Kampanye Hitam & Kampanye Negatif: Serupa Tapi Tak Sama – Kalo ngomongin tahun politik, erat kaitannya sama kampanye dan eksistensi parpol di berbagai media. Seperti yang udah kita tahu juga, kampanye itu gak melulu positif, ada juga kampanye negatif dan kampanye hitam yang dilakuin antar partai atau koalisi.
Kedua jenis kampanye ini perlu kita waspadai karena bisa bikin kegaduhan. Bukannya sosialisasi dan adu gagasan buat kepentingan negara, kampanye ini justru fokus buat ngejatuhin satu sama lain. Kampanye negatif merupakan kampanye yang dilakuin dengan ngungkap kelemahan, kesalahan atau track record kelam soal lawan politik. Tentu, kampanye model kayak gini harus dilakuin dengan data yang valid. Misalnya kubu A menampilkan lawan politiknya sebagai orang gak bisa dipercaya, gak kompeten, atau punya riwayat korupsi. Lantas kubu A ini fokus buat ngangkat isu sisi negatif tersebut buat dongkrak popularitas kubunya sendiri.
Nah, sedangkan kampanye hitam adalah kampanye yang dilakuin dengan mengekspos kelemahan dan kesalahan lawan politik lewat tuduhan tanpa bukti atau hal-hal yang gak relevan terhadap kapabilitasnya. Cara ini biasanya dilakuin dengan kampanye yang berisikan pesan hoax. Kampanye ini bisa juga dilakuin dengan cara nyebarin narasi kalo lawan politiknya gak layak jadi pemimpin karena faktor ras, agama, dan faktor lain.
Sebagai masyarakat, kita harus aware sama kedua kampanye ini. Aware sama berita yang beredar, aware juga sama partai yang ngelakuin praktik ini. Sebenernya, banyak cara lain yang lebih bermanfaat dilakuin daripada ngelakuin kampanye-kampanye model gini. Misalnya ngelakuin aksi bersih-bersih, diskusi, atau bahkan bikin pelatihan masyarakat. Selain emang bisa nimbulin kegaduhan, kampanye model begini rawan buar mecah belah rakyat.
Gimana kampanye ini kalo di liat dari perspektif hukum?
Well, kalo kita lihat sekilas dari definisinya, kampanye negatif ini emang masih sah-sah aja karena emang ngungkap kelemahan lawan politik berdasarkan data dan fakta. Lawan politiknya pun masih bisa meng-counter isu tersebut dengan data dan fakta yang valid.
Beda sama kampanye negatif, praktik kampanye hitam bisa dijerat hukuman. Secara implisit ini diatur di Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum Pasal 280 ayat (1) a, b, d, dan e. Di sini tertulis kalo pelaksanaan kampanye dilarang buat menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon dan/atau peserta pemilu yang lain.
Dan kalo kampanye hitam ini dilakuin di media sosial, bisa dijerat Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 28 ayat (1) yang isinya “setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian, bakal kena pidana penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar.”
Untuk menemukan konten menarik lainnya seputar isu anak muda, yuk kunjungi profil Instagram Ziliun! dan jangan lupa di-follow juga!