Are you always impatient waiting for weekend or holidays because you want to escape from your work? Atau mungkin setelah selesai kerja, kita nolak sama sekali untuk mikirin hal yang berkaitan dengan pekerjaan kita?
Many people do that. Kalau kata penelitian yang dikutip oleh Dailymail.com, hal itu dikarenakan kita gak terlalu suka dengan pekerjaan kita. Jadi orang-orang yang mememiliki sikap positif terhadap pekerjaannya biasanya kecenderungan terhadap “weekend effect” lebih kecil.
Saat weekend datang atau saat sudah selesai kerja, banyak orang yang langsung menarik jauh-jauh dirinya dari setiap hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Biasanya alasannya adalah urusan pekerjaan hanya boleh dilakukan di kantor, dan kalo di luar kantor maka gak perlu memikirkan pekerjaan. Dalam bukunya yang berjudul Habits of the Heart, Robert N. Bellah memaparkan fenomena bagaimana orang-orang, khususnya di Amerika,selalu mengkotak-kotakkan kehidupan kita menjadi beberapa bagian, yaitu rumah dan tempat kerja, bekerja dan waktu luang, ruang publik dan ruang privat, dan lain-lain.
Baca juga: Sulitnya Menjelaskan Kalau Kita Kerja di Startup
Kira-kira harus gitu banget? Saat di luar jam kerja kita maka kita gak perlu mikirin pekerjaan kita sama sekali? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita bisa bejar dari kehidupan Aghi Narottama yang merupakan seorang music film composer. Dalam workshop di Popcon Asia 2015, dia menyatakan bagaimana justru waktu luangnya di luar pekerjaan dimanfaatkan untuk melatih sensitivitas dalam membuat komposisi musik. Misalnya saja, ketika ia sedang berjalan-jalan di mal pada akhir pekan, ia tetap melatih kepekaannya terhadap musik untuk film. Ia berjalan menggunakan earphone, memperhatikan orang-orang di sekelilingnya, lalu memikirkan dan memililih lagu atau musik apa yang tepat untuk adegan nyata yang ada di sekelilingnya tersebut. Kepekaan yang terus-menerus dilatih bahkan saat weekend tersebut pada akhirnya sangat memberikan peningkatan yang sangat signifikan terhadap hasil pekerjaannya.
Hal ini bukan berarti dia harus bekerja setiap saat hingga akhirnya gak perlu waktu luang. But it shows how he lives his job. And how could he do that? It is because he loves and passionate of his job. So job shouldn’t be only about money or as activity to pay our bills (or for students, study is not only about getting grade A then passed the school or university). But job is something we love. Besides, we should treat job as something that gives advantage not only for us but also for others if we do that. Then we can live our job. Kita bisa benar-benar total mengerjakan dan mencari inspirasi untuk pekerjaan yang pada akhirnya juga akan membawa kita pada kesuksesan karena dari awal kita mengerjakannya dengan total.
Baca juga: How to Storytell in a Fast Paced World
Dengan demikian, sebagai seorang mahasiswa misalnya, kita gak cuman belajar untuk dapat nilai tinggi. Tapi kita tahu bahwa aktivitas akademis yang dilakukan tersebut akan membawa pada pengembangan diri kita dan bisa dijadikan suatu hal yang membawa dampak positif terhadap banyak hal. Hal tersebut akan membawa kita pada totalitas dalam belajar. Then learning activity not only we do in class or when we only have assignments. But when we go to mall, we will keep studying by observing things around us connecting with what we study. Kegiatan belajar yang kita integrasikan dengan kehidupan kita pun memberikan hasil positif yang signifikan dalam kehidupan kita.
Jadi, to achieve life satisfaction, all you need to do is: live your job!
Baca juga: Boleh Lancang, Asal Punya Kuping!
Header image credit: liveyourownadventure.com