Apa yang membedakan wisatawan asing dan wisatawan lokal? Gampang saja, lihat dari foto yang mereka unggah ke media sosial.
Anekdot segar di atas melengkapi ngobrol-ngobrol Ziliun dengan Henry Vienayoko. Lantas, apa yang membedakan foto mereka bila sama-sama pergi ke suatu tempat? Kami akan membahasnya belakangan. Tunggu ya.
Sebelumnya, mari kita jalan-jalan ke Morotai. Pulau paling utara di Indonesia ini terletak di kepulauan Halmahera, Maluku. Tak banyak yang tahu, lokasi ini pernah menjadi landasan serangan Sekutu ke Filipina pada tahun 1945.
Baca juga: Q&A: Syukron dan Traveller Kaskus, Traveling Sebagai Kajian, Bukan Hanya Hiasan
Di balik kecantikannya, Morotai termasuk dalam daerah 3T alias Tertinggal, Terluar, dan Terdepan. Menyandang predikat itu, sudah bisa dibayangkan bagaimana potret pendidikan di sana. Angka pengangguran dan kemiskinan di Pulau Morotai pun terbilang tinggi.
Lantas, sebagai warga Indonesia, apa yang bisa kita bantu untuk Morotai? Melihat kondisi yang terjadi di Morotai dan berbagai daerah tertinggal lainnya, Henry Vienayoko pun tergugah. Semangat berbaginya tumbuh. Namun, bagaimana Henry mencari cara agar perekonomian Morotai dan daerah tertinggal lainnya bisa tumbuh?
Henry melihat pariwisata adalah hal yang bisa menolong keterpurukan itu. Ia pun menilai, masyarakat lokal adalah bagian yang tak terpisahkan dari misi ini. Kolaborasi pun diciptakan untuk menceritakan kecantikan Indonesia kepada para wisatawan mancanegara.
Baca juga: #ziliun17: Travel Blogger Indonesia
Lewat Go Archipelago, misi itu pun dijalankan. Henry berupaya mempertemukan para traveller dengan masyarakat lokal. Ia beranggapan, masyarakat lokal akan bisa menjadi pencerita terbaik bagi para turis yang datang ke daerahnya.
Masyarakat lokal bisa menawarkan petualangan wisata untuk turis mancanegara melalui Go Archipelago. Dengan begitu, mereka akan mendapatkan pemasukan yang tentunya akan dibelanjakan di daerahnya. Hal itulah yang membuat pemasukan daerahnya meningkat.
Lalu, apa yang turis asing harapkan dari liburannya? Berbeda dengan wisatawan lokal, turis mancanegara tidak mencari sesuatu yang standar dalam petualangan wisatanya. Hal ini Henry dapatkan dari rekan-rekannya dari luar negeri yang berkunjung ke rumahnya.
Henry mendapat insight bahwa turis asing senang dengan pengalaman berinteraksi bersama masyarakat lokal. “Contohnya, masak bersama. Mereka bisa merasakan pengalaman mengulek sambal. Tentu saja, kegiatan semacam ini tak ditemui di negaranya,” ungkap Henry.
Baca juga: Jaka Wiradisuria on the Failure of Valadoo: I’ve Seen It Coming
Para traveller akan mendapatkan pengalaman berinteraksi bersama masyarakat lokal. “Dengan begitu, mereka akan menuliskan Indonesia dengan caranya,” kata Henry.
Tak berhenti sampai di sana, Go Archipelago pun ikut berkontribusi untuk memajukan pendidikan dan semangat entrepreneurship. Henry merangkul beberapa startup lainnya untuk melancarkan misinya dalam memeratakan pendidikan. Setiap turis yang menggunakan Go Archipelago ikut berdonasi untuk pendidikan dan entrepreneurship.
Melalui 1000 Guru dan Sabang Merauke, Go Archipelago menyalurkan donasi yang didapat dari para traveller untuk pendidikan. Henry berkeyakinan, orang yang terdidik akan menjaga lingkungannya. Tidak membiarkan lingkungannya tercemar oleh sampah. Dengan begitu, mereka pun akan mendapatkan manfaat ekonomi. Henry juga berkolaborasi dengan Gandeng Tangan, untuk memberikan pinjaman bagi para entrepreneur yang membutuhkan modal.
Baca juga: Card to Post, Intimasi Berpesan di Tengah Riuh Dunia Maya
Tentu, dampak yang diberikan Go Archipelago bukan untuk dirasakan hari ini, tapi untuk masa depan. “Sekitar 10-15 tahun ke depan”, ungkap Henry.
Dibalik itu semua, kolaborasi adalah nilai dasarnya. Ia mengaku tak bisa mencapai visinya tanpa kolaborasi di dalamnya.
Dengan begitu, akan semakin banyak turis-turis yang ngiler berkunjung ke Indonesia. Semakin banyak pula foto-foto liburan turis di Indonesia yang ditampilkan dalam media sosial.
Ngomong-ngomong soal foto liburan, apa coba yang membedakan turis lokal dan mancanegara? Menurut Henry, turis mancanegara lebih sering menampilkan foto interaksinya bersama masyarakat lokal. Sedangkan turis lokal lebih senang berfoto bersama pemandangan alam. Bagaimana menurutmu?
Header image credit: skyscrapercity.com
Comments 2