Bayangkan suatu negara yang seluruh penduduknya setiap bulan mendapatkan sejumlah uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Apa yang akan terjadi di negara tersebut? Apakah penduduknya akan bermalas-malasan? Atau justru mereka menjadi tidak khawatir dengan kebutuhan mereka sehari-hari dan mampu mengoptimalkan potensi diri yang mereka miliki?
Saya ingin menanyakan suatu hal yang terasa sederhana namun akan mengubah dan memecah cara pandang kamu terhadap apa definisi dari pekerjaan, pendapatan, dan tujuan hidup:
Apa yang akan kamu lakukan sehari-harinya jika kamu digaji bulanan oleh negara dengan nominal yang cukup untuk kebutuhan dasar bulanan kamu ?
Pemasukan ini tidak bersyarat, artinya, kamu akan mendapatkan pemasukan ini tanpa kamu wajib bekerja atau melakukan apapun. Hal ini terjadi secara merata bagi seluruh anggota masyarakat. Bila hal ini diwujudkan di Indonesia, apa yang akan terjadi? Mungkin agar tidak terlalu luas lingkupnya, saya persempit pertanyaan saya. Apa yang akan kamu sendiri lakukan?
Aneh? Mungkin. Namun sistem ini — yang sering disebut Universal Basic Income (UBI) — sebenarnya bukan hal yang utopis. Beberapa negara di Eropa seperti Belanda, Swedia, dan Finlandia telah dan akan mengimplementasikan hal ini dalam waktu dekat.
Baca juga: Merayakan Kemiskinan
Dua alasan utama implementasi program ini adalah dasar pemikiran yang mengatakan bahwa:
A. Masyarakat menengah ke bawah berada di posisinya sekarang bukan karena kemalasan, namun kurangnya kesempatan;
B. Banyak potensi diri manusia yang “tenggelam” dalam usaha untuk sekadar “survive” dalam kehidupan sehari-hari.
Poin A : Masyarakat menengah ke bawah berada di posisinya sekarang bukan karena kemalasan, namun kurangnya kesempatan.
Dampak terbesar dari UBI akan dirasakan oleh masyarakat menengah ke bawah yang berada di dekat garis kemiskinan. Dengan gaji bulanan yang tetap, mereka akan mampu bergerak keluar dari jurang yang sebelumnya selalu memerangkap mereka. Gali lubang, tutup lubang, ambil hutang di sini untuk bayar hutang di sana. Kasus-kasus semacam ini akan jauh berkurang dengan adanya UBI.
Skeptis? Pastinya. Kebanyakan dari Anda pasti berpikir, “Bagaimana mungkin orang-orang yang diberikan uang secara cuma-cuma tanpa ikatan apapun akan giat bekerja untuk mengentaskan dirinya dari kemiskinan? Mereka tentu akan berfoya-foya dengan uang yang mereka dapatkan!”. Alur berpikir ini bisa dibilang rasional di alam pikiran, namun kamu harus memahami bahwa terdapat bukti-bukti dari lapangan yang berlawanan dengan pola pikir tersebut.
Terdapat beberapa bukti nyata yang menunjukkan bahwa masyarakat miskin yang diberi kesempatan dalam bentuk hibah akan berusaha mengentaskan dirinya dari kemiskinan. Bukti pertama didapatkan dari sebuah penelitian di Kanada pada tahun 1974–1979 mengenai Basic Income, bukti berikutnya ditunjukkan oleh sebuah eksperimen di Uganda pada tahun 2007–2012 mengenai hibah usaha, sedangkan bukti ketiga dapat dilihat pada sebuah eksperimen di India pada tahun 2010–2011.
Baca juga: Apa yang Salah dengan Hedonisme?
Inti dari ketiga bukti di atas adalah mayoritas kemiskinan bukanlah hasil dari kemalasan, namun tidak tersedianya kesempatan.
Keluarga berkekurangan di Kanada yang berada di garis batas kemiskinan dapat memperbaiki taraf hidupnya. Mereka menjadi mampu memberikan makanan yang bergizi, pelayanan kesehatan, dan pendidikan yang layak bagi anak-anak dan anggota keluarganya.
Pemuda-pemuda Uganda (yang dilanda perang sipil) mampu memberikan performa bisnis yang lebih baik ketika mereka diberikan hibah bila dibandingkan dengan rekan-rekannya yang lain. Mereka bekerja lebih lama, mendapatkan hasil yang lebih banyak, dan memiliki aset yang lebih tinggi.
Keluarga miskin dari 8 desa di India menjadi mampu memperbaiki nutrisi bagi anak-anaknya, meningkatkan kesehatan keluarganya, kehadiran dan performa di sekolah, level sanitasi, aktivitas ekonomi dan pendapatan, serta derajat sosial-ekonomi dari wanita, lansia, maupun penyandang cacat.
UBI merupakan sebuah kesempatan yang besar bagi para keluarga menengah ke bawah untuk merangkak naik dari lingkaran setan yang selama ini menjerat mereka. Kualitas hidup akan meningkat di semua lini yang ada sehingga meningkatkan kemungkinan mereka untuk menuju kepada kehidupan yang lebih baik. Kemiskinan sering disandingkan dengan kata “jurang” karena banyak kasus di mana keluarga miskin terperangkap dalam siklus menurun yang tak berujung.
Artikel ini ditulis oleh M Sena Luphdika dan sebelumnya dipublikasikan di blog pribadi Sena.
Image header credit: picjumbo.com
Comments 1