Coklat di Mini Market yang Cuma 5 Ribu Itu…
Kamu sudah sarapan, sudah makan siang dan bentar lagi menuju makan malam. Tapi 2 jam sebelum akhirnya kamu menemukan menu makan malam atau pas mikirin mau makan apa… kamu lapar!
Lalu kamu bingung, mau makan berat tapi jam makan malam masih beberapa jam lagi. Tapi lapar! Gimana nih? Celingak-celinguk, eh ada mini market yang selalu setia berdiri dekat kampus atau kantor bagai fatamorgana.
Tapi mini market ini bukan fatamorgana… coklat, minuman manis, makanan ringan kesayangan beneran memberikan kenikmatan nyata. Wuih! Ajaibnya, dengan semua rasa nikmat itu… mereka murah meriah, seakan memahami kamu banget, lebih dari yang orang tua dan pacar kamu bisa.
Kamu mulai provokator ke teman-teman kamu, ayo, tunggu apalagi! Berbondong-bondonglah dengan semangat 45 menuju mini market, memborong berbagai cemilan. Lagi-lagi kamu kalap… bahkan hanya dalam durasi 15 menit saja. Jadi inget acara TV jaman dulu, yang suka bikin kita puas ngeledikin pesertanya yang belanja dengan gaya ngerampok setelah dikasih uang kaget.
Bedanya kamu gak dapat cemilan itu gratis. Sampai di kasir, cemilan yang kamu lihat murah meriah… mendadak jadi seharga internet hape kamu untuk sebulan-dua bulan. 100rb saja untuk cemilan-cemilan. Kamu kaget dan berdalih, okeh ini cemilan bisa buat sebulan lah, banyak kok!
Sampai kantor atau kos, gak mungkin teman-teman kamu gak minta. Gak mungkin juga kalau kamu gak kasih. Cemilan murah yang mendadak menguras jatah per bulan kamu… yang kamu prediksikan untuk sebulan… hanya bertahan sehari saja.
Sialnya lagi, besok sorenya, kamu lapar lagi. Makin akrablah kamu dengan mba-mba dan mas-mas mini market.
Baca juga: Menghindari Derita Kantong Bolong di Akhir Bulan (1)
Ingat yah… seengaknya, kamu bisa punya sisa dari uang jatah belanja kamu demi dana darurat. Pengen ingetin itu aja kok setiap kamu lapar cemilan dan mulai memantau mini market dari kejauhan.
Cuma Punya Satu Rekening
Tabungan itu enaknya harus dipisah dari rekening yang bisa kamu gunakan untuk belanja kebutuhan. Singkat kata, kamu harus rajin memindahkan uang tersebut dari rekening fleksibel kamu ke rekening kramat, yang maksudnya ga boleh diganggu gugat isinya kecuali kalau mau ditambah. Simpel aja sih, biar kelihatan tabungan kamu berapa.
Nah, kadang… kamu suka menunda memindahkan. Alasannya? Supaya nanti kalau kepepet masih ada uang. Lagi-lagi cara ini sebenarnya ga menyelamatkan kamu. Lebih baik kamu terlunta karena uang jajan kamu habis tapi masih ada tabungan, dibanding habis semua-muanya.
Pikir panjang, guys!
Untuk kamu yang sudah beralasan terus, ayo sekarang bikin dua rekening (mau bank yang sama atau yang beda). Lalu ke customer service cabang terdekat bank kamu untuk mendaftarkan fitur auto-debet, supaya rekening pertama kamu akan otomatis mendebet uang sejumlah yang ditentukan di awal ke rekening kedua kamu setiap bulannya. Lalu, simpanlah kartu ATM rekening kedua itu…jauh tersembunyi agar kamu gak dengan gampangnya menggeseknya di mana-mana saat masa-masa kepepet datang melanda.
Baca juga: Uang Bikin Bahagia, Sampai Titik Tertentu…
Berpikir Utang adalah Solusi
Saat mulai kehabisan uang sementara kamu harus bertahan hidup, minjam uang dari teman itu terlihat sebagai solusi. Kamu berpikir, ah nanti pas udah gajian atau dikasih uang dari ortu, kamu akan mampu menggantinya.
Ya iya sih. Tapi sebenarnya, utang di bulan ini akan mengurangi jatah kebebasan kamu di depan berikutnya. Mending nahan diri gak sih? Supaya kehidupan kamu di bulan berikutnya gak terbebani.
Utang di sini juga sama dengan kartu kredit yang sakti itu. Kamu terus belanja dan berpikir.. ah limitnya masih banyak. Katakanlah limit kamu 2 juta sebulan, terus kamu bikin pengeluaran ekstra sebesar 2 juta lagi berkat si kartu cantik itu.
Bulan depan, setelah kamu bisa menghirup udara segar setelah gajian, sayang sekali… 2 juta sudah harus melayang untuk membayar dosa kamu di bulan lalu. Sisanya? Nah, puasa deh yang banyak di bulan itu.
Mudah-mudahan, kunci permasalahan keuangan kamu terjawab dengan artikel ini. 😉
Baca juga: Sebelum Ada Barter, Ternyata Manusia Dulu Saling Berhutang
Image header credit: indraibe.files.wordpress.com