Ziliun
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space
No Result
View All Result
Ziliun
No Result
View All Result

Google+: How Most Part of My Life Revolves Around the Platform

PutribyPutri
13/03/2014
in Insight
0
Share on FacebookShare on Twitter

Sudah lewat sebulan sejak perjalanan saya ke beberapa negara berakhir. Mulai dari Indonesia, Singapura, sampai kunjungan singkat ke Tokyo. Dan kemana pun saya pergi, saya selalu menyempatkan diri untuk menghubungi orang-orang tertentu yang sering berinteraksi dengan saya di G+. Entah untuk meetup singkat atau sekedar ngopi-ngopi. Ini adalah cerita tentang awal mula perkenalan saya dengan mereka, dan pengalaman saya kopi darat dengan orang-orang luar biasa ini di dunia nyata.

Tokyo

Hitoshi Mitani dan kreasi Android collectibles-nya

Saya mengenal Hitoshi Mitani dari komunitas Android Collectibles di G+. Mitani membeli banyak Android mini yang kemudian ia custom dengan desain unik kreasinya sendiri. Super kreatif! Sayangnya, dia membuat Android custom tersebut dalam jumlah yang terbatas. Tahun lalu sebelum berangkat ke Tokyo, saya menghubungi Mitani. Niatnya, ingin membeli langsung Android Kit Kat mini yang ia jual. Pas Mitani mengiyakan, kami pun bertemu untuk makan siang. Sebagai tuan rumah yang baik, Mitani mengajak saya muter-muter Tokyo, sekaligus membawa saya mencari varian Kit Kat berbagai rasa! Kalau kamu suka Android mini, coba follow Hitoshi Mitani ini di G+ untuk lihat-lihat koleksi buatannya.

Jakarta

RelatedPosts

Kembangkan Kreativitas dalam Komunitas

Web Design dan Digital Marketing: Anak Kembar yang Tak Dapat Dipisahkan

Communal working space milik Yansen Kamto, dipotret dengan Google Glass

Saya dan Yansen Kamto udah saling “kenal” di G+ sejak awal tahun lalu. Ia adalah founder Google Business Group di Indonesia. Kita saling circle, tapi ya nggak lebih dari itu. Paling-paling sekedar saling nge-plus one. Kalau di dunia nyata, saling plus one ini kayak dua orang yang saling lempar senyum simpul atau naikin alis ketika berpapasan. Suatu ketika, jauh-jauh dari Jakarta, Yansen Kamto terbang ke San Fransisco untuk sebuah konferensi di kantor Google Mountain View. Akhirnya, kami pun kopdar. Setelah ngobrol-ngobrol, saya jadi tertarik dengan banyak project yang tengah ia garap. Jadi ketika saya ke Jakarta, ia mengundang saya untuk mampir ke communal working space miliknya dan bertemu dengan beberapa startup lokal. Ia bahkan mengundang saya untuk jadi pembicara dalam sesi sharing mengenai Google Glass.

Sesi sharing Google Glass di FemaleDev National Summit/dok. Kibar

Nggak hanya Yansen Kamto. Saya juga kenalan dengan dua orang Indonesia di Google+, Irvan Putra dan Adi Wahyu Pribadi. Mereka aktif di IT Indonesian Community di Google+. Karena saya sudah lama tinggal di US, saya nggak kenal banyak penggiat teknologi di Indonesia. Saya tertarik karena komunitas ini sering bikin meetup secara berkala. Entah itu offline, atau online dengan Hangouts. Suatu malam, saya mendapat kesempatan bertemu mereka berdua dalam sebuah kopdar kecil-kecilan. Biarpun singkat, kita cukup puas bisa saling tukar ide dan pengalaman. Semoga aja lain kali saya kembali ke Jakarta, kita bisa bertemu lagi dalam meetup dengan skala yang lebih besar.

Singapura

Saya selalu suka menceritakan ulang gimana saya ketemu Evan Sidarto. Ia adalah Googler yang bermukim di Singapura. Ceritanya berawal di penghujung tahun 2010 ketika saya bertemu Evan secara HRL (Hangout In Real Life). Konsep ini berarti bertemu secara offline – atau istilah awamnya kopdar – dengan orang yang biasanya bertemu secara online.

Saat itu, saya menetap di Singapura selama sebulan untuk urusan kerjaan. Kebetulan lagi bosen banget, jadilah saya buka tablet dan mulai scroll-scroll postingan G+ pakai fitur ‘Nearby’. Fitur ini memungkinkan kita ngeliat postingan yang location tag-nya di sekitaran area tempat kita berada. Postingan Evan waktu itu cukup menarik dan bikin saya kasih komen di sana. Ternyata, mutual friend saya dan Evan adalah koleganya di Mountain View! Bahkan, Evan punya ipar yang dulunya satu sekolah sama saya. Jadi setiap kali saya di Singapura, kita selalu kontak-kontakan, bahkan ketemuan.

Di penghujung tahun yang sama, G+ juga mempertemukan saya dengan Daniel Foo, seorang programmer Android. Meski akhir-akhir ini Foo nggak terlalu aktif lagi di G+, sesekali ia masih mampir ke postingan-postingan saya. Waktu ada kesempatan ketemu akhir tahun lalu, Daniel Foo menunjukkan indahnya Singapura sambil sepedaan. Kita berdua nyewa sepeda lalu muter-muter keliling kota. Saya pengen ngulang sesi sepedaan ini lagi sih pas terakhir kali ke Singapura, tapi sayangnya batal karena kondisi badan yang sedang nggak memungkinkan.

Salah satu sesi bersepeda saya dengan Daniel Foo

Wilfrid Wong dan Cynthia Arianto. Saya nggak terlalu ingat kapan saya mulai sering berinteraksi dengan mereka berdua. Somehow, kita saling nge-add dan langsung nyambung aja gitu. Kayaknya sih ngobrolnya gara-gara game Diablo 3 dirilis, soalnya Wilfrid dan Cynthia ini adalah gamer yang passionate banget. Wilfrid bahkan beberapa kali ngebantuin saya main Diablo 3 dan Marvel Heroes. Dan ketika beberapa kali ketemu mereka di Singapura, kita sempet hiking bareng. Bayangin, hiking di Singapura! Keluarga dan temen-temen saya aja kaget dengernya. Definitely a fun experience!

Sama ceritanya kayak Alihana Md. Salleh. Meski nggak ingat lagi gimana awalnya kita kenal di G+, tapi saya bisa bilang kalau dia adalah orang paling friendly yang pernah saya kenal. Beberapa kali bertemu, Alihana selalu punya cerita seru. Ia juga gamer yang getol main di Ingress, meski sayangnya kita beda faction.

Ternyata tulisannya jadi begitu panjang. Niatnya sih pendek aja, tapi ternyata saya ngerasa kalau semuanya penting, dan bener-bener perlu untuk mengekspresikan perasaan saya terhadap mereka, dan terhadap G+ juga.

Sebenernya saya adalah tipe pria introvert. Nggak biasanya saya begitu menikmati bertemu orang yang tergolong stranger. Orang-orang yang saya ceritakan tadi, mereka bukan stranger bahkan sebelum kita ketemu di dunia nyata. Karena saya udah follow mereka di G+ sebelumnya, nggak ada lagi yang namanya canggung-canggungan waktu ketemu beneran. Having common interests definitely help. It’s definitely a new experience and out of my comfort zone.

But I can definitely get used to it.


Ivan Yudhi adalah seorang system integrator asal Indonesia yang bekerja di perusahaan software di Amerika Serikat, OSIsoft. Tulisan ini dimuat sebelumnya dalam bahasa Inggris di halaman Google+ Ivan Yudhi di sini. Kecuali dinyatakan sebaliknya, foto-foto di atas adalah dokumentasi pribadi milik Ivan Yudhi.

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)

Menyukai ini:

Suka Memuat...
Tags: What They Say
Previous Post

Jtoku: Dari Jogja untuk Indonesia, Dari Indonesia untuk Dunia

Next Post

Perempuan Berprestasi di Teknologi itu Bukan Cuma Mitos!

Next Post
Perempuan Berprestasi di Teknologi itu Bukan Cuma Mitos!

Perempuan Berprestasi di Teknologi itu Bukan Cuma Mitos!

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Yang Terbaru

  • Fenomena Media Alternatif: Efektif Tapi Bisa Bawa Dampak Negatif
  • Fenomena Konser Ramah Lingkungan, Gimana Praktiknya?
  • Mengenal Apa itu Chronically Online
  • Apakah Demokrasi Adalah Sistem Pemerintahan Terbaik?
  • Mengenal Filsafat Stoikisme
Ziliun

Media yang menemani perjalanan anak muda untuk menghadapi kehidupan dan memasuki dunia kerja, serta mendorong dan memotivasi anak muda untuk menjadi versi terbaik diri mereka.

  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Kerja Sama

Ruang & Tempo Coworking Space

Gedung TEMPO, Jl. Palmerah Barat No. 8, Jakarta Selatan 12210

Bikin kontenmu sekarang!

© 2025 Ziliun All rights reserved.

Ziliun

  • Issuepedia
  • Workipedia
  • Inner Space

© 2025 Ziliun All rights reserved.

%d