Inovasi gak harus secanggih produk-produk Apple. Kalau kita mau melihat lebih dekat, banyak celah-celah yang bisa digarap dan konsep-konsep yang bisa “dicontek” lalu di-improve.
Siapa inovator paling terkenal masa kini? Mungkin almarhum Steve Jobs. Semua orang mengakui inovasinya mulai dari click wheel-nya iPod sampai multi touch trackpad-nya MacBook.
“Inovasi” jadi kata yang “megah” banget, seakan-akan kalau mau jadi inovator, ya harus jadi dewa dulu kayak Jobs, otaknya kreatif gila, dan ciptaannya bener-bener unik, out of this world. Padahal, si Jobs sendiri pernah bilang kalau yang dia lakukan simply cuma connecting things.
Kalau menurut kamus Merriam-Webster sih, definisi inovasi adalah a new idea, device or method atau the act or process of introducing new ideas, devices, or methods. Sederhananya, inovasi adalah sebuah ide atau metode baru. Berarti sebenarnya semua orang bisa dong berinovasi? Coba kita lihat beberapa contoh inovasi yang bisa dibilang sederhana.
Baca juga: Kenapa Berburuk Sangka Pada Teknologi?
Upworthy.com, media online yang terkenal dengan headline kontroversialnya, sering mendapat apresiasi atas inovasinya menemukan celah di antara real news (yang peminatnya notabene sedikit) dengan reality show (yang peminatnya notabene banyak). Strategi Upworthy adalah mengemas berita-berita serius dengan headline yang catchy dan viral, serta bahasa yang nyeleneh. Hasilnya? Artikel tentang orang-orang berkebutuhan khusus bisa dikemas dengan headline “Watch The 2nd Guy In The First 15 Seconds. Now Don’t Be Anything Like Him.”
Contoh lain adalah nulisbuku.com, layanan online self-publishing pertama di Indonesia yang didirikan Ollie Salsabeela. Memang, layanan self-publishing bukan sesuatu yang asing di dunia penerbitan. Tapi, nulisbuku.com adalah yang pertama memiliki konsep online di Indonesia. Alhasil, nulisbuku.com punya first-mover advantage walaupun sebenarnya konsepnya gak bener-bener baru.
Baca juga: Bikin Sesuatu yang Bermanfaat Buat Orang Lain, Bukan yang Ngeselin
Inovasi juga bisa sesederhana mereplikasi alias “plagiat” konsep yang sama, tapi ditujukan untuk orang-orang yang berbeda. Misalnya, kalau mau bikin situs crowdfunding, udah ada situs crowdfunding paling top di US dan di dunia yaitu Kickstarter. Bakal gak mudah untuk berkompetisi dengan Kickstarter. Nah, beberapa situs crowdfunding berinovasi dengan menyasar target yang lebih niche, misalnya Pubslush, situs crowdfunding untuk penulis, atau Seed&Spark, crowdfunding untuk film, dan GiveForward, crowdfunding untuk medical supplies.
See? Dari ketiga contoh di atas, inovasi gak harus secanggih produk-produk Apple. Kalau kita mau melihat lebih dekat, banyak celah-celah yang bisa digarap dan konsep-konsep yang bisa “dicontek” lalu di-improve. Udah gak mager dong buat berinovasi?
Baca juga: Hingar Bingar World Cup di Layar Kaca dan Smartphone Kita
Header image credit: fastcompany.com