalu belakangan. Tapi nggak papa, semoga tips dari penulis ini bisa bermanfaat untuk kamu ya, terutama supaya kamu bisa menghabiskan waktu semasa kuliah untuk mempersiapkan masa depan semaksimal mungkin.
Semangat terus and don’t forget to have fun!