Leadership is the capacity to translate vision into reality.
Warren Bennis
Jadi pemimpin itu memang bukan buat semua orang. Gak semua orang bisa jadi pemimpin.
Kenapa? Karena gak semua orang punya visi. Gak semua orang juga bisa menerjemahkan visi untuk dibagikan ke orang lain. Gak semua orang paham gimana caranya membuat visi jadi kenyataan.
Kebanyakan orang-orang ketika ditanya mau jadi apa 5, 10 tahun lagi, bakal jawab: Hmm, belum kepikiran sih, liat nanti deh. Atau, paling jauh: sudah menikah, berkeluarga, membahagiakan orangtua.
Ya memang, visi itu sesuatu yang adanya jauh ke depan. Tapi kalau sesuatu yang jauh di depan itu ngga keliatan, atau lebih parah lagi, minjem kemauan dan keinginan orang lain, sulit untuk bisa jadi pemimpin.
Baca juga: Purpose VS Passion
Syarat pertama menjadi seorang pemimpin itu adalah punya visi yang jelas dan detail. Tahu apa yang mau dicapai. Bukan cuma bilang, iya mau jadi orang kaya. Mau berguna bagi nusa dan bangsa. Tapi juga tahu dan paham bagaimana cara menuju ke sana serta apa yang harus dilakukan.
Lebih spesifiknya, visi yang dimiliki itu harus sangat jelas sampai bisa dideskripsikan dengan ke orang lain hingga hal yang paling rinci. Karena katanya, punya visi itu berarti sudah separuh jalan mencapai tujuan. Separuh yang lain adalah bagaimana mengeksekusi rencana yang sudah digambarkan itu.
Visi itu juga yang menjadi panduan, sehingga jika ada hal-hal yang butuh keputusan apakah hal ini perlu atau tidak untuk dilakukan, cukup dengan mengecek, apakah hal tersebut membantu kita mencapai visi yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Kalau mau diibaratkan, anggap saja visi itu seperti surga dalam agama. Orang beragama apapun, tujuan akhirnya adalah masuk surga. Lalu caranya supaya bisa masuk surga seperti apa? Harus rajin ibadah, membantu sesama, sering bersedekah. Hal-hal itu jelas dicantumkan di kitab ajaran agama.
Baca juga: Alasan Nggak Masuk Akal Jadi Pemimpin!
Mirip seperti itu, kalau kita mau menjadi pemimpin, harus tahu surganya apa. Lalu bagaimana cara mencapai surga tersebut. Visi itu kemudian dituliskan dan diturunkan agar orang lain paham apa yang mau dihasilkan. Ketika kita menjadi pemimpin dan membawa orang lain untuk membantu kita membangun hal yang ingin dicapai, jangan sampai sudah cape-cape banting tulang, eh, malah bikin hal yang gak berguna.
Baik jadi pemimpin di perusahaan, jadi founder startup, atau jadi pemimpin untuk diri sendiri, punya visi adalah wajib hukumnya. Kalau ngga punya visi, mending belajar dulu sama orang lain yang punya visi yang benar, sebelum telanjur mengarahkan orang lain ke jalan yang salah.