Perkembangan animasi terutama kartun memang masih prematur di Indonesia. Tetapi ini tidak menghalangi Hompimpa Studio yang berasal dari Surabaya untuk merintis proyek mereka: ‘Gob and Friends’. Konsepnya pun sederhana, menampilkan kepolosan karakter utamanya–si Gob–yang menurut Wildan–storyboard artist Gob and Friends— dalam usaha mendapatkan teman.
Konsep Gob and Friends sudah ada sejak 2 tahun yg lalu, sehingga untuk menyempurnakannya diperlukan adanya riset, yang mana Hompimpa meminta Wildan melakukan riset untuk hal ini. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, Wildan menjadikan riset ini sebagai Tugas Akhir perkuliahannya.
“Jadi si Gob ini saking polosnya jadi troublemaker, padahal niatnya baik, cuman pengen nyari temen main aja.” jelas Wildan.
Baca juga: Bikin Film Harus Berani Kayak Filosofi Kopi
Gob and Friends menjadi kreasi bersama Hompimpa, dan menurut tim Hompimpa animasinya bersifat netral, dan murni rekreatif. Kata Vicky, –salah satu tim Hompimpa Studio– ini sih beneran nekat dan memang cita-cita, jadi optimis aja bisa produksi animasi ini.
Sebelumnya, Hompimpa sudah memulai project animasi ‘Knights of Damascus’ yang berkonten Islami, tetapi karena menuai beberapa masukan saran dan kritik, project ini di-pending sementara waktu. Katanya sih sekarang mau bikin yang netral dulu, yang cuman jadi hiburan dan lucu. Nah, kalo udah dapet perhatian baru deh masukin konten moral ke dalam karya. Misalnya nih, konten-konten moral yang bisa memperbaiki pendidikan anak-anak kayak Upin dan Ipin.
Baca juga: Belajar dari “Brave”: Cara Baru Dapetin Happy Ending
Nggak hanya dalam pembuatan animasi, untuk mendapatkan rekognisi dari publik, tim Hompimpa Studio pun merambah ke pembuatan merchandise. Ya kalo ada produsen yang nawarin kerjasama kenapa harus ditolak gitu! Waktu ditemu sama tim Ziliun, Hompimpa juga sempat bilang betapa perlindungan IP sangat lemah di Indonesia.
“Kebanyakan produsen merchandise lebih milih ‘nembak’ produk populer. Dikarenakan lebih murah bayar polisi daripada bayar license. Bukan hanya masalah profit secara keuangan,tapi ternyata masalah ini dapat menghambat orang untuk berkarya.” ujar Vicky.
“Jadinya orang jadi takut buat berkarya. Keburu udah mikir karyanya bakal dicaplok sembarangan dan jadi rugi duluan”, imbuhnya.
Baca juga: Anto Motulz: Mau Jualan Hasil atau Jualan Konsep?
Kasus-kasus pelanggaran hak kekayaan intelektual sering ditemui di Indonesia, seperti pembajakan karya-karya cipta, pemalsuan merek, dan lainnya. Tapi sayangnya kasus-kasus seperti ini jarang diteruskan sampai meja hijau. Kurangnya diseminasi oleh pemerintah terhadap hukum perundang-undangan IP menyebabkan kasus ini terus merajalela. Tak hanya pemerintah sih, dukungan dari pihak swasta dan juga akademisi diperlukan untuk memahami hak kekayaan intelektual agar permasalahan ini ditangani dengan baik. Siapa setuju?
Image header credit: hompimpastudio.co.id