14 Januari 2016 menjadi momen yang tidak terlupakan terutama bagi warga Jakarta, dimana terjadi peristiwa bom teroris di daerah Sarinah. Saat peristiwa itu terjadi, semua orang panik dan segala informasi menyebar dengan cepat seiring dengan terbentuknya hashtag-hashtag yang menjadi trending topic worldwide.
Sampai hari ini pun hashtag-hashtag tetap menjadi perbincangan hangat. Entah mengenai etis atau tidaknya hashtag tersebut. Walaupun begitu, yang menarik perhatian saya adalah twit dari @DanielZiv yang mengatakan “Judging from my timeline right now, Jakarta has a shortage of security yet an oversupply of graphic designer”.
Baca juga: Kreavi: Mengapreasiasi Kreator Visual Lokal Untuk Berkarya
Dari twit itu pun akhirnya saya juga ikutan menyaksikan gambar-gambar yang tersebar di social media. Banyak sekali variasinya, font-nya, desainnya dan lain sebagainya. Saya memang bukan anak desain tapi sebagai orang awam, saya bisa mengerti dan ikut merasakan bahwa memang benar adanya kalau desainer Indonesia itu banyak sekali dan hebat-hebat.
Sebelumnya saya pernah bercerita tentang Inktober Indonesia yang membuat saya sadar bahwa artist Indonesia itu banyak yang bagus dan semakin diperkuat dengan gambar-gambar campaign #KamiTidakTakut kemarin. Tidak hanya gambar tetapi copywriting-nya juga sungguh kreatif.
Di balik kekaguman itu, saya jadi berpikir kalau orang kreatif Indonesia segini banyaknya lalu pada kemana yah? Maksud saya, coba tengok situs pemerintahan yang membosankan itu. Atau bahkan poster himbauan pemerintahan yang wajib kita lihat itu tidak ada menarik-menariknya. Sampai saya menyadari maskot Asian Games 2018 dimana kita menjadi tuan rumah itu bahkan tidak terlihat seperti cenderawasih dan bahkan lebih mirip ayam atau mungkin pinguin. Kenapa pemerintah tidak menyadari keberadaan “tangan-tangan ajaib” Indonesia dalam hal desain ini?
Baca juga: Tatarupa, Mengubah Positioning UKM dengan Desain
Asian Games 2018 ini bukan acara yang sembarangan, apalagi kita tuan rumah. Bukankah menjadi tuan rumah adalah saat-saat dimana kita menunjukkan sesuatu yang terbaik dari negeri ini? Atau mungkinkah para artist Indonesia ini terlalu pelit menyumbangkan ide desainnya kalau tidak dibayar dengan uang? Daripada berdebat panjang tentunya kita membutuhkan aksi nyata yang nggak nunggu pemerintah dalam hal “menyelamatkan” negeri ini.
Dari segala aksi nyata tersebut, saya tertarik dengan Kreavi challenge: re-draw-a-mascot. Terlepas dari hadiahnya, saya melihat project ini serius dengan melihat deretan nama-nama juri yang terlibat dalam aksi ini. Nama-nama juri berkompeten ini tidak hanya berasal dari kalangan kreatif, tapi ada juga dari media, business development dan lain sebagianya. Hal tersebutlah yang membuat saya berpikir kalau karya yang nanti terpilih tidak hanya dilihat dari bentuk indahnya saja tapi juga meaning dari pembuatan maskot tersebut. Walau project ini hanya berupa usulan kepada pemerintah, saya berharap akan banyak aksi yang seperti ini nantinya. Jadi nggak perlu nunggu bencana dulu buat ngeluarin artist/kreator Indonesia.
Baca juga: Tangan-tangan Ajaib di Inktober Indonesia 2015 Exhibition
Image header credit: picjumbo.com