Teknologi memang saat ini nggak bisa dipisahin sama kegiatan sehari-hari. Selain untuk mempermudah hidup manusia, teknologi juga jadi media komunikasi utama dan media untuk menghibur diri (main games kalo lagi bosen, misalnya). Coba angkat tangan deh, berapa banyak dari kalian yang tiap bangun tidur pegang gadget terlebih dulu ketimbang bangun dari kasur?
Nah kan, banyak! Ada seratus juta sekian orang yang tunjuk tangan! *maksa*
Kalo kita yang udah gede aja kecanduan sama gadget, terus gimana dengan anak-anak? Sebenernya main gadget buat anak-anak itu nggak masalah, asal digunakan dengan bener dan nggak bikin kecanduan. Sayangnya sih, penggunaan gadget pada anak-anak sampe saat ini banyak bocornya. Mulai dari yang kecanduan gadget, sampai mereka dengan nggak sengaja (dan ada yang sengaja pula) mendapati konten-konten pornografi yang berseliweran di dunia maya dan games. Sedih kan kalo gini?
Baca juga: Di Keluarga, Berharaplah Sering Dimarahin!
Tahun 2013 ada sekitar 4,3 juta situs pornografi yang tumbuh pesat kayak taneman kangkung disiram air melulu. Lalu menurut hasil survey, 95 dari 100 pelajar SD di Indonesia pernah mengakses konten pornografi. Rata-rata mereka nggak sengaja mendapati konten pornografi justru dari rumah sendiri, dari gadget yang mereka gunakan sehari-harinya yang lepas dari pengawasan orang tua tentunya. Walau memang ada sebagian kecil yang mengakses lewat laptop atau PC di warnet, juga kiriman dari temen.
Sama kayak yang pernah dialami oleh Muhamad Nur Awaludin (Mumu), co-founder Kakatu, salah satu finalis Seedstars World Jakarta 2015. Menurutnya, dampak negatif gadget itu banyak banget, nggak cuman sekedar kecanduan dan pornografi saja. Dan kalo hal ini dibiarin terus-menerus, nggak cuman hubungan orang tua dan anak jadi renggang, tapi si anak ini juga bakal tumbuh jadi generasi yang nggak karuan. Sayang banget kan.
“Dulu saya fokus sama game online, sampai jarang makan dan segala macem. Bahkan suatu saat saya pernah main hingga 30 jam non-stop, dan saya juga pernah berhenti sekolah selama 2 tahun gara-gara main game online ini. Banyak hal juga terjadi kayak berjudi, berbohong, sampai pornografi juga sempet. Memang cuman gambar aja sih, tapi kan jadi penasaran.”
Baca juga: Anak-anak Mestinya Diajarin Jadi Entrepreneur!
Setelah sadar kalau kecanduannya itu gak membawa pengaruh positif dalam hidupnya, saat kuliah, Mumu pun mendirikan Kakatu bersama teman-temannya. Kakatu sendiri adalah aplikasi parental control yang membantu memastikan hal-hal baik saja yang akan diterima anak ketika menggunakan gadget. Simplenya sih Kakatu ini berfungsi sebagai pengontrol konten gadget anak mulai dari menyeleksi, membatasi, mengawasi, sampai memberikan rekomendasi aplikasi yang bisa digunakan oleh anak.
Mumu bilang, dia membuat Kakatu didorong oleh motivasi untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Di luar sana, banyak aplikasi serupa Kakatu, cuman bedanya Kakatu ini nggak cuman bisa nge-block tayangan atau website abal-abal, tapi juga bisa ngasih rekomendasi apps mana yang bagus buat anak, sampai ngasih tau berapa lama waktu yang pas untuk anak bermain bersama gadget. Eits, ini sih nggak ngasal karena Kakatu bekerjasama dengan psikolog untuk mengembangkan rekomendasi ini.
Pastinya sih orang tua akan sangat terbantu karena bisa lebih leluasa mengontrol anak-anaknya dalam bermain gadget. Dan si anak pun juga nggak bisa mencurangi gadget, karena Kakatu punya PIN yang digunakan sebagai password akses Kakatu ini.
Menurut saya, Kakatu ini bisa jadi win-win solution untuk orang tua dan anak lho. Karena orang tua nggak musti menjauhkan gadget dari anak-anak, anak-anak pun juga masih bisa menggunakan gadget sebagai media belajar dan hiburan tanpa harus kecanduan dan teracuni konten negatif.
Baca juga: Sebuah Catatan dari Orangtua: Siapa Idola Anak-anak Sekarang?
Header image credit: gizmodo.com
Comments 1