“Frugality includes all the other virtues.” – Cicero
Kutipan dari Cicero di atas menurut saya pribadi sangat menggugah. Ya iyalah, berani-beraninya dia bilang kalau frugality, gaya hidup yang hemat dan ekonomis, membawa banyak kebaikan. Bukannya perlu uang sebagai alat mencapai kebaikan?
Oke, mungkin hemat dan ekonomis itu baik, untuk orang yang gak punya banyak uang. Daripada gak punya uang tapi sok-sokan boros dan lavish, nanti malah ngutang kemana-mana. Tapi kalau orang kaya dan punya uang, ngapain harus hidup hemat? Virtue apa yang dimaksud Cicero di atas?
Awalnya saya berpikir kalau normal-normal aja bagi orang-orang yang punya uang untuk menghambur-hamburkan uang mereka. Toh, beberapa dari mereka really earn it (pake uang sendiri bukan cuma habisin uang orangtua), sampe saya sadar akan suatu fakta:
Mereka yang konsumtif seringnya jadi sulit bahagia karena hal-hal kecil.
Baca juga: Yukka Harlanda dan Bro.do Footwear: Tetap Frugal Walau Udah Besar
Bayangin kalau tiap lagi stres, seorang billionaire bisa langsung menghibur diri dengan naik private cruise ke belahan dunia lain. Private cruise itu menghabiskan bergalon-galon bahan bakar dan beberapa jam perjalanan.
Coba kalau dia bukan billionaire. Gak punya uang, dan berarti punya keterbatasan. Gak bisa seenaknya naik cruise ke laut mana. Mungkin dengan pergi ke taman dan menghirup udara segar juga udah bisa bikin pikiran lebih rileks.
Oke mungkin billionaire is too big of an example. Coba kita anak muda, yang mungkin hedonnya masih sesimpel makan dan ngopi-ngopi cantik, beli baju branded, atau ke bioskop pas weekend (mahal tahu ke bioskop pas weekend xD).
Baca juga: Fenomena: Buat Apa Punya Barang Kalau Bisa Serba Minjem?
Ya sekarang sih kerasanya gaya hidup kayak gini biasa aja, toh sekali-sekali, dan semua teman kita melakukan. Tapi lama-lama waktu kita udah punya lebih banyak uang, otomatis we will spend more, dan mungkin tiap stres atau pengen have fun, default setting kita menyuruh kita untuk makan mahal dan ke bioskop, padahal dulu nonton download-an di rumah atau kosan, atau makan indomie telor kornet juga udah senang.
Ih Ziliun serius banget sih? Emang sih harus saya akui pas nulis ini saya juga ngerasa munafik. We can’t live without money, maybe we were, after all, a natural capitalist. Tapi setelah sadar akan fakta ini apa kalian yang membaca gak ngerasa takut kalau suatu saat kalian udah gak bisa dapet kebahagiaan lagi dari hal-hal kecil? Seriously mesti liburan, traveling ke tempat eksotis mana baru merasa hidupnya meaningful dan bahagia?
Let’s together think about it and try to be more frugal, pelan-pelan aja setiap hari. Dan mungkin aja, saat kita udah bisa hidup hemat walaupun punya banyak uang, the rest of our money can be used to give other people happiness.
Baca juga: Sharing Economy: Ngirit Plus Hemat Pake AirBnB dan Uber
Header image credit: mrmoneymustache.com
Comments 1