Kekerasan Terhadap Hewan di Indonesia: Mau Sampai Kapan? – Hopefully pas baca artikel ini gak pada ke-triggered sih ya. Tahu gak sih, kalo kasus kekerasan terhadap hewan masih marak banget terjadi di Indonesia. Yang pertama ada lagi kasus kekerasan berupa pencekokan minuman keras ciu ke kucing yang terjadi pas 2019 lalu. Mengutip dari artikel Berita 99, videonya pun tersebar di media sosial dan jadi viral. Untungnya pelaku berhasil diamanin oleh Polisi dan jadi tersangka juga.
Masih mengutip dari artikel yang sama kejadian ini terjadi di tahun 2021, yaitu kasus penjagalan kucing di Medan. Usut punya usut, penjagalan ini punya motif jual beli daging kucing! Pas pelakunya kena grebek, terdapat puluhan kucing yang udah dijagal. Duh! Kelewatan.
Fenomena kekerasan terhadap hewan di Indonesia
Fenomena ini terus terjadi, dan mirisnya dalam rentangJuli 2020 sampai Agustus 2021, 5.480 konten penyiksaan hewan di dunia, 1.626 di antaranya dilakuin sama orang Indonesia! Karena hal inilah Indonesia menempati urutan nomor satu di dunia dalam hal pengunggahan konten kekerasan terhadap hewan di media sosial. Memalukan, ckckck!
Pengertian kekerasan kepada hewan sangat beragam, tapi punya satu persamaan. Mengutip dari artikel Kompas, kekerasan terhadap hewan adalah tindakan yang sengaja dan pasti menyebabkan ketidaknyamanan, stres, rasa sakit, dan/atau penderitaan pada hewan, terlepas dari apapun motif pelakunya.
Ada beberapa jenis dari kekerasan terhadap hewan ini. Yang pertama ada kekerasan fisik, yaitu tindakan memukul, menendang, menusuk, menembak, dan tindakan lainnya yang bikin hewan jadi terluka secara fisik. Contohnya udah sering terjadi kayak kasus yang tertera di awal. Kemudian ada pelecehan terorganisasi. Hal ini juga cukup sering kita jumpai dan mirisnya masyarakat belum bisa ngontol, kayak sabung ayam misalnya, atau juga lomba balapan hewan yang sebenernya dalam hal ini hewan dieksploitasi demi kemenangan lombanya. Yang terakhir, ada ritual yang melibatkan hewan. Ritual-ritual yang ngelibatin hewan sebagai korbannya. Misalnya kayak praktik ilmu hitam yang harus memakan kucing secara hidup-hidup.
Parah banget sih! Gimana kasus ini dalam pandangan hukum?
Tentunya hukum di Indonesia udah ngatur tentang kekerasan terhadap hewan. Jadi, pelakunya gak bisa lolos gitu aja kalo udah ngelakuin hal keji ini. Hukumnya ada dalam dua jenis, yang pertama menurut Undang-Undang. Menurut UU No. 41 Tahun 2014 pelaku yang menganiaya hewan sampe cacat atau gak produktif bakal dapetin hukuman kurungan paling singkat 1 bulan dan paling lama 6 bulan. Serta juga bakalan kena denda minimal Rp1 juta dan maksimal Rp3 juta.
Dan yang kedua menurut KUHP. Dalam pasal 302 yang nyebutin kalo seseorang dengan sengaja menyakiti hewan dan juga sengaja gak ngasih makan hewan peliharaannya dalam jangka waktu tertentu bakalan dapet ancaman penjara maksimal 9 bulan. Atau pidana denda paling banyak Rp400 ribu.
Sebagai contoh, ada kasus yang diaduin sama Yayasan Natha Satwa Nusantara. Pelaku tertangkap setelah menyiram 5 ekor anak anjing dan 1 induknya dengan larutan soda api. Akibat dari kasus ini, pelaku kena jerat pasal 302 KUHP dengan penjara durasi maksimal, yaitu 9 bulan.
Lantas, apa sih yang nyebabin kasus ini marak terjadi?
Kalo kita lihat berdasarkan data sebelumnya yang nyebutin kalo Indonesia menempati urutan nomor 1 dalam urusan konten kekerasan terhadap hewan, jawaban utama dari penyebab kasus ini sih udah pasti demi konten! Mengutip dari artikel Center Digital For Society, banyak banget peminat konten dari kekerasan terhadap hewan ini. Banyak dari mereka bahkan lebih suka buat ngeliat konten hewan yang lebih tersiksa lagi, aneh! Bahkan nih, menurut investigasi oleh sebuah organisasi nirlaba Lady Freethinker pas 2020 menunjukan kalo pembuat konten meraup untung hingga $15 juta. Dan pihak YouTube dapetin $12 juta cuma dari iklan yang tampil buat video dengan lebih dari 100.000 views. That’s why kenapa banyak orang yang rela ngelakuin ini demi konten dan meraup keuntungan sendiri!
Nah, hal ini jadi nambah parah karena berbagai platform belum secara tegas mengurus masalah ini. Emang sih udah ada aturan kontennya. Tapi tetep aja banyak konten kekerasan terhadap hewan yang dilaporin ke Facebook, YouTube, dan TikTok minim mendapatkan penanganan.
Faktor selanjutnya tentu aja awareness dari masyarakat yang masih kurang terhadap isu ini. Banyak orang khususnya di Indonesia mengonsumsi konten ini sebagai lucu-lucuan dan hiburan yang ngebuat konten kekerasan terhadap hewan ini terus aja terjadi. Gak mikirin kalo sebenernya perilaku kekerasan terhadap hewan ini absolutely wrong dan melanggar hukum!
Selain itu, ada faktor gangguan psikologis. Contoh kasusnya terjadi di Pontianak pas 2019 lalu, di mana seorang yang menusuk mata kucing sebanyak 12 ekor! Tapi, setelah terusut oleh pihak kepolisian, pelaku ternyata merupakan orang dalam gangguan jiwa atau ODGJ.
Lagian, ada masalah apa sih sampe segitunya sama hewan?
Hewan itu kan basically sama-sama mahluk hidup kayak manusia. Mereka mereka juga bisa ngerasa sakit kalo dapet kekerasan. Maka dari itu, hewan juga butuh yang namanya kasih sayang, butuh dapetin tempat tinggal yang layak sama makanan yang bergizi juga.
Bukannya malah dapetin siksaan bahkan terbunuh cuma demi konten doang! Gak habis pikir sih sama orang-orang yang ngelakuin hal ini. Harusnya mereka malu sama orang-orang yang bergerak buat kelangsungan hewan. Kalo gak bisa ngerawat dan kasih hewan perhatian yang lebih, ya minimal jangan nyakitin mereka jugalah! Kasihan!Untuk menemukan konten menarik lainnya seputar isu anak muda, yuk kunjungi profil Instagram Ziliun! dan jangan lupa di-follow juga!