Memasuki dunia startup, siap-siap diserbu sama berbagai istilah seperti angel investor, crowdfunding, seed funding, VC (venture capital), dan masih banyak lainnya. Ditambah lagi, salah kaprah sering terjadi di kalangan entrepreneur baru saat menggunakan istilah inkubator dan akselerator. Keduanya sering dianggap memiliki arti yang sama, sehingga penggunaannya sering terbalik.
Menurut Hubert Zajicek (CEO dan Co-Founder dari Health Wildcatters), inkubator dan akselerator memang sama-sama menawarkan program pembinaan bagi perusahaan-perusahaan startup untuk membantu mereka mengembangkan visi dan misi, serta menyusun model bisnis dan strategi untuk meningkatkan nilai jual startup tersebut agar dilirik para investor potensial. Namun sebenarnya proses penyeleksian dan penanaman modal keduanya sangat berbeda.
Jadi sebenarnya apa sih perbedaannya?
Inkubator Bisnis dan Akselerator Bisnis
George Deep, penulis buku 101 Startup Lessons–An Entrepreneur’s Handbook, memberikan penjelasan singkat mengenai keduanya. Startup yang bergabung dalam perusahaan inkubator akan berbagi fasilitas (seperti lokasi kantor) dan juga berbagai pelatihan bersama dengan startup lainnya yang juga mendapatkan permodalan dari perusahaan induk yang sama. Salah satu keunggulan dari inkubator bisnis, startup binaannya dapat menempati dan menggunakan fasilitas yang ada selama dibutuhkan hingga mampu maju ke tahap berikutnya.
Sedangkan dalam perusahaan akselerator, startup di bawah binaan perusahaan tersebut hanya dapat menggunakan fasilitas yang disediakan selama 3-6 bulan saja. Setelah itu, diharapkan startup tersebut mampu mandiri lewat program-program pelatihan yang diberikan. Pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada startup di bawah perusahaan akselerator bertujuan untuk mempersiapkan startup tersebut dalam mempromosikan idenya guna mendapatkan modal dari pihak lainnya seperti modal ventura ataupun angel investors.
Di Indonesia, yang baru melakukannya adalah KIBAR. Sebagai sebuah katalis yang mendorong berbagai pertumbuhan ekosistem startup di Indonesia, kini KIBAR menggandeng Google Developers Launchpad dalam membangun sebuah akselerator startup bernama Digitaraya. Melalui Google Developers Launchpad, yang merupakan bagian dari Google yang mengoperasikan program akselerasi global untuk membantu startup tumbuh dan berkembang ini, Digitaraya akan terhubung dengan jaringan elit para akselerator top dunia. Selain itu Digitaraya juga mendapat akses penuh terhadap jaringan Google dari seluruh dunia, mengenai pembelajaran Google dalam menjalankan program startup yang berbasis di Silicon Valley, dan hasil riset serta pengalaman Google selama dua puluh tahun terakhir dalam membangun bisnis, produk, dan tim dalam skala besar. Digitaraya akan menyeleksi startup yang fokus dalam mencapai product/market fit sekaligus ingin menjangkau lebih banyak pengguna serta meningkatkan retensi dalam program akselerator yang akan dimulai pada 6 Agustus 2018.
Nah, mengacu pada kedua definisi di atas, ini dia beberapa perbedaan yang menonjol di antara keduanya:
Proses Rekrutmen dan Seleksi
Perusahaan inkubator memiliki proses rekrutmen yang lebih eksklusif, karena hanya dibuka untuk audiens yang spesifik. Namun proses seleksinya tidak ketat dan startup yang lolos program inkubasi cenderung banyak. Beberapa perusahaan inkubator, seperti Idealab, bahkan memilih startup dengan ide yang menarik melalui partner terpercaya mereka, bukan melalui proses rekrutmen resmi. Pada kebanyakan kasus, program inkubasi mengharuskan startup yang terpilih untuk pindah ke suatu area tertentu agar dapat bekerja sama dengan perusahaan lain di dalam inkubator.
Sementara perusahaan akselerator biasanya membuka proses rekrutmen ke publik yang lebih luas, namun startup yang dapat lolos program hanya sedikit. Seperti misalnya Y Combinator yang hanya menerima sebanyak 2% dari startup yang mendaftar, Techstars yang hanya meloloskan 10 startup dari sekitar 1.000 aplikasi yang masuk, atau Digitaraya yang hanya menampung 8 startup terpilih untuk menjalani program akselerator di gelombang pertamanya. Hal ini dikarenakan proses seleksi yang sangat ketat sejak tahap awal. Perusahaan akselerator juga menggelar demo day atau acara ‘kelulusan’ bagi para startup yang dibina di akhir program.
Durasi Pembinaan
Perusahaan inkubator, biasanya lebih fleksibel dan tidak memberikan tenggang waktu kepada startup binaan mereka. Sedangkan perusahaan akselerator memberikan tenggang waktu kepada startup di bawahnya.
Tahapan Startup
Salah satu perbedaan antara perusahaan inkubator dan akselerator yang ditonjolkan oleh Henry Dobson, Head of Innovation Whyable, terdapat pada tahapan di mana startup tersebut berada. Biasanya, perusahaan inkubator akan membantu startup yang berada dalam tahap perencanaan dan ide, sedangkan startup yang berada di bawah perusahaan akselerator sudah berada di tahap yang lebih matang, di mana tidak hanya sekadar ide melainkan sudah ada contoh awal dari produk atau jasa yang akan mereka tawarkan serta sudah memiliki gambaran untuk rencana bisnis mereka.
Lalu, mana yang lebih cocok untuk startup kamu? Meski berbeda, kedua model pembinaan yang ada ini sama-sama dapat membantu startup-mu untuk berkembang, lho! Melalui mentoring dari para ahli di bidangnya, kamu bisa mendapatkan pengetahuan mendalam tentang bagaimana cara mengelola suatu bisnis dan perusahaan. Nggak hanya itu saja, kamu juga dapat belajar dari startup lainnya yang tergabung dalam program pembinaan yang ada. Seperti kata ungkapan, pengalaman (dari orang lain maupun diri sendiri) adalah guru terbaik, kan?