Saat tahun 2017 datang menghampiri sekaligus menghantui kalian semua yang masih bingung sama arah dan tujuan hidup mau di bawa ke mana, ada yang baca ramalan Yansen Kamto gak? Itu lho, prediksi doi tentang ekosistem industri digital di Indonesia. Meski ramalan bola kristal doi katanya tanpa dasar yang jelas dan metodologi spesial macem martabak red velvet, poin-poinnya menarik untuk disimak. Salah satunya ini nih:
Fintech akan meledak-ledak. Sebagian besar akan meledak hingga tewas tanpa sebab yang jelas, mungkin karena ledakan (alias bom) bunuh diri. Beberapa bank akan masuk ranah ini dengan tergopoh-gopoh tanpa visi, yang penting masuk dulu. Digital banking akan menjadi kosakata utama di berbagai papan reklame. -YK
Itu sabda Yansen di ramalannya. Dia naro itu di poin nomor dua. Which is, tampaknya lumayan penting untuk ditelaah lebih lanjut buat kalian yang mungkin masih menganggap sabda Yansen di atas itu seperti makhluk asing dari Planet Tatooine…
Gue ada beberapa pertanyaan agak retorik. Males gak, kalo lo harus ngantri di bank sampe berjam-jam cuma buat buka rekening? Atau mau ngurus tabungan dan lain sebagainya, sementara call center mereka gak terlalu efektif. Belum lagi ribet keluar rumah buat nyari ATM untuk transfer atau ambil uang. Sungguh, melelahkan dan boros waktu.
Hmm… tapi pada pakai teknologi kan? Iya, minimal smartphone. Terus kalian sebenernya udah menggunakan layanan seperti mobile banking atau internet banking belum sih? Terus, suka bayar tiket nonton di bioskop atau beli makanan pakai uang digital yang dari penyedia operator gitu ga? Iya, yang namanya T-cash ituuu. Gampang kan ya, tinggal pasang stiker T-cash ke ponsel, lalu tempelkan ke mesin pembayaran di kasir yang udah disematkan teknologi NFC. Atau, kalian sering gak naik ojek online seperti Gojek lalu pas turun dari motor, gak bayar pake uang fisik, melainkan dari dompet digital GoPay?
Gila gila… Di zaman sekarang yang serba teknologi, itu semua bisa terjadi. Eh bentar. Ralat. Itu semua sudah terjadi! Segala kecanggihan itu gak asal random kejadian lho. Semakin maraknya proses transaksi dan kegiatan yang berhubungan dengan keuangan menggunakan teknologi ini mendorong tercetusnya sebutan yang Yansen tulis di atas, financial technology atau fintech.
Menurut National Digital Research Centre (NDRC), fintech adalah istilah yang digunakan untuk menyebut inovasi di sektor jasa finansial. Ya sederhananya itu, kalau ada “barang baru” yang memberi atau menawarkan layanan berbau keuangan dengan sentuhan teknologi modern, ya itu termasuk ke dalam fintech. Namun, fintech ini lebih dari sekadar istilah atau konsep. Fintech kini dielu-elukan sebagai sebuah industri. Alasannya, inovasi ini sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu di negara barat dan diterima dengan tangan terbuka oleh masyarakatnya karena memberi solusi.
Fintech pun sekarang siap merambah ke kawasan Asia. Ya tentu Indonesia jadi salah satunya dong! Beberapa layanan yang gue sebutkan tadi itu ya sudah beroperasi dengan baik di sini. Itu baru beberapa lho, belum menyinggung ratusan startup digital yang bergerak di bidang fintech. Asli, banyak banget. Kalau lihat dari berbagai sumber, sepanjang 2015 sampai 2016 aja, tercatat ada 140 perusahaan rintisan pemain fintech di Tanah Air.
Yup, fintech emang sering dibilang sebagai pembuka jalan bagi kemunculan startup-startup baru. Terus, terus, kalo udah begini, nasib perbankan bakal kayak gimana ya? Apakah fintech ini ancaman atau teman? Menurut kalian gimana? Simak terus di Ziliun!