Apa itu ilustrasi? Kalau menurut kamus, ilustrasi itu penjelasan atau tambahan berupa contoh atau bandingan, untuk lebih memperjelas paparan. Entah itu paparan berupa ide, atau juga tulisan. Dengan kata lain, ada hubungan yang sangat erat antara suatu tulisan dan gambar yang menginterpretasikannya. Bentuk interpretasi tulisan itulah dimana peran seni para illustrator sangat besar.
Lantas apa seorang ilustrator hanya mengerjakan gambar untuk buku cerita saja? Tidak. Ada banyak situasi lain dimana ilustrasi berperan penting. Alat bantu edukasi, packaging atau kemasan produk, advertising, kartu ucapan, artikel majalah dan koran, fashion, home decor, film, video game, bahkan sampai bidang medis dan sains.
Ilustrasi pada dasarnya adalah sebuah seni aplikasi. Profesi ini umurnya cukup lama dan mencapai puncak popularitasnya pada abad 18. Sebuah era yang disebut-sebut sebagai “Golden Age of Illustration” karena lahirnya banyak mahakarya seperti pada buku cerita Alice in Wonderland sampai Midsummer’s Night.
Di Asia sendiri, sejarah industri ini bisa ditarik lebih jauh ke belakang sampai ratusan tahun lamanya. Memang, keberadaan profesi ini bisa dibilang sempat “menghilang” dan dipandang sebelah mata, disebabkan oleh munculnya tren dan perkembangan teknologi manipulasi foto yang baru muncul di awal dekade 1990-an.
Namun belakangan, gengsi profesi ilustrator kembali naik. Kebanyakan pelaku industri kreatif kini adalah mereka yang besar di era 1980-an dan dekat dengan budaya komik dan video game. Budaya yang dahulu hanya dianggap sebagai sebuah subkultur ini terangkat karena kini pelakunya memegang posisi penting dalam industri. Kedekatan mereka dengan budaya komik dan video game ini sedikit banyak mempengaruhi pergeseran tren manipulasi foto yang kini mulai melirik kembali peran ilustrasi ketika memasuki dekade 2000-an.
Ilustrasi sebagai seni aplikasi adalah sebuah bidang yang tidak berdiri sendiri, selalu terkait dengan industri lain yang membutuhkannya. Ketika ia mencoba untuk berdiri sendiri, ia akan masuk ke ranah seni rupa murni (fine art). Dan seni rupa murni memiliki dunianya sendiri, dengan distribusi dan pasar yang berlangsung di dalam galeri-galeri seni. Hal ini sepertinya agak kurang disadari oleh para pelakunya sendiri.
Dalam konteks ini, pada dasarnya ada dua garis besar tipe artis. Pertama, artis yang sangat lihai dalam merespon sebuah project brief sebagai titik mulai dan mencari solusi visual yang tak terduga. Inilah yang sering disebut sebagai ilustrator. Kedua, artis yang cenderung merasa kebebasannya terkekang jika diberikan brief dan merasa lebih nyaman untuk bisa memulai sebuah karya dari titik mulai mana pun yang ia pilih sendiri. Mereka ini biasanya disebut sebagai seniman murni (fine artist). Berkarya untuk seni itu sendiri (for the sake of art) dan bukan untuk hal lain.
Pandangan umum berpendapat bahwa tipe kedua lebih kreatif karena lebih memilih bekerja tanpa memiliki batasan, namun saya tidak setuju. Kenapa mereka lebih baik? Menurut saya keduanya sama saja, dan ini hanya perkara pilihan. Saya percaya kita butuh pendekatan kedua tipe artis ini agar masing-masingnya bisa saling memberikan pengaruh positif satu sama lain.
Walau demikian, memang ada beberapa artis yang memiliki kapasitas untuk mengaburkan garis pemisah antara seni aplikasi dan seni murni. Juga mulai bermunculan galeri-galeri yang mengangkat karya ilustrasi seperti memamerkan karya-karya yang awalnya dibuat untuk sebuah buku, komik, poster, dan lain-lain. Khususnya yang telah lama beredar dan banyak memiliki penggemar, yang ditampilkan sebagai karya seni murni karena dianggap telah menjadi bagian dari hidup banyak orang dan mempengaruhi perkembangan sosial.
Bicara mengenai industri ilustrasi lokal, meski banyak harapan yang muncul, kita harus tetap membuka mata akan perkembangannya yang tersendat-sendat. Kenyataan pahit lain adalah dimana banyak industri-industri lokal terkait pun kondisinya tidak terlalu progresif. Berkembang lambat dan terhambat dengan berbagai macam alasan. Dan karena ilustrasi adalah sebuah bidang yang tidak berdiri sendiri, ia membutuhkan keberadaan industri-industri terkait ini.
Para ilustrator yang bermain dalam ranah komik dan game misalnya, baru belakangan ini saja bisa menanjak karirnya karena banyak dari pelakunya menemukan celah pasar baru di dunia internasional. Jika mereka hanya bermain di pasar lokal, kondisinya akan berbeda sekali. Penetrasi internet sangat krusial dalam membuka kesempatan besar untuk kebanyakan para artis.
Di sisi lain, saya akui pada umumnya kita memang kurang mendapatkan apresiasi yang layak di rumah sendiri. Namun saya kira, sebaiknya kita jangan langsung menuduh. Melalui tulisan ini saya juga ingin mengajak agar kita bersama-sama introspeksi. Bagaimana kita mengatakan orang lain tidak menghargai profesi kita sementara kita sendiri tidak mau belajar bagaimana cara menghargai diri kita sendiri?
Jakarta: Bad Traffic Today (mayumiharyoto.com) © Copyright Mayumi Haryoto 2014
Ketika kita sudah memutuskan memilih ilustrator sebagai profesi, kita harus menyadari bahwa ini menjadi sebuah landasan kita dalam menyelenggarakan segala macam transaksi bisnis. Bukan sekedar hobi. Maka sudah seharusnya menjadi tanggung jawab kita juga untuk memahami segala sisi bisnisnya. Salah satunya memahami peta industri ini.
Mayumi Haryoto, berbicara pada Kumpul Kreavi 4, Life as An Illustrator
Saya kira kita semua menyadari bahwa industri kreatif lokal pada umumnya memiliki potensi besar. Dan saya juga tahu bahwa memajukannya tidaklah semudah itu. Saya sudah berhenti percaya bahwa ada satu solusi besar untuk suatu masalah kompleks. Dibutuhkan berbagai macam solusi dari berbagai pihak. Sebuah kolaborasi besar. Yang penting, apapun ragam solusi yang ditawarkan, semua pihak setuju bahwa ada permasalahan yang kita hadapi bersama. Dan masing-masing menjalankan apa yang dipercaya bisa menjadikan dirinya sebagai bagian dari solusi.