Siapa sih yang gak kenal sama startup kebanggaan bangsa yang satu ini? GO-JEK baru aja mendapatkan “asupan gizi” baru dari PT. Astra International sebesar $100 juta (Rp 1,4 triliun). “Suntikan” ini menjadikan total investasi Astra terhadap GO-JEK yang sekarang udah mencapai $250 juta (Rp 3,5 triliun).
Modal segar dari Astra ini adalah bagian dari penutupan pertama Series F GO-JEK yang sebelumnya, ada nama-nama seperti Google, JD, dan Tencent yang udah duluan investasi. Berita ini menjadi rangkaian ronde Series E di bulan Februari tahun lalu.
Hal ini udah dikonfirmasi oleh GO-JEK dalam pernyataannya, bahwa Astra telah menginvestasikan total US $ 250 juta hingga saat ini.
Selain investasi, GO-JEK dan Astra juga punya rencana lain, nih, yang udah mereka umumin Senin awal bulan Maret tahun ini (4/3/2019). Bukan sekadar nambah investasi, Astra juga bakal punya anak usaha (joint venture) bersama dengan GO-JEK. Nah, apa sih jadinya kalau dua perusahaan itu kawin?
Perusahaan gabungan ini nantinya akan menyediakan ribuan unit armada yang sudah dilengkapi dengan sistem canggih. Sistem yang akan diimplementasikan dalam armada ini adalah gabungan dari FMS (Fleet Management System) milik Astra dan teknologi ride hailing milik GO-JEK, khususnya layanan GO-CAR.
CEO dan Founder GO-JEK, Nadiem Makarim juga menyampaikan “Gabungan kekuatan Astra di bidang otomotif dan GO-JEK di bidang teknologi melalui kerja sama ini diharapkan akan membuka lebih banyak peluang bagi masyarakat untuk memiliki sumber penghasilan, sehingga mampu untuk meningkatkan kesejahteraan,” dirangkum dari Kompas Tekno (6/3/19).
Gojek sekarang sudah beroperasi di dalam lima pasar ASEAN. Singapura, Vietnam, dan Thailand dalam kurun tahun 2018 lalu. Walaupun menemukan kesulitan saat menyebarkan layanannya ke Filipina, GO-JEK berhasil menembus pasarnya dengan mengakuisisi saham Coins.ph, start-up fintech di negara kepulauan itu pada Januari tahun ini.
Investasi yang masuk ga cuman bikin GO-JEK semakin besar, pastinya bakal ada terobosan baru yang bakal muncul. Jadi pada penasaran gak?
Referensi: Kompas, Tech in Asia.