Belanja online perlahan udah jadi gaya hidup kaum digital seperti kita. Buktinya, empat startup unicorn di Indonesia–Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, dan GOJEK–semuanya memfasilitasi belanja online.
Gak heran kalau unit bisnis mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia pun perlahan-lahan beralih ke digital, meski sampai saat ini baru 5% dari sekitar 60 juta UMKM yang demikian.
Mengapa? Kalau dipikirkan secara logika saja, mungkin salah satu alasannya adalah karena dengan beralih ke digital, konsumen pun akan lebih mudah menghubungi penjual bahkan di tengah malam sekalipun. Meski ini bisa menjadi hal baik, penjual pun adalah manusia yang butuh istirahat, sehingga terkadang ngga mungkin bisa melayani langsung 24 jam.
Oleh karena itu, Halosis hadir menawarkan win-win solution buat penjual dan pembeli. Halosis sendiri adalah commerce platform yang mengintegrasikan chatbot dengan solusi yang dipersonalisasi untuk membantu penjual media sosial mengubah chat menjadi sales.
Dengan menggunakan teknologi artificial intelligence (AI), Halosis menggunakan teknologi Natural Language Processing (NLP) dari Kata.ai untuk membuat chatbot yang dapat melayani pembeli selama 24 jam. Chatbot ini bernama Hana, dan perannya adalah sebagai asisten virtual yang dapat menerima dan mencatat order serta mengatur stok dan pemesanan. Sehingga, konsumen bisa mengorder kapan pun ia butuh, dan diproses secara otomatis saat itu juga oleh fitur mutakhir Halosis.
Dengan terobosan chatbot ini, Halosis berharap para pedagang UMKM lewat media sosial dapat dengan mudah membuat konsumen yang penasaran jadi membeli, sehingga mempercepat perkembangan bisnis UMKM di Indonesia.
Halosis telah berdiri sejak tahun 2017, dan pada tahun 2018 resmi menyandang gelar PT. Hasil Sukses Indonesia. Pada bulan Mei 2018, Halosis diinkubasi oleh IDX Incubator yang didukung oleh Bekraf, IDX, Bank Mandiri, dan Telkom. Kemudian, Februari 2019 ini Halosis berhasil diterima di program akselerasi Digitaraya Powered By Google Developers Launchpad.
Founder Halosis Andrew Darmadi memiliki tujuan khusus membangun Halosis.
Andrew Darmadi
“Awalnya kami mendirikan Halosis karena melihat sendiri semangat wiraswasta orang Indonesia–terutama wanita entrepreneur–yang dengan modal dan kemampuan seadanya, berusaha untuk memperbaiki kehidupan keluarganya dengan berjualan online. Secara statistik, di Indonesia ada 34 juta wanita yang tidak memiliki kerja tetap atau butuh penghasilan tambahan. Halosis menargetkan bisa menciptakan sedikitnya 1 juta lapangan kerja baru bagi mereka.”
Dan, akhirnya, pada 12 Maret 2018 Halosis versi 2.0 berhasil diluncurkan secara resmi di Menara by KIBAR. Dalam acara peluncuran tersebut, hadir pula Andrew Darmadi sebagai founder, Adi Kurniadi sebagai founder dan CFO, Sonja Johar sebagai CTO, dan Irzan Raditya dari Kata.ai sebagai pembuat teknologi NLP yang digunakan Halosis.
Presentasi yang dilakukan oleh personel-personel Halosis menekankan kepada tujuan dibangunnya Halosis, tantangan yang dihadapi pemain UMKM di Indonesia, dan solusi apa yang dibutuhkan untuk memecahkan tantangan tersebut. Selain itu, demo cara kerja Halosis pun ditunjukkan dan berhasil menarik minat audiens yang hadir. Halosis menekankan bahwa solusi yang dipersonalisasi bagi para konsumen akan mampu menarik pelanggan lebih banyak bagi UMKM yang menggunakan Halosis.
Jika kamu tertarik untuk mempelajari Halosis lebih dalam, silakan kunjungi website Halosis sekarang juga.