Moody, sebut saja begitu. Gue dan mungkin kalian semua pernah menjadi personal yang moody. Emosi gampang banget naik turun-kadang bisa menjadi pribadi yang menyenangkan dan open minded, atau bahkan sebaliknya-menjadi pribadi yang seolah-olah memberikan tanda “don’t disturb me!”. Nah, gara-gara sifat moody ini nggak jarang pekerjaan jadi terganggu. Mungkin, beberapa bisa kontrol emosi supaya tetap kalem dan selaw. Tapi nggak bisa dipungkiri juga sih, mood itu kunci penting supaya gue bisa tetap berada dalam kondisi ‘fit’ untuk menyelesaikan job desk gue.
Dampak yang ditimbulkan dari sebuah mood itu emang parah banget. Kerjaan bisa nggak kelar, hubungan sama rekan kerja bisa tetiba aja suram tanpa sebab. Ngeselin emang kalau udah ngomongi mood. Terus gimana dong kalau lagi nggak mood?
When you’re preoccupied with personal issues, it’s difficult to concentrate or be happy at work. Alison Rhodes
Baca juga: 3 Hal yang Musti Lo Lakukan Ketika Lelah Berjuang
Mungkin nggak cuma gue yang pernah ngalamin tetiba rekan kerja jadi murung, ngeselin dan nggak bisa diajak ngomong sama sekali. Tapi besoknya dia bisa happy se happy-happy-nya karena masalah yang bikin dia murung udah kelar tak bersisa. Hellawwww… Bawa masalah rumah ke kerjaan itu nggak boleh pake banget! Bisa jadi seorang yang profesional itu keren banget, sayangnya nggak semuanya bisa. Ini bukan ngomongin lingkup job desk, ini tentang bagaimana mengelola mood di lingkungan kerja dan lingkungan rumah.
Teman-teman kerja lo itu bukan pelampiasan masalah. Mereka pun bukan dukun. Rasanya kok nggak fair kalau misalkan lo melibatkan mereka untuk ikut menanggung mood lo yang lagi jelek-jeleknya. Jadi intinya, mau lagi ada masalah apapun, lo harus tetap dalam cover yang profesional. Jangan buat orang-orang di kantor lo tahu kalau lo lagi ada masalah di rumah, dan begitu pula berlaku hukum sebaliknya. Jangan libatkan orang rumah untuk tahu masalah lo di kantor.
Kantor ya Kantor, Rumah ya Rumah
Dua tempat ini tuh beda. Meskipun lo hidup di dua dunia, kantor dan rumah. Tetap saja harus ada porsi untuk menempatkan 2 dunia tersebut baik di kepala atau di hati lo. So, make sure meskipun lo lagi banyak-banyaknya masalah, lo tetap stay calm and stay cool. Lo harus bisa memahami satu hal bahwa:
Realize that nobody’s personal life is ever going to be completely problem-free.
Baca juga: Work/Life Balance
Semuanya pribadi memikul masalah yang pada porsinya masing-masing. Bedanya, tiap pribadi tahu bagaimana cara untuk mengatasi masalah tersebut tanpa harus membawanya ke lingkungan yang bukan seharusnya. Nah, pribadi ini nih yang harus lo contoh untuk bisa jadi seorang yang profesional.
Dalam beberapa kasus, memang ada yang dari raut wajahnya sudah terlihat sekali kalau dia sedang ada masalah. Ya kalo orang ini adalah teman dekat lo, ya lo berarti yang harus bertindak. Bertindak untuk menjadi seorang pendengar yang baik atas masalahnya. Lo harus berusaha untuk memberikan saran secara perlahan buat dia supaya dia bisa kontrol emosi dan mood biar balance. Intinya sih, jangan sampai mood dia bikin deadline berantakan dan ngerusakin kerja tim yang sudah dibangun dan tertata rapi sebelumnya.
Kesel juga kan pasti kalau dia jadi bagian dari tim lo kalo kerjaannya nggak kelar dan anggota tim lain harus ikut campur ambil kerjaan yang seharusnya bukan mereka yang menangani. Prinsip ini juga harus bisa diterapkan sama diri kita sendiri juga. Lo nggak boleh menggurui tapi lo sendiri model begini wataknya. Repot dah, yakin!
Just Keep Personal Problems, Personal
Toh kalau orang lain tahu kalau lo ada masalah pun, mereka nggak jamin bisa bantu kan? Kalau memang butuh saran, why don’t you take time for rest? Isitrahat sejenak, refreshing, ajak teman untuk komunikasi, curhat, sampaikanlah semuanya. Kalau itu menyangkut soal pekerjaan, coba ngomong sama anggota tim/atasan yang terlibat. Kalau itu menyangkut soal rumah dan keluarga, lo bisa banget kan minta tolong sama sahabat/teman dekat lo untuk jadi pendengar unek-unek biar lo bisa lega?
Take it all easy, guys. Masalah sepele bisa jadi rumit kalau diri kita sendiri rumit. Took a deep breath, and be wise not only for yourself, but also for the others 🙂
Baca juga: See The Failure as a Training