#Ziliun30 adalah rangkaian 30 profil tech entrepreneur yang berusia di bawah 30 tahun, yang berpikir dan bermimpi besar, melihat masalah sebagai peluang, menjunjung tinggi kolaborasi, memahami kegagalan sebagai bagian dari proses, serta membuat terobosan strategi marketing dalam bisnis. #Ziliun30 merupakan kerjasama Ziliun.com dengan the-marketeers.com selama September 2014.
Di Kampung Kusta Sitanala, Tangerang, Banten ada sebuah rumah sakit khusus untuk para penderita kusta. Ketika pasien-pasien penderita kusta ini dinyatakan sembuh, mereka memutuskan buat enggak pulang ke rumahnya dan lebih memilih menetap di lingkungan sekitar rumah sakit karena merasa malu sama dampak penyakit kusta yang menyebabkan cacat permanen pada tubuh mereka.
Nggak heran kalo Sitanala disebut sebagai kampung kusta, ini karena saking banyaknya OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta) yang tinggal disana. Sayangnya para mantan penderita kusta ini sudah merasa begitu dikucilkan, banyak orang yang nggak peduli dengan mereka karena dianggapnya meraka nggak bisa ngapa-ngapain dan nggak berguna.
Dan ketika kebanyakan orang sibuk memikirkan dirinya sendiri, ada segelintir orang yang masih peduli dengan OYPMK di Kampung Kusta Sitanala ini. Sebutlah Hafiza Elvira Nofitariani, yang akrab disapa Fiza dan teman-temannya yang membawa Nalacity masuk ke Kampung Kusta Sitanala dan memberi harapan kepada mereka yang terkucilkan.
Baca juga: Are entrepreneurs born or made?
Nalacity pun punya satu tujuan besar, memberdayakan masyarakat marjinal penyandang difabel untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan mandiri.
Nalacity pada mulanya adalah program social entrepreneurship initiative yang digagas oleh forum para mahasiswa berprestasi (mawapres) Universitas Indonesia dalam Indonesia Leadership Development Program (ILDP) yang berada di bawah Direktorat Kemahasiswaan Universitas Indonesia. Namun setelah program pelatihan yang diberikan dari kampus selesai, Fiza dan timnnya terus melanjutkannya hingga sekarang.
Awalnya sih program yang mereka tawarin itu peternakan ayam, tapi setelah melakukan riset kecil-kecilan dan ngelihat kondisi lapangan soal kondisi ibu-ibu salah satu RT di Kampung Kusta Sitanala, business plannya dirubah menjadi jilbab manik-manik. Fiza melihat kalo sebenernya ibu-ibu disana masih bisa menjahit walau dengan kondisi fisik yang kurang sempurna. Sedangkan ketika Fiza melihat kondisi pasar belakangan ini, kebutuhan akan jilbab dipasaran sangat besar karena jilbab menjadi sebuah tren dan kebutuhan untuk para perempuan muslim.
Baca juga: Merayakan Kemiskinan
Biar nggak sama dengan jilbab-jilbab yang diproduksi sama merk lain, produk jilbab Nalacity punya ciri khas yang ngebedain sama yang lainnya. Polanya dibuat unik, dihias pake manik mengkilau buat nambah kesan elegan siapa aja yang memakainya.
Fiza memang bisa dibilang sudah sukses dengan Nalacity-nya, tapi jangan salah kira kalo perjalanannya dengan Nalacity berjalan mulus-mulus aja. Namanya sukses, selalu dimulai dari gagal kan ya?
Ngubah mindset masyarakat yang akan diberdayakan itu paling susah. Kerjaan mereka yang dulu kan lebih ngadalin pemberian orang lain, dimana hal itu sebenernya yang bikin rasa optimis untuk masa depan finansial yang lebih baik makin turun. Nggak mau juga kan ya kalo selamanya mereka ngandalin hidup dari orang lain terus, iya kali kalo ada yang bisa diandalin, kalo enggak?
Nalacity ngasih angin segar buat mereka, mengubah pola pikir yang tadinya cuman nrimo jadi ada usahanya, pelan-pelan belajar buat mandiri dan menghasilkan karya yang dihargai sama khalayak luas.
Baca juga: Menjadi Lebih Bermakna
Online marketing jadi pilihan utama buat memasarkan produk-produk yang dihasilkan. Selain karena mudah dan nggak ribet, jangkauan pembelinya jauh lebih luas. Nalacity pun nggak menutup kolaborasi sama beberapa LSM atau organisasi sosial lain kayak Dompet Dhuafa dan Ditjen PP&PL Kemenkes RI. Semakin banyak orang yang tergabung, tandanya makin banyak orang yang peduli kan?
Menurut perempuan yang menjabat sebagai co-founder dan Director dari Nalacity Foundation, Nalacity terinspirasi oleh begitu banyaknya socialentrepreneur Indonesia yang sebelumnya sudah bikin berbagai macam program pemberdayaan masyarakat. Katanya tujuannya jelas, ada dampak yang bisa dirasakan oleh masyarakat yang membutuhkan.
Ia pun berharap kalo kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti ini bisa ditingkatin lagi, khususnya bagi OYPMK. Tujuannya agar mereka nggak didiskriminasikan dan kita juga bisa ngebantu mereka jadi mandiri kedepannya.
Baca juga: Orang Sukses, Belum Tentu Berguna
Fiza hampir menginjak usai 24 tahun, di usia yang masih tergolong muda ini ia bisa dibilang termasuk orang yang sukses. Tapi buat Fiza, sukses aja nggak cukup. Ia ingin menjadi bermanfaat buat orang lain, pun nggak ketinggalan dia juga ingin menginspirasi lebih banyak orang, biar makin banyak pula orang-orang kayak Fiza yang mau terjun ke lapangan dan bikin perubahan nyata.
Menjadi seorang leader dalam sebuah program atau project apa pun itu memang nggak mudah, kata Fiza yang penting sih fokuskan pada niat dan komitmen kuat buat bisa merealisasikan apa yang sudah direncanakan. Kerjasama sama orang yang bisa dipercaya dan membagi porsi kerja sesuai sama skill yang dipunya masing-masing itu kuncinya.
Image header: gratisography.com