“Kalo lo besar nanti, lo mau jadi apa?”
Pertanyaan ini udah nggak asing lagi buat lo semua kan? Mau jadi arsitek, designer, penulis, atau apapun itu pasti bakalan lo jawab dengan lantang ketika lo masih kecil. Iya, keberanian terbesar lo adalah ketika lo masih kecil dan masih bau kencur. I don’t know why, but actually ketika lo beranjak dewasa lo akan semakin realistis bahwa nggak semua hal yang lo pengen bisa jadi kenyataan.
Bahkan, seperti yang kita tahu makin dewasa, lo akan makin sadar bahwa dunia nggak butuh mimpi-mimpi lo jadi kenyataan. Dunia cuma butuh lo bisa terima tentang pahit manisnya kenyataan hidup. Dan lo akan sadar bahwa ekspektasi yang lo cita-citakan sejak dulu nggak akan berarti apa-apa. Jadi, lo mau apa?
Baca juga: Sebuah Radio, Kumatikan (1)
Nggak bisa dipungkiri di jaman sekarang kalo lo bukan lulusan sarjana, lo bakalan menjumpai pertanyaan yang mungkin sedikit menyakitkan untuk di dengar. Saat lo ada di dunia kerja dan lo termasuk sukses di sana. Lo bakalan menerima pertanyaan-pertanyaan sempit seperti, “Lo lulusan kampus mana?” atau “Lo pas kuliah ambil jurusan apa?” “Hah? Lo cuma lulusan SMK?” See? Dunia sesempit itu memandang lo. Padahal, tidak semua sarjana itu bisa lebih baik dari diri lo dan tidak semua lulusan SMA/SMK/Sederajat itu lebih rendah dari lo.
And then, where’s the point?
Bayangkan saja bila terlalu banyak orang-orang dalam kotak yang berpikir bahwa memiliki tittle sarjana itu segalanya, maka negara ini akan dipenuhi dengan manusia-manusia yang kerdil akan pemikiran bahwa pendidikan harus S1. Akan banyak pengangguran yang bertebaran di luar sana bila hanya mengedepankan lulusan sarjana saja. Memang kenyataannya, saat ini pun banyak sekali sarjana yang juga menganggur dan tidak semuanya bekerja. Tapi, coba perhatikan ibukota, Jakarta.
Sebagai ibukota negara, Jakarta menjadi kota metropolitan yang mendoktrin seluruh masyarakat dari Sabang sampai Merauke memiliki pikiran sama yaitu kalo lo hidup di Jakarta, maka nasib lo akan berubah. Well, sebagai anak rantau baru di Jakarta gue mengamati hal ini dengan seksama. Hampir seluruh perusahaan besar di Jakarta hanya mempersilakan sarjana berpengalaman untuk bergabung di perusahaan mereka. Di sini, gue pengen bilang bahwa itu semua nggak adil! Kenapa?
Baca juga: Sebuah Radio, Kumatikan (2)
Pertama, nggak semua orang yang nggak kuliah itu karena mereka bodoh. Beberapa diantara mereka punya hasrat yang sangat tinggi tapi sayangnya mereka terkendala biaya. Kedua, ada yang pernah masuk bangku kuliah dan merasakan bahwa kuliah itu nggak worth it. Nggak semua dosen itu mengajar karena mereka sadar bahwa mereka adalah pendidik yang harus bertanggungjawab untuk membuat mahasiswanya mendapatkan ilmu terbaik di bangku kuliahan. Lalu, kenapa harus buang-buang waktu di bangku kuliah kalo lo kuliah cuma buat sekadar absen dan lulus?
Non sense! Gue tau nggak semua kampus kayak gini. Tapi, ada satu, dua atau beberapa diantara kalian yang merasakan hal tersebut, gue mungkin salah satunya. Dan kenyataan-kenyataan tentang dunia kampus dan dunia kerja di Jakarta bikin nyali gue tertantang untuk datang ke ibukota. Sekitar dua bulan yang lalu akhirnya gue apply salah satu medium perusahaan di Jakarta dengan ijazah gue yang cuma SMK. Some people said that “Eh, itu kan lowongan buat S1 dan harus punya pengalaman minimal satu tahun.” Yup, bener banget! Memang di lowongan tersebut mencantumkan syarat kalo pelamar harus udah lulus sarjana dan sudha berpengalaman di bidangnya minimal satu tahun.
Tapi, gue nggak pernah mengindahkan itu semua. Karena gue yakin, sebuah perusahaan yang bagus tidak akan mendiskriminasi seseorang hanya karena sebuah titel kelulusan. Sempet minder ketika gue interview gue ketemu sama mas-mas lulusan S1 yang sudah punya pengalaman 7 tahun di bidang yang gue lamar. Tapi, gue cuek aja karena gue nggak mau mental gue down. Gue harus punya mindset bahwa gue lulusan SMK yang patut untuk diperhitungkan. Actually, gue dipanggil interview dan diterima.
Baca juga: Kerdilnya Moralisme Masyarakat dan Bungkamnya Orang-orang Baik
Disini pikiran gue mulai terbuka bahwa ketika banyak banget perusahaan di luar sana yang membuka lowongan khusus untuk sarjana bukan berarti mereka menutup rapat pintu untuk kalian yang cuma punya tittle SMA/SMK/Sederajat. Mungkin beberapa diantara perusahaan tersebut ingin melihat seberapa bisa lo mendobrak rasa keingintahuan mereka untuk memilih lo datang interview dan di tes tentang bidang yang lo lamar. Kalo lo berhasil, ya kenapa enggak mencoba bergabung dengan perusahaan impian lo?
Nggak semua perusahaan sekolot yang lo pikir. Lo cuma perlu coba, coba dan terus coba sampai pada akhirnya perusahaan tersebut mengalah karena kegigihan lo.
Satu hal, lo harus sadar bahwa nggak semua orang sukses itu karena mereka udah jadi sarjana dan punya tittle macem-macem di belakang nama mereka. Lihat, deh ada banyak banget kok pengusaha sukses yang cuma lulusan SMA, SMP SD, bahkan nggak sekolah. Tapi mereka bisa buktiin bahwa dunia nggak melulu soal ijazah.
Jadi, gue benci banget sama orang yang punya pikiran mentok bahwa “Gue kan bukan sarjana, emang gue bisa kerja di perusahaan sebesar itu?” atau, “Gue bukan sarjana, mana bisa gue bikin perusahaan yang besar?”.
Satu-satunya hal yang bikin lo gagal adalah pikiran lo sendiri. Jadi kalo sekarang lo masih jalan di tempat, lo harus mulai lari kecil, lari konsisten, dan lari kenceng untuk bisa dapetin semua mimpi lo itu. Selamat berjuang!
Baca juga: Berteman dengan Kebiasaan
Comments 1