Kenali Kepribadian Narsistik: “Si yang Paling Istimewa – Kalian pernah gak denger kalimat-kalimat kayak gini?
- “Eh, kalo gak ada gue di kantor ini, siapa yang bakal bisa jadi leader?”
- “Kok gue ngerasa di-stalk sih sama temen-temen SMA gue dulu. Mereka iri kali ya gue udah glow up.”
- “Fix banget gue bakal lolos di seleksi MT perusahaan X. Secara pas gue interview sama user, mereka bener-bener excited dengan jawaban gue.”
- “Apaan sih, gue gak nyaman kalo jalan sendirian di mall. Soalnya gue ngerasa banyak yang ngeliatin.”
Atau..bahkan kalian sendiri yang pernah ngomong kalimat-kalimat di atas? Tanpa kita sadari, itu adalah contoh dari kepribadian narsistik, lho!
Apa itu kepribadian narsistik?
Mengutip dari halodoc.com, ini adalah kondisi gangguan kepribadian yang ditandai dengan kepercayaan diri secara berlebihan di diri seseorang. Orang yang memiliki kepribadian narsistik ini bakal ngerasa kalo dirinya paling baik dan paling dikagumi di antara orang lain. Padahal bisa jadi itu hanya sebatas perasaan atau asumsi tanpa berdasarkan fakta yang valid.
Apa ciri-ciri kepribadian narsistik?
- Percaya bahwa diri sendiri lebih baik dari orang lain
- Mengagungkan kekuasaan, kesuksesan, dan daya tarik
- Melebih-lebihkan prestasi atau potensi yang dimiliki
- Memiliki ekspektasi pujian, validasi, dan kekaguman dari orang lain
- Menganggap diri sendiri paling istimewa dan gak terkalahkan
- Kurang memiliki empati terhadap orang lain
- Cenderung iri dengan pencapaian orang lain
- Mudah tersinggung dengan sebuah kritik atau penolakan
Baca juga di sini: Menghadapi Tukang Bully di Kantor, Boleh Resign Aja Gak Sih?
Kalo ketemu sama orang yang punya kepribadian narsistik, apa yang harus kita lakuin?
- Jangan terlalu fokus sama mereka. Kalo emang pengen nge-highlight diri mereka, secukupnya aja.
- Usahakan jaga jarak diri ketika mereka mulai menunjukan sikap narsisnya.
- Hindari konfrontasi. Jangan buang-buang energi, karena kadang mereka gak ngerasa apa yang mereka lakukan itu kurang tepat.
- Selalu dokumentasikan aktivitas kita yang sekiranya penting dan bersifat profesional. Kenapa? Jadi kalo “si narsis” ini mau klaim A, B, C, bahkan kesannya menjatuhkan rekannya, kita udah siap dengan bukti valid.
- Coba ajak diskusi sehat tentang sikap narsistik yang cenderung merugikan orang lain.
Bentar, bentar. Jadi…kepribadian ini bisa “merugikan”?
Bisa dibilang begitu. Ya walau hal-hal kayak membanggakan diri sendiri atau flexing udah sering kita temui di kehidupan sehari-hari, sebenarnya ada beberapa dampak yang kurang baik dari kepribadian narsistik, yaitu
- Hilangnya empati terhadap orang lain.
- Cenderung cepet stres, karena terlalu besar menaruh ekspektasi.
- Susah untuk menerima kegagalan, akhirnya susah untuk move on.
- Menjadi self–centered dan akhirnya egois.
- Lama-lama bisa muncul sikap sombong, bahkan merendahkan orang lain.
Kalo ketemu orang kayak gitu, enaknya diapain dong?
Well, daripada capek-capek nge-judge atau buang-buang waktu ngerasa kesel, sebaiknya kita coba memahami sambil mencoba cara menghadapinya dengan bijak. Eh atau jangan-jangan kita pun punya ciri kepribadian narsistik? Coba yuk, belajar lebih sadar dan lebih bijak dalam bersikap! Oh ya, Ziliun hadir juga lho di Instagram, jangan lupa follow, ya!